tag:blogger.com,1999:blog-35596685282106875512024-03-12T21:58:03.301-07:00TRADISIONALSeni Tradisional di IndonesiaLego teryyakahttp://www.blogger.com/profile/05368422984943201046noreply@blogger.comBlogger42125tag:blogger.com,1999:blog-3559668528210687551.post-31153307641093109742012-12-15T19:33:00.002-08:002012-12-15T19:33:27.210-08:00Kerajaan MATARAM Islam<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pada abad ke-16, sebelum Belanda menjajah Hindia Belanda, Nusantara terdiri atas beberapa kerajaan yang saling bersaing yang pada waktu tidak bersamaan menguasai Pulau Jawa. Kerajaan Jawa yang besar dan terakhir, dikenal dengan nama Mataram II, didirikan pada tahun 1587 oleh Pangeran Senopati. Pada puncak kejayaannnya, pengaruh kerajaan ini tidak saja tersebar ke luar Jawa tetapi sampai ke daerah yang sekarang bernama Malaysia.<u1:p>Pada zaman pemerintahan Raja Amangkurat II, Kerajaan Mataram, yang pada mulanya terletak di Kota Gede, di pinggiran yang sekarang bernama kota Yogyakarta, berpindah tempat beberapa kali antara tahun 1587 dan 1680. Raja Amangkurat II inilah yang mendirikan kraton di Kartasura dekat kota yang sekarang bernama Surakarta (Solo). Pada zaman pemerintahan raja ini hubungan antara kraton dan pemerintahan kolonial Belanda memburuk. Ketika<span> </span>Amangkurat III menggantikan ayahnya, Belanda membantu pangeran saingannya untuk dijadikan raja baru yang bergelar Sunan Pakubuwono I.<u1:p></u1:p></u1:p><o:p></o:p></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: justify;">
Penobatan Pakubuwono I, yang disusul oleh serangkaian perang perebutan kekuasaan akhirnya berkat bantuan Belanda berlanjut dengan dinobatkannya cucu Pakubuwono I menjadi Pakubuwono II. Daerah Pakubuwono II di Kartasura kemudian di serang oleh sainganya raja dari Pulau Madura, sebuah pulau yang terletak disebelah pantai timur Laut Jawa. Sebagai balasan atas bantuan yang diberikan oleh Belanda dalam menahan serangan ini. Pakubuwono II dipaksa memberikan bagian penting dari wilayah kekuasaan kepada pemerintah kolonial Belanda. Akibatnya, pada tahun 1745, Pakubuwono II pindah dan membangun istana baru di Surakarta, yang bernama Surakarta Hadiningrat, kraton utama di Solo.<o:p></o:p></div>
<h2 style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">PERPECAHAN DI KERAJAAN MATARAM</span><o:p></o:p></h2>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Perebutan kekuasaan di dinasti Mataram terjadi lagi, kali ini, antara Pakubuwono II dan saudara tirinya Pangeran Mangubumi. Ketika Pakubuwono II digantikan putranya, Pakubuwono III, Mangkubumi juga mengangkat dirinya sebagai raja dan mendirikan pemerintahan tandingan di Yogyakarta. Karena kekuasaan Pangeran Mangkubumi bertambah besar, Belanda turun tangan menengahi pertikaian itu dengan jalan mengadakan Perjanjian Gijanti. Isinya, kerajaan Mataram dibagi menjadi dua wilayah, yaitu Kesunanan Surakarta dibawah pimpinan Pakubuwono III dan Kesultanan Yogyakarta dibawah Mangkubumi yang bergelar Hamengkubuwono I. Perjanjian Gijanti ditandatangani oleh kedua raja ini pada tahun 1755 dan pada tahun yang sama konstruksi kraton utama Yogyakarta, Ngayogyakarta Hadiningrat dibangun oleh Hamengkubuwono I.<u1:p></u1:p><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pemberontakan kesunanan di Surakarta masih belum berakhir. Raden Mas said, seorang pangeran lainnya yang merasa tidak puas, memisahkan diri dari kraton dan atas restu Sunan mendirikan kerajaan yang merdeka di Surakarta. <span lang="PT-BR">Dengan gelar Mangkunegoro I, Raden Mas Said menjadi pemimpin kerajaan kedua di Surakarta dan pada tahun 1757 ia membangun istananya sendiri bernama Puro Mangunegaran.<u1:p></u1:p></span><span lang="PT-BR"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="PT-BR">Perpecahan terakhir pada kerajaan Mataram terjadi dalam tahun 1813, yaitu pada masa pemerintahan Inggris di Hindia Belanda, yang hanya berlangsung selama empat tahun. Seperti apa yang telah dilakukan Belanda, Gubernur Inggris Thomas Stamford Raffles memanfaatkan pertikaian politik lainnya, yang kali ini terjadi di Kraton Yogyakarta, dengan cara mendukung berdirinya kerajaan lain yang merdeka di dalam kerajaan Yogyakarta. Pangeran Natakusuma, paman Hamengkubuwono III yang berkuasa, pada waktu itu dinyatakan sebagai kepala pemerintahan baru, yang berpusat di istana yang dibangun pada tahun 1813, yang letaknya hanya beberapa kilometer dari Kraton Yogyakarta. Pangeran Natakusuma memakai gelar Paku Alam I dan kratonnya dinamakan Puro Pakualaman.<u1:p></u1:p></span><span lang="PT-BR"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span lang="PT-BR">PUSAT ALAM SEMESTA<u1:p></u1:p></span></b><span lang="PT-BR"><o:p></o:p></span></div>
<u1:p></u1:p><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="PT-BR">Masyarakat Jawa percaya bahwa kekuasaan para pemimimpin dinasti Jawa merupakan anugerah dari Tuhan. Raja dianggap sebagai pemimpin spiritual, politik dan sosial di kalangan masyarakat Jawa, sedangkang kraton sebagai pusat simbolok dan fisik alam semesta. Kehidupan setiap orang Jawa, dari kalangan petani sampai kalangan bangsawan aristokrat, diatur dan diawasi oleh hak istimewa raja. Sejak didirikannya istana Yogyakarta dan Surakarta, masyarakat Jawa secara keseluruhan dianggap sebagai perluasan lingkungan kraton.<u1:p></u1:p><u1:p></u1:p></span><span lang="PT-BR"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="PT-BR">Gaya arsitektur dan tata letak keempat kraton didasari oleh prinsip yang berakar pada kosmologi hindu Jawa. Gunung yang keramat dan pusat alam semesta dilambangkan dengan pendopo (balai pertemuan) dan taman dalem. Rangkaian Bangunan dan halaman yang terpencar dari pusat melambangkan daratan dan lautan. Berbagai bangunan dipisahkan oleh dinding yang tinggi dan pintu gerbang simbolis yang bukan saja menjadi lambang perbedaan tingkat dalam sistem kosmologi, tetapijuga berfungsi sebagai penjaga yang memiliki kekuatan fisik dan batin. Pintu gerbang utara yang berada di dua kraton utama menghadap ke gunung tempat tinggal para dewa, sedangkan pintu gerbang selatan menghadap ke laut, kediaman mistik nenek moyang.<u1:p></u1:p><u1:p></u1:p></span><span lang="PT-BR"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="PT-BR">Dewi Laut Selatan, Nyai Loro Kidul, yang menurut legenda berdiam di sebuah kerajaan di dasar Samudera Hindia, telah lama menjalin hubungan yang erat dengan kerajaan Jawa. Kedudukan sebagai raja secara tradisional dianugerahkan oleh Nyai Loro Kidul, sedangkan izin dan restunya menjadi prasyarat untuk membangun sebuah kraton.<u1:p></u1:p><u1:p></u1:p></span><span lang="PT-BR"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="PT-BR">Keempat kraton tersebut mempunyai bentuk ciri arsitektur yang sama seperti yang tampak pada pendopo, Dalem Keputren, Kesantrian, yang semuanya menjadi Dalem kraton. Di sekeliling Taman Dalem dibangun kantor, kandang kuda, tempat tinggal para abdi dalem, bengkel kerja, dan pemukiman para bangsawan yang kurang dikenal beserta keluarga mereka. Seluruh kompleks ini dikelilingi oleh dinding tembok yang kokoh bagaikan benteng yang melindungi kedua kraton utama, yang jika dilihat dari dalam seperti “kota tertutup”.<u1:p></u1:p><u1:p></u1:p></span><span lang="PT-BR"><o:p></o:p></span></div>
<h2 style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 10pt;">PELINDUNG KESENIAN DAN KEBUDAYAAN<u1:p></u1:p></span><span style="font-size: 12pt;"></span><o:p></o:p></h2>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pada saat Indonesia merdeka pada tahun 1945, kesultanan Jawa menyerahkan kekuasaan polotiknya kepada pemerintah republik di Jakarta. Tanggung jawab dan beban mempertahankan keamanan dilepaskan, agar dapat lebih memusatkan perhatian kepada kekayaan dan kehidupan di dalam kraton, yaitu berupa masyarakat dan benda-benda kraton yang ditata secara estetis guna pengembangan seni dan upacara kerajaan. Para seniman dan pengrajin yang secara tradisional mendapatkan pengayoman dari kraton diberi kedudukan yang lebih terhormat, sedangkan seni wayang, tari, musik, sastra, dan kerajinan tangan tradisional diperhalus dan diperindah. Dalam batas tembok masing-masing masyarakat keempat kraton ini mengembangkan ciri khas tersendiri, misalnya yang telihat pada perbedaan busana, gaya pertunjukan, benda seni artifisial, upacara-upacara kerajaan yang terperinci.<u1:p></u1:p><o:p></o:p></div>
<h2 style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 13.5pt;">MASA KINI<u1:p></u1:p></span><span style="font-size: 13.5pt;"></span><o:p></o:p></h2>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Walaupun kekuasaan dalam bidang politik berkurang, pengaruh kraton dalam tradisi dan budaya jawa tetap kuat serta berlangsung sampai sekarang. Pulau Jawa adalah pulau terpadat penduduknya di Indonesia dan kebudayaan historis merupakan kebudayaan yang paling berpengaruh terhadap masyarakat Indonesia. Sampai sekarangpun dalam lubuk sanubari masyarakat Indonesia tradisi kraton masih dihormati. Warga yang sekarang tinggal dikeempat kraton itu merupakan turunan langsung dari Panembahan Senopati, pendiri dinasti Mataram. Di alam lingkungan tembok kraton ketaatan ritual dan upacra kerajaan tetap dilaksanakan untuk menghormati kebiasaan dan tata cara tradisi Jawa yang terus hidup berabad-abad lamanya.</div>
</div>
Lego teryyakahttp://www.blogger.com/profile/05368422984943201046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3559668528210687551.post-49777534057469597242012-12-15T19:27:00.002-08:002012-12-15T19:27:33.941-08:00Sejarah Tradisi Islam<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Georgia, 'Bitstream Charter', serif; font-size: 14px; line-height: 23px;"></span><br />
<div style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.7em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: center; vertical-align: baseline;">
<a href="http://pak-gunawan.blogspot.com/" style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; color: #0060ff; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;" target="_blank"><strong style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: bold; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">Sejarah Tradisi Islam Nusantara</strong></a></div>
<div style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.7em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">
Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi dari negeri nan hijau ini sambil berdakwah.</div>
<div style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.7em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">
Lambat laun penduduk pribumi mulai memeluk Islam meskipun belum secara besar-besaran. Aceh, daerah paling barat dari Kepulauan Nusantara, adalah yang pertama sekali menerima agama Islam. Bahkan di Acehlah kerajaan Islam pertama di Indonesia berdiri, yakni Pasai. Berita dari Marcopolo menyebutkan bahwa pada saat persinggahannya di Pasai tahun 692 H / 1292 M, telah banyak orang Arab yang menyebarkan Islam. Begitu pula berita dari Ibnu Battuthah, pengembara Muslim dari Maghribi., yang ketika singgah di Aceh tahun 746 H / 1345 M menuliskan bahwa di Aceh telah tersebar mazhab Syafi’i. Adapun peninggalan tertua dari kaum Muslimin yang ditemukan di Indonesia terdapat di Gresik, Jawa Timur. Berupa komplek makam Islam, yang salah satu diantaranya adalah makam seorang Muslimah bernama Fathimah binti Maimun. Pada makamnya tertulis angka tahun 475 H / 1082 M, yaitu pada jaman Kerajaan Singasari. Diperkirakan makam-makam ini bukan dari penduduk asli, melainkan makam para pedagang Arab.</div>
<div style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.7em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">
Sampai dengan abad ke-8 H / 14 M, belum ada pengislaman penduduk pribumi Nusantara secara besar-besaran. Baru pada abad ke-9 H / 14 M, penduduk pribumi memeluk Islam secara massal. Para pakar sejarah berpendapat bahwa masuk Islamnya penduduk Nusantara secara besar-besaran pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum Muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang berarti. Yaitu ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate. Para penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran, keturunan raja-raja pribumi pra Islam dan para pendatang Arab. Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu / Budha di Nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda. Thomas Arnold dalam <em style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: inherit; font-style: italic; font-weight: inherit; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">The Preaching of Islam</em> mengatakan bahwa kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk seperti halnya bangsa Portugis dan Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan pedang, tidak dengan merebut kekuasaan politik. Islam masuk ke Nusantara dengan cara yang benar-benar menunjukkannya sebagai <em style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: inherit; font-style: italic; font-weight: inherit; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">rahmatan lil’alamin</em>.</div>
<div style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.7em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">
Dengan masuk Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan terbentuknya pemerintahan-pemerintahan Islam di berbagai daerah kepulauan ini, perdagangan dengan kaum Muslimin dari pusat dunia Islam menjadi semakin erat. Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara juga semakin banyak. Yang terbesar diantaranya adalah berasal dari Hadramaut, Yaman. Dalam <em style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: inherit; font-style: italic; font-weight: inherit; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">Tarikh Hadramaut</em>, migrasi ini bahkan dikatakan sebagai yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut. Namun setelah bangsa-bangsa Eropa Nasrani berdatangan dan dengan rakusnya menguasai daerah-demi daerah di Nusantara, hubungan dengan pusat dunia Islam seakan terputus. Terutama di abad ke 17 dan 18 Masehi. Penyebabnya, selain karena kaum Muslimin Nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang penjajahan, juga karena berbagai peraturan yang diciptakan oleh kaum kolonialis. Setiap kali para penjajah – terutama Belanda – menundukkan kerajaan Islam di Nusantara, mereka pasti menyodorkan perjanjian yang isinya melarang kerajaan tersebut berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali melalui mereka. Maka terputuslah hubungan ummat Islam Nusantara dengan ummat Islam dari bangsa-bangsa lain yang telah terjalin beratus-ratus tahun. Keinginan kaum kolonialis untuk menjauhkan ummat Islam Nusantara dengan akarnya, juga terlihat dari kebijakan mereka yang mempersulit pembauran antara orang Arab dengan pribumi.</div>
<div style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 1.7em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">
<strong style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: bold; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;"><a href="http://mafifgiffari.wordpress.com/sejarah-tradisi-islam-nusantara" rel="nofollow" style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; color: #0060ff; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">http://mafifgiffari.wordpress.com/sejarah-tradisi-islam-nusantara</a></strong></div>
</div>
Lego teryyakahttp://www.blogger.com/profile/05368422984943201046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3559668528210687551.post-29578365170843957942012-12-15T19:24:00.000-08:002012-12-15T19:24:29.874-08:00PENINGGALAN-PENINGGALAN KERAJAAN<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Besarnya wilayah kekuasaan kerajaan Majapahit tentunya berimbas pula pada betapa makmur dan majunya peradaban di wilayah Antawulan, Ibukota kerajaan Majapahit yang sekarang dikenal dengan nama Trowulan. Istilah Bhinneka Tunggal Ika, nama satelit Palapa adalah sebagian “Peninggalan Majapahit” yang masih kita gunakan hingga saat ini. Surya Majapahit, lambang dari kerajaan ini juga masih sering digunakan sebagai ornamen bangunan rumah oleh sebagian penggemar langgam arsitektur Majapahit.<br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4EJ5ivjz793WLIO5A5w-GvP6osvG2jsaTubmfHIQ45WxdreZqdXgWFr_PFwKOi6cqqwodhvrmqDGXT2Ov6SjvXa_SYJlUc72FTdsS68xs9KtO2vK9SM5XfzlBXp1fSlhgi3fBcAABHxg/s1600/surya%252Bmajapahit%252B1.jpg" style="text-decoration: none;"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5561870412523865346" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4EJ5ivjz793WLIO5A5w-GvP6osvG2jsaTubmfHIQ45WxdreZqdXgWFr_PFwKOi6cqqwodhvrmqDGXT2Ov6SjvXa_SYJlUc72FTdsS68xs9KtO2vK9SM5XfzlBXp1fSlhgi3fBcAABHxg/s400/surya%252Bmajapahit%252B1.jpg" style="-webkit-box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.199219) 0px 0px 0px; background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-color: transparent; border-bottom-left-radius: 0px 0px; border-bottom-right-radius: 0px 0px; border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-color: initial; border-left-color: transparent; border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: transparent; border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: transparent; border-top-left-radius: 0px 0px; border-top-right-radius: 0px 0px; border-top-style: solid; border-top-width: 1px; border-width: initial; cursor: pointer; display: block; height: 392px; margin-bottom: 10px; margin-left: auto; margin-right: auto; margin-top: 0px; padding-bottom: 8px; padding-left: 8px; padding-right: 8px; padding-top: 8px; position: relative; text-align: center; width: 400px;" /></a><br /><br />Banyak sekali bangunan-bangunan bersejarah yang masih dapat kita lihat hingga saat ini, terutama di wilayah kecamatan Trowulan yang dulu merupakan ibukota kerajaan Majapahit. Wujud bangunan yang masih tersisa antara lain berupa bangunan candi, pintu gerbang kerajaan, kolam pemandian, bangunan reservoir air, bangunan waduk, bangunan kanal, sumur kuno, makam kuno, sisa bangunan pendapa, sisa pemukiman kuno hingga sisa bangunan rumah.<br /><br />Selain peninggalan berupa bangunan, ratusan ribu artefak Majapahit berupa koin mata uang, batu bata, batu umpak, batu lumpang, genting, pecahan tembikar, celengan hingga keramik cina tersebar di seluruh penjuru Trowulan dalam cakupan areal seluas kira-kira 10 x 11 km dan masih sering ditemukan oleh penduduk sampai sekarang.<br /><br />Jika anda hendak ke Trowulan caranya sangat mudah karena berada di tepi jalur utama Surabaya-Solo, kira-kira hanya sekitar 1 jam ditempuh dengan bus dari terminal Bungurasih. Anda bisa turun di terminal Kertajaya Mojokerto lalu pindah naik angkot atau memilih langsung turun di perempatan lampu merah Trowulan. Dari sana sudah banyak petunjuk arah menuju obyek wisata sejarah kerajaan Majapahit.<br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiw2rIRMmc2PjBkm-6PKOy89eXJQ1ZSAKDcKzfz9y0Rohn7MDwDGTawZnPAq4gnng3T1lNufLl7dVCyYVJkwU6LKoZEsl7OzpstVU86LWOivkaBXQLgvs7ADyi4RIQIVtRN1pQv2ZSFz-Y/s1600/Peta%252BSitus%252BTrowulan.jpg" style="text-decoration: none;"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5561871079847884306" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiw2rIRMmc2PjBkm-6PKOy89eXJQ1ZSAKDcKzfz9y0Rohn7MDwDGTawZnPAq4gnng3T1lNufLl7dVCyYVJkwU6LKoZEsl7OzpstVU86LWOivkaBXQLgvs7ADyi4RIQIVtRN1pQv2ZSFz-Y/s400/Peta%252BSitus%252BTrowulan.jpg" style="-webkit-box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.199219) 0px 0px 0px; background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-color: transparent; border-bottom-left-radius: 0px 0px; border-bottom-right-radius: 0px 0px; border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-color: initial; border-left-color: transparent; border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: transparent; border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: transparent; border-top-left-radius: 0px 0px; border-top-right-radius: 0px 0px; border-top-style: solid; border-top-width: 1px; border-width: initial; cursor: pointer; display: block; height: 309px; margin-bottom: 10px; margin-left: auto; margin-right: auto; margin-top: 0px; padding-bottom: 8px; padding-left: 8px; padding-right: 8px; padding-top: 8px; position: relative; text-align: center; width: 400px;" /></a><br /><br />Namun jika anda ingin lebih leluasa dalam menelusuri semua bangunan tersebut, ada baiknya anda membawa kendaraan pribadi lantaran begitu banyaknya situs yang tersebar di sana.<br />Bangunan-bangunan bersejarah peninggalan kerajaan Majapahit yang ada di sekitar Trowulan antara lain :<br /><br />1.Candi Wringin Lawang<br />Berupa bangunan gapura agung dari bahan bata merah dengan luas dasar 13 x 11 meter dan tinggi 15,5 meter dengan arsitektur candi bentar atau “candi terbelah” yang sampai sekarang sering diaplikasikan dalam gaya arsitektur Bali. Fungsi utama bangunan ini diduga adalah sebagai pintu gerbang menuju kawasan utama di ibukota kerajaan Majapahit. Lokasinya sangat mudah dijangkau karena terlihat dari jalan utama Surabaya-Solo, tepatnya di daerah Brangkal, sebelum memasuki wilayah Trowulan.<br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIOGcmueXkNG9wRgizc3Jdu7xPJFfG7a1kkCjk77zVA9yM2S4P6fM5psEgOtjOOXAJCNWYQusxIn480kDp3C4ZotcKZfkOCt80y5JGonfZCich3UaaLRVZnjXNqdKhpDshyphenhyphenEkxzB-EPdU/s1600/Candi%252BWringin%252BLawang.jpg" style="text-decoration: none;"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5561872026148683026" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIOGcmueXkNG9wRgizc3Jdu7xPJFfG7a1kkCjk77zVA9yM2S4P6fM5psEgOtjOOXAJCNWYQusxIn480kDp3C4ZotcKZfkOCt80y5JGonfZCich3UaaLRVZnjXNqdKhpDshyphenhyphenEkxzB-EPdU/s400/Candi%252BWringin%252BLawang.jpg" style="-webkit-box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.199219) 0px 0px 0px; background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-color: transparent; border-bottom-left-radius: 0px 0px; border-bottom-right-radius: 0px 0px; border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-color: initial; border-left-color: transparent; border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: transparent; border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: transparent; border-top-left-radius: 0px 0px; border-top-right-radius: 0px 0px; border-top-style: solid; border-top-width: 1px; border-width: initial; cursor: pointer; display: block; height: 267px; margin-bottom: 10px; margin-left: auto; margin-right: auto; margin-top: 0px; padding-bottom: 8px; padding-left: 8px; padding-right: 8px; padding-top: 8px; position: relative; text-align: center; width: 400px;" /></a><br /><br />2.Candi Brahu<br />Berlokasi di kawasan Bejijong, Trowulan yang sekarang merupakan sentra pengrajin Kuningan dan Patung Batu. Candi Brahu adalah bangunan suci peribadatan yang dipergunakan untuk memuliakan anggota keluarga kerajaan yang telah wafat. Konon 4 raja pertama kerajaan Majapahit yang wafat diperabukan/dikremasi di kompleks bangunan candi Brahu.<br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAD69N2G2FoZoCizLnGvUB4Tf4dzasqtnkE3UvkFlyMmpfapp9P0Qks-1EkdImzdR-gmehej4gXN6UCc_wT3GPRMaOnlPKpNh5FsHcnnFsF3So9pCE3SUAcTh6nSyXukfM-9hcyDZmNTU/s1600/Candi%252BBrahu.jpg" style="text-decoration: none;"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5561873018187100034" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAD69N2G2FoZoCizLnGvUB4Tf4dzasqtnkE3UvkFlyMmpfapp9P0Qks-1EkdImzdR-gmehej4gXN6UCc_wT3GPRMaOnlPKpNh5FsHcnnFsF3So9pCE3SUAcTh6nSyXukfM-9hcyDZmNTU/s400/Candi%252BBrahu.jpg" style="-webkit-box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.199219) 0px 0px 0px; background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-color: transparent; border-bottom-left-radius: 0px 0px; border-bottom-right-radius: 0px 0px; border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-color: initial; border-left-color: transparent; border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: transparent; border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: transparent; border-top-left-radius: 0px 0px; border-top-right-radius: 0px 0px; border-top-style: solid; border-top-width: 1px; border-width: initial; cursor: pointer; display: block; height: 300px; margin-bottom: 10px; margin-left: auto; margin-right: auto; margin-top: 0px; padding-bottom: 8px; padding-left: 8px; padding-right: 8px; padding-top: 8px; position: relative; text-align: center; width: 400px;" /></a><br /><br />3.Candi Gentong<br />Candi ini masih dalam tahap restorasi, sehingga wujudnya masih berupa reruntuhan bangunan yang belum bisa dinikmati dengan nyaman. Lokasinya sendiri berdekatan dengan candi Brahu.<br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBqzYJIv4yoWwBlpM5k3TpEQx5DJgXQy-HOQgjdug4kSmm61FHvQiBEejXT4ukdvTMctvPGwl3lBOLlWnEq00rx9j_7IzWVNtC3Zlre0L2lHOjuj-A55BJ4ydEjGERnvwoFzQ2fyB1lm4/s1600/candi%252Bgentong.JPG" style="text-decoration: none;"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5561873682987218386" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBqzYJIv4yoWwBlpM5k3TpEQx5DJgXQy-HOQgjdug4kSmm61FHvQiBEejXT4ukdvTMctvPGwl3lBOLlWnEq00rx9j_7IzWVNtC3Zlre0L2lHOjuj-A55BJ4ydEjGERnvwoFzQ2fyB1lm4/s400/candi%252Bgentong.JPG" style="-webkit-box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.199219) 0px 0px 0px; background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-color: transparent; border-bottom-left-radius: 0px 0px; border-bottom-right-radius: 0px 0px; border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-color: initial; border-left-color: transparent; border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: transparent; border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: transparent; border-top-left-radius: 0px 0px; border-top-right-radius: 0px 0px; border-top-style: solid; border-top-width: 1px; border-width: initial; cursor: pointer; display: block; height: 190px; margin-bottom: 10px; margin-left: auto; margin-right: auto; margin-top: 0px; padding-bottom: 8px; padding-left: 8px; padding-right: 8px; padding-top: 8px; position: relative; text-align: center; width: 200px;" /></a><br /><br />4.Candi Tikus<br />Adalah kolam pemandian ritual (petirtaan) yang berbentuk bangunan kolam bujur sangkar berukuran 22,5 meter x 22,5 meter dengan arsitektur teras-teras persegi yang dimahkotai menara-menara yang ditata dalam susunan konsentris yang menjadi titik tertinggi bangunan ini. Pada sisi utara terdapat sebuah tangga menuju dasar bangunan kolam. Struktur utama yang menonjol dari dinding selatan diperkirakan mengambil bentuk gunung legendaris Mahameru. Konon dulunya kolam ini dipergunakan sebagai tempat pemandian putri raja-raja Majapahit. Nama Candi Tikus sendiri diambil lantaran dulunya lokasi ini menjadi sarang tikus yang sering menjadi gangguan hama bagi sawah milik penduduk.<br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_91rMKkYc0mgIvbHBMUsQGB0HQsOVwbdqIdu0vJ4OfXvdfqZ6Ib-DP4fj8ZiCMATYOM38Qv6Ri980lbMiM06qqM48xuOcfkwlRAvgnEcgBIHyC0HUgfICuvGEptsPdr3M7K7vbZ9mx9A/s1600/Candi%252BTikus.jpg" style="text-decoration: none;"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5561874585035578962" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_91rMKkYc0mgIvbHBMUsQGB0HQsOVwbdqIdu0vJ4OfXvdfqZ6Ib-DP4fj8ZiCMATYOM38Qv6Ri980lbMiM06qqM48xuOcfkwlRAvgnEcgBIHyC0HUgfICuvGEptsPdr3M7K7vbZ9mx9A/s400/Candi%252BTikus.jpg" style="-webkit-box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.199219) 0px 0px 0px; background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-color: transparent; border-bottom-left-radius: 0px 0px; border-bottom-right-radius: 0px 0px; border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-color: initial; border-left-color: transparent; border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: transparent; border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: transparent; border-top-left-radius: 0px 0px; border-top-right-radius: 0px 0px; border-top-style: solid; border-top-width: 1px; border-width: initial; cursor: pointer; display: block; height: 300px; margin-bottom: 10px; margin-left: auto; margin-right: auto; margin-top: 0px; padding-bottom: 8px; padding-left: 8px; padding-right: 8px; padding-top: 8px; position: relative; text-align: center; width: 400px;" /></a><br /><br />5.Candi Bajang Ratu<br />Lokasi Candi Bajang Ratu berdekatan dengan Candi Tikus, berupa bangunan ramping nan anggun dengan arsitektur gapura paduraksa setinggi 16,5 meter. Pada bagian atap terdapat aksesoris bangunan yang menampilkan ukiran hiasan rumit/detail. Nama Bajang Ratu dalam bahasa jawa berarti “Raja Kecil” dikaitkan masyarakat dengan raja kedua Majapahit yaitu Jayanegara. Konon Jaya negara pernah jatuh saat kecil di tempat ini, sedang yang lain beranggapan karena Raja Jayanegara naik tahta dalam usia sangat muda. Sejarawan sendiri mengkaitkan bangunan Candi Bajang Ratu sebagai penghormatan bagi Raja Jayanegara yang wafat tahun 1328 M.<br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj79_1EVrUPKApP-YJvKVzDiK9hkvCU6Iz-sQJkwZNSW9tZjCUIrUxxb0haF-r7iE5LUajDSDi5QL_sAdSBF2EW4wGFewauP4vVoG5qYaYTjgX-9rOnjONH3IP5t_B40P863PKBcQuQ63w/s1600/Candi%252BBajang%252BRatu.jpg" style="text-decoration: none;"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5561875231401521938" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj79_1EVrUPKApP-YJvKVzDiK9hkvCU6Iz-sQJkwZNSW9tZjCUIrUxxb0haF-r7iE5LUajDSDi5QL_sAdSBF2EW4wGFewauP4vVoG5qYaYTjgX-9rOnjONH3IP5t_B40P863PKBcQuQ63w/s400/Candi%252BBajang%252BRatu.jpg" style="-webkit-box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.199219) 0px 0px 0px; background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-color: transparent; border-bottom-left-radius: 0px 0px; border-bottom-right-radius: 0px 0px; border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-color: initial; border-left-color: transparent; border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: transparent; border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: transparent; border-top-left-radius: 0px 0px; border-top-right-radius: 0px 0px; border-top-style: solid; border-top-width: 1px; border-width: initial; cursor: pointer; display: block; height: 330px; margin-bottom: 10px; margin-left: auto; margin-right: auto; margin-top: 0px; padding-bottom: 8px; padding-left: 8px; padding-right: 8px; padding-top: 8px; position: relative; text-align: center; width: 220px;" /></a><br /><br />6.Candi Kedaton<br />Candi Kedaton masih dalam tahap restorasi hingga kini, karena wujudnya masih berupa misteri yang sulit dipecahkan. Pada komplek candi ini terdapat beberapa bangunan berupa candi, sumur upas, lorong rahasia, mulut gua, dan makam Islam. Para ahli sejarah masih berupaya menyingkap misteri untuk menemukan bentuk bangunan candi ini. Namun ada dugaan bahwa daerah Kedaton, dahulu merupakan kompleks ibukota pada masa-masa Majapahit akhir.<br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFB4TJ2pvZBAkn3wFoPwwhFx0WJTk4rlLqBCxKkQwGXLByk-SvA0njPvcAu5Eb5So8UCXQkVqp56Tj4_h_jrQmD6XcE_GEgT1pQwM0KZeSr6WDvx3MCnswyfzmlZU_woDByeGJtMDIjrc/s1600/Candi_Kedaton_D.JPG" style="text-decoration: none;"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5561898067012023570" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFB4TJ2pvZBAkn3wFoPwwhFx0WJTk4rlLqBCxKkQwGXLByk-SvA0njPvcAu5Eb5So8UCXQkVqp56Tj4_h_jrQmD6XcE_GEgT1pQwM0KZeSr6WDvx3MCnswyfzmlZU_woDByeGJtMDIjrc/s400/Candi_Kedaton_D.JPG" style="-webkit-box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.199219) 0px 0px 0px; background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-color: transparent; border-bottom-left-radius: 0px 0px; border-bottom-right-radius: 0px 0px; border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-color: initial; border-left-color: transparent; border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: transparent; border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: transparent; border-top-left-radius: 0px 0px; border-top-right-radius: 0px 0px; border-top-style: solid; border-top-width: 1px; border-width: initial; cursor: pointer; display: block; height: 266px; margin-bottom: 10px; margin-left: auto; margin-right: auto; margin-top: 0px; padding-bottom: 8px; padding-left: 8px; padding-right: 8px; padding-top: 8px; position: relative; text-align: center; width: 400px;" /></a><br /><br />7.Candi Minak Jinggo<br />Bangunan yang terletak didekat Kolam Segaran ini hanya tersisa reruntuhannya saja, memiliki bentuk unik berupa kombinasi bahan batu andesit di bagian luar dan baru bata di bagian dalam. Di candi ini ditemukan arca unik berwujud ukiran makhluk ajaib yang diidentifikasi sebagai Qilin, makhluk ajaib dalam mitologi China. Adanya penemuan arca ini mennjadi isyarat kuat bahwa terdapat hubungan budaya yang cukup kuat antara kerajaan Majapahit dengan Dinasti Ming di China. Candi ini memiliki keterkaitan sangat erat dengan legenda rakyat Damar Wulan dan Menak Jinggo.<br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnP6ATYkLTUqkRKCaGpRUcK5xNFh66HHXyvAhaYBv2puhGl3IpAb4v3hjGfYcRAgcyUYz176jBUTKKVlxly9pJO5hsnc6vDX12EHUF0fOn2j6gluBcYOZE0iraX2elMG7LE8ZuKqo2HNs/s1600/Picture%252B4.jpg" style="text-decoration: none;"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5561892930597291730" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnP6ATYkLTUqkRKCaGpRUcK5xNFh66HHXyvAhaYBv2puhGl3IpAb4v3hjGfYcRAgcyUYz176jBUTKKVlxly9pJO5hsnc6vDX12EHUF0fOn2j6gluBcYOZE0iraX2elMG7LE8ZuKqo2HNs/s400/Picture%252B4.jpg" style="-webkit-box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.199219) 0px 0px 0px; background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-color: transparent; border-bottom-left-radius: 0px 0px; border-bottom-right-radius: 0px 0px; border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-color: initial; border-left-color: transparent; border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: transparent; border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: transparent; border-top-left-radius: 0px 0px; border-top-right-radius: 0px 0px; border-top-style: solid; border-top-width: 1px; border-width: initial; cursor: pointer; display: block; height: 308px; margin-bottom: 10px; margin-left: auto; margin-right: auto; margin-top: 0px; padding-bottom: 8px; padding-left: 8px; padding-right: 8px; padding-top: 8px; position: relative; text-align: center; width: 400px;" /></a><br /><br />8.Candi Grinting<br />Candi yang berlokasi di dusun Grinting, desa karang jeruk kecamatan Jatirejo ini belum banyak diketahui umum. Informasi yang diperoleh tentang wujud bangunan candi juga belum banyak, selain sisa pondasi bangunan yang ditemukan oleh pembuat batu bata.<br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjRvKmI9SazYgz4txuntsRi_Jz5UMp8VNT4cpQmRaJtVFbh8RvQsWmoTMsY40NunbnQzmlXSvVRnzgccWpo2UEdmbTKvqFxbNWExtaw2lIqrQu7VIUKU4EazuBC8V3YyBKD3KGu3YPS8k/s1600/images.jpeg" style="text-decoration: none;"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5561892091901861186" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjRvKmI9SazYgz4txuntsRi_Jz5UMp8VNT4cpQmRaJtVFbh8RvQsWmoTMsY40NunbnQzmlXSvVRnzgccWpo2UEdmbTKvqFxbNWExtaw2lIqrQu7VIUKU4EazuBC8V3YyBKD3KGu3YPS8k/s400/images.jpeg" style="-webkit-box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.199219) 0px 0px 0px; background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-color: transparent; border-bottom-left-radius: 0px 0px; border-bottom-right-radius: 0px 0px; border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-color: initial; border-left-color: transparent; border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: transparent; border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: transparent; border-top-left-radius: 0px 0px; border-top-right-radius: 0px 0px; border-top-style: solid; border-top-width: 1px; border-width: initial; cursor: pointer; display: block; height: 136px; margin-bottom: 10px; margin-left: auto; margin-right: auto; margin-top: 0px; padding-bottom: 8px; padding-left: 8px; padding-right: 8px; padding-top: 8px; position: relative; text-align: center; width: 256px;" /></a><br /><br /><br />9.Pendopo Agung<br />Bangunan ini dulunya berupa penemuan umpak-umpak besar yang diduga sisa dari sebuah bangunan pendapa agung, tempat raja Majapahit menemui tamu-tamu kerajaan, letaknya juga di dekat Kolam Segaran. Sekarang lokasi ini sudah dipugar oleh pihak Kodam V Brawijaya menjadi bangunan pendapa yang nyaman untuk dikunjungi. Dibelakang bangunan ini terdapat batu miring, yang konon menjadi tempat Mahapatih Gajah Mada mengikrarkan Sumpah Palapa. Selain itu juga terdapat kompleks makam dan petilasan Raden Wijaya, pendiri kerajaan Majapahit yang ramai dikunjungi oleh peziarah dan “konon” kalangan pejabat yang ingin terkabul maksudnya terutama pada malam Jum’at.<br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMzkeYdwqx9Xi_eGqHgM3Qfa4r-xiPyThaH_jejNeHV-mRRbqBhxY4YS34jlOUObVEF38e_6IGF3u8iI3hG5GkReApxa-4VXW9h7xVLdLya1C9oKhXq0GFOZpTbbgUefriC247Z-VSyHk/s1600/pendopo%252Bagung.jpg" style="text-decoration: none;"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5561876345378099714" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMzkeYdwqx9Xi_eGqHgM3Qfa4r-xiPyThaH_jejNeHV-mRRbqBhxY4YS34jlOUObVEF38e_6IGF3u8iI3hG5GkReApxa-4VXW9h7xVLdLya1C9oKhXq0GFOZpTbbgUefriC247Z-VSyHk/s400/pendopo%252Bagung.jpg" style="-webkit-box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.199219) 0px 0px 0px; background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-color: transparent; border-bottom-left-radius: 0px 0px; border-bottom-right-radius: 0px 0px; border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-color: initial; border-left-color: transparent; border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: transparent; border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: transparent; border-top-left-radius: 0px 0px; border-top-right-radius: 0px 0px; border-top-style: solid; border-top-width: 1px; border-width: initial; cursor: pointer; display: block; height: 300px; margin-bottom: 10px; margin-left: auto; margin-right: auto; margin-top: 0px; padding-bottom: 8px; padding-left: 8px; padding-right: 8px; padding-top: 8px; position: relative; text-align: center; width: 400px;" /></a><br /><br />10.Kolam Segaran<br />Adalah bangunan monumental berupa kolam besar dari batu bata, berbentuk persegi panjang dengan ukuran 800 x 500 meter persegi. Kedalaman Kolam Segaran sekitar 3 meter dengan tebal dinding 1,6 meter. Nama Segaran berasal dari bahasa Jawa ‘segara’ yang berarti ‘laut’, mungkin masyarakat setempat mengibaratkan kolam besar ini sebagai miniatur laut. Diduga fungsi kolam ini adalah sebagai reservoir air bagi pemukiman penduduk kerajaan Majapahit yang padat, atau sebagai tempat latihan renang bagi prajurit kerajaan. Dugaan lain adalah sebagai tempat hiburan menjamu tamu-tamu kerajaan, dimana mereka dijamu di tepi kolam dengan perlengkapan makan dari emas dan perak, lalu sesuai acara perjamuan peralatan nan mahal ini dilemparkan ke tengah-tengah kolam untuk menunjukkan betapa makmurnya kerajaan Majapahit.<br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjm6v8bmYJnx0jNbCtprMP2o7dedUcoWLZuzcWQnT9Wv-aZw_gFUicxGjh64kAmSTF8kZAPk42gb4nU01v1H8TCT8Y9LiIMvly8V65iBEmtt_rD4JKKSH8GkC_GkgknleCoTM4yF31Wf2M/s1600/Kolam%252BSegaran.jpg" style="text-decoration: none;"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5561877495343683410" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjm6v8bmYJnx0jNbCtprMP2o7dedUcoWLZuzcWQnT9Wv-aZw_gFUicxGjh64kAmSTF8kZAPk42gb4nU01v1H8TCT8Y9LiIMvly8V65iBEmtt_rD4JKKSH8GkC_GkgknleCoTM4yF31Wf2M/s400/Kolam%252BSegaran.jpg" style="-webkit-box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.199219) 0px 0px 0px; background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-color: transparent; border-bottom-left-radius: 0px 0px; border-bottom-right-radius: 0px 0px; border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-color: initial; border-left-color: transparent; border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: transparent; border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: transparent; border-top-left-radius: 0px 0px; border-top-right-radius: 0px 0px; border-top-style: solid; border-top-width: 1px; border-width: initial; cursor: pointer; display: block; height: 300px; margin-bottom: 10px; margin-left: auto; margin-right: auto; margin-top: 0px; padding-bottom: 8px; padding-left: 8px; padding-right: 8px; padding-top: 8px; position: relative; text-align: center; width: 400px;" /></a><br /><br />11.Situs Lantai Segi Enam<br />Situs berupa sisa-sisa bangunan rumah ini memiliki keunikan tersendiri lantaran ditemukannya hamparan lantai kuno berupa paving blok berbentuk segi enam dari bahan tanah liat bakar yang dibuat halus, berukuran 34 x 29 x 6.5 cm. Pada situs kita bisa melihat sisa lantai, sisa dinding dan beberapa perabot dari bahan tembikar seperti gentong dan pot tanah liat. Diduga dulu situs yang terletak 500 m selatan Pendopo Agung ini merupakan bagian dari kompleks bangunan kerajaan, atau mungkin pula bangunan milik bangsawan kerajaan Majapahit.<br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieJV8cY93ImE8KEdtua9iBIondMZq2aCX8CNR_wewejIGLKeD7q0GVIvH-ygObBUYqaDfgetoTCgO8uAsLt2wz_MP3OVyg_fXnaaSTgKbjqfEbnEiHeBN7uV0-iGBYh6I0Udoq5Ig9-iU/s1600/situs%252Blantai%252Bsegi%252Benam%252Bmajapahit.jpg" style="text-decoration: none;"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5561878306732516802" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieJV8cY93ImE8KEdtua9iBIondMZq2aCX8CNR_wewejIGLKeD7q0GVIvH-ygObBUYqaDfgetoTCgO8uAsLt2wz_MP3OVyg_fXnaaSTgKbjqfEbnEiHeBN7uV0-iGBYh6I0Udoq5Ig9-iU/s400/situs%252Blantai%252Bsegi%252Benam%252Bmajapahit.jpg" style="-webkit-box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.199219) 0px 0px 0px; background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-color: transparent; border-bottom-left-radius: 0px 0px; border-bottom-right-radius: 0px 0px; border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-color: initial; border-left-color: transparent; border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: transparent; border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: transparent; border-top-left-radius: 0px 0px; border-top-right-radius: 0px 0px; border-top-style: solid; border-top-width: 1px; border-width: initial; cursor: pointer; display: block; height: 222px; margin-bottom: 10px; margin-left: auto; margin-right: auto; margin-top: 0px; padding-bottom: 8px; padding-left: 8px; padding-right: 8px; padding-top: 8px; position: relative; text-align: center; width: 400px;" /></a><br /><br />12.Alun-Alun Watu Umpak<br />Situs ini terletak hanya sekitar 100 meter dari situs candi Kedaton, berupa kumpulan batu-batu umpak besar yang tersusun rapi. Diduga situs ini adalah bekas bangunan kerajaan Majapahit yang berkaitan pula dengan situs candi Kedaton.<br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinEpw8IWqNQ-dx1duyZA-wIh2ZrbgCQmzOJHS5W-9WBad19PezYUYm-mRG2r-K6aLL8xZ28nG4BQP4F0lRrYiPaKWiit5uyG3ik-izrGw3Q2Y8_FROwbqQlMQku_8UhkTfZCA8K8Ih4dA/s1600/watu%252Bumpak%252Bmajapahit.jpg" style="text-decoration: none;"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5561879214703622354" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinEpw8IWqNQ-dx1duyZA-wIh2ZrbgCQmzOJHS5W-9WBad19PezYUYm-mRG2r-K6aLL8xZ28nG4BQP4F0lRrYiPaKWiit5uyG3ik-izrGw3Q2Y8_FROwbqQlMQku_8UhkTfZCA8K8Ih4dA/s400/watu%252Bumpak%252Bmajapahit.jpg" style="-webkit-box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.199219) 0px 0px 0px; background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-color: transparent; border-bottom-left-radius: 0px 0px; border-bottom-right-radius: 0px 0px; border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-color: initial; border-left-color: transparent; border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: transparent; border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: transparent; border-top-left-radius: 0px 0px; border-top-right-radius: 0px 0px; border-top-style: solid; border-top-width: 1px; border-width: initial; cursor: pointer; display: block; height: 171px; margin-bottom: 10px; margin-left: auto; margin-right: auto; margin-top: 0px; padding-bottom: 8px; padding-left: 8px; padding-right: 8px; padding-top: 8px; position: relative; text-align: center; width: 400px;" /></a><br /><br />13.Makam Putri Campa<br />Merupakan kompleks pemakaman Islam kuno di dekat Candi Menak Jinggo dengan fokus berupa makam putri Campa, yang konon adalah selir atau istri raja Majapahit periode akhir. Dari bentuk makam diperkirakan Putri Campa yang wafat tahun 1448 M menganut agama Islam, dan konon berhasil mengajak raja Majapahit terakhir untuk memeluk agama Islam. Seperti diketahui bahwa Raden Patah, pendiri kerajaan Demak yang notabene kerajaan Islam pertama di Jawa, adalah termasuk putra dari raja Brawijaya, raja Majapahit pada periode akhir.<br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_X6Sp8JQmqg8HTvy0ByRHm6HLQd3a7nHduUXpEe2YkahzFBgy3w9K_VTW57kjN_TlX8mtF3r5uUZ8_xtDnYiRS8q9P3WpRdffFXRj_TIw7dv8nim7aW1v67ho2RxvNocn8mT92dyTs64/s1600/images.jpeg" style="text-decoration: none;"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5561890900341123730" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_X6Sp8JQmqg8HTvy0ByRHm6HLQd3a7nHduUXpEe2YkahzFBgy3w9K_VTW57kjN_TlX8mtF3r5uUZ8_xtDnYiRS8q9P3WpRdffFXRj_TIw7dv8nim7aW1v67ho2RxvNocn8mT92dyTs64/s400/images.jpeg" style="-webkit-box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.199219) 0px 0px 0px; background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-color: transparent; border-bottom-left-radius: 0px 0px; border-bottom-right-radius: 0px 0px; border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-color: initial; border-left-color: transparent; border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: transparent; border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: transparent; border-top-left-radius: 0px 0px; border-top-right-radius: 0px 0px; border-top-style: solid; border-top-width: 1px; border-width: initial; cursor: pointer; display: block; height: 167px; margin-bottom: 10px; margin-left: auto; margin-right: auto; margin-top: 0px; padding-bottom: 8px; padding-left: 8px; padding-right: 8px; padding-top: 8px; position: relative; text-align: center; width: 251px;" /></a><br /><br /><br /><br />14.Makam Troloyo<br />Merupakan kompleks pemakaman Islam kuno, dimana kebanyakan batu nisan disana berangka tahun 1350 dan 1478. Makam Troloyo membuktikan bahwa komunitas muslim bukan hanya telah ada di pulau Jawa pada pertengahan abad ke-14, tapi juga sebagai bukti bahwa agama Islam telah diakui dan dianut oleh sebagian kecil penduduk ibu kota Majapahit<br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhNMp7DRvZ72R7dEmdzrhcZXD9lUzA-bDgO9k2OHQ5NTn1JA-G-b3xp7NEl_KHWu5clcQ6n5rLXUuIjt2Awv4hVyKompjaCNd35WUqKuIeKATII_UuO9mSsuT6reqOWTJ2YB4OfddCrDA/s1600/makam-troloyo1.jpg" style="text-decoration: none;"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5561889573721782098" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhNMp7DRvZ72R7dEmdzrhcZXD9lUzA-bDgO9k2OHQ5NTn1JA-G-b3xp7NEl_KHWu5clcQ6n5rLXUuIjt2Awv4hVyKompjaCNd35WUqKuIeKATII_UuO9mSsuT6reqOWTJ2YB4OfddCrDA/s400/makam-troloyo1.jpg" style="-webkit-box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.199219) 0px 0px 0px; background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-color: transparent; border-bottom-left-radius: 0px 0px; border-bottom-right-radius: 0px 0px; border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-color: initial; border-left-color: transparent; border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: transparent; border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: transparent; border-top-left-radius: 0px 0px; border-top-right-radius: 0px 0px; border-top-style: solid; border-top-width: 1px; border-width: initial; cursor: pointer; display: block; height: 283px; margin-bottom: 10px; margin-left: auto; margin-right: auto; margin-top: 0px; padding-bottom: 8px; padding-left: 8px; padding-right: 8px; padding-top: 8px; position: relative; text-align: center; width: 377px;" /></a><br /><br />15. Siti Inggil<br />Siti Inggil atau yang artinya Tanah Tinggi atau mungkin dikonotasikan dengan Tanah yang di-Agungkan terletak di dekat lokasi Candi Brahu. Konon Siti Inggil dulunya berupa punden yang pernah menjadi tempat pertapaan Raden Wijaya. Di lokasi ini terdapat situs berupa 2 buah makam yaitu makam Sapu Angin dan Sapu Jagat yang dikeramatkan oleh penduduk dan banyak dikunjungi oleh peziarah terutama saat malam Jumat.<br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLz8x7RuM5zoqSZtO4I9eWZE53CxtJ-l9VstR2ApiqvSNskwiJ8ZKsb4R7fWZ-O1rleLpcscQxGnNJls6bfEM3H6y2tfKP3YN4mr_8pMXKKw2Vr1uLM5PMy6rkkWLRfo7TkgH3hHDc4Uo/s1600/siti_inggil_graveyard_02.jpg" style="text-decoration: none;"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5561881715233729730" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLz8x7RuM5zoqSZtO4I9eWZE53CxtJ-l9VstR2ApiqvSNskwiJ8ZKsb4R7fWZ-O1rleLpcscQxGnNJls6bfEM3H6y2tfKP3YN4mr_8pMXKKw2Vr1uLM5PMy6rkkWLRfo7TkgH3hHDc4Uo/s400/siti_inggil_graveyard_02.jpg" style="-webkit-box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.199219) 0px 0px 0px; background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-color: transparent; border-bottom-left-radius: 0px 0px; border-bottom-right-radius: 0px 0px; border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-color: initial; border-left-color: transparent; border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: transparent; border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: transparent; border-top-left-radius: 0px 0px; border-top-right-radius: 0px 0px; border-top-style: solid; border-top-width: 1px; border-width: initial; cursor: pointer; display: block; height: 150px; margin-bottom: 10px; margin-left: auto; margin-right: auto; margin-top: 0px; padding-bottom: 8px; padding-left: 8px; padding-right: 8px; padding-top: 8px; position: relative; text-align: center; width: 199px;" /></a>16. <span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small; line-height: normal;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-bottom: 0.5em; margin-right: 1em; padding-bottom: 6px; padding-left: 6px; padding-right: 6px; padding-top: 6px; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-ayr9JHOnfyc-699bvJ2r0WbuPkbamCKQ5BlzqhRzfPdhRMjDrDgYENMJ9rpLczgVbxq16at9pkbuQKQXiM_d2ZeKBtA0gMGEoGsej2tVqCgissd68PJBShLxltUOBKABS3Bz_Wtrabf4/s1600/candiportibi22ba6.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><span class="Apple-style-span" style="color: black;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-ayr9JHOnfyc-699bvJ2r0WbuPkbamCKQ5BlzqhRzfPdhRMjDrDgYENMJ9rpLczgVbxq16at9pkbuQKQXiM_d2ZeKBtA0gMGEoGsej2tVqCgissd68PJBShLxltUOBKABS3Bz_Wtrabf4/s320/candiportibi22ba6.jpg" width="240" /></span></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="padding-top: 4px; text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Helvetica, Arial, sans-serif;">Berada di Daerah Padang Lawas.</span><br /><br /><span class="Apple-style-span" style="font-family: Helvetica, Arial, sans-serif;">Merupakan peninggalan kerajaan Mandala Holing (Mandailing) sebagai bagian dari Kerajaan Majapahit.</span><br /><br /><br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHK57iZcCsjYjNWEGIvcK8vLlFdnRk43CuCwnKjngpfpt1pLp4dmRd_eKAQuFstOcZzp2qugo7tAmO1d9nn8bl723o8J-goghfB7ro0p4MhxWonDFHnkqibSPH6G3wB_pN7sijY4VVTH35/s1600/gajah_mada.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span class="Apple-style-span" style="color: black;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHK57iZcCsjYjNWEGIvcK8vLlFdnRk43CuCwnKjngpfpt1pLp4dmRd_eKAQuFstOcZzp2qugo7tAmO1d9nn8bl723o8J-goghfB7ro0p4MhxWonDFHnkqibSPH6G3wB_pN7sijY4VVTH35/s1600/gajah_mada.jpg" /></span></a><br /><div style="text-align: left;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Helvetica, Arial, sans-serif;">17. </span></div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial; font-size: 12px; line-height: 17px;"><div align="center">
Mahapatih Gajah mada </div>
<div align="left">
Kerajaan Majapahit berada di sekitar Delta sungai Brantas, Mojokerto. Raja Majapahit yang pertama adalah Raden Wijaya dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana. Setelah Raden Wijaya meninggal, Majapahit diperintah oleh Jayanegara.Dalam masa pemerintahannya timbul beberapa pemberontakan antara lain, pemberontakan Nambi, Semi, Ranggalawe, Lembu Sora dan Kuti. Pemberontakan Kuti adalah yang dianggap paling berbahaya karena berhasil menduduki ibukota Majapahit dan Jayanegara terpaksa mengungsi ke daerah Badander. Akhirnya pemberontakan Kuti berhasil dipadamkan oleh Gajah Mada, dan berkat jasanya ia di angkat menjadi patih Kahuripan. Pengganti Jayanegara adalah Tribuwanatunggadewi. Ketika pemerintahannya timbul pemberontakan Sadeng, pemberontakan ini juga berhasil ditumpas oleh Gajah Mada sehingga ia di angkat menjadi Mahapatih Majapahit. Pada waktu pelantikan ia mengucapkan sumpah yang dikenal dengan "Sumpah Palapa". Isi sumpahnya adalah tidak akan merasakan palapa (istirahat) sebelum menyatukan nusantara di bawah Majapahit. Setelah Tribuwanatunggadewi meninggal ia digantikan putranya yaitu Hayam Wuruk. Majapahit mencapai masa keemasan pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, di dampingi mahapatih Gadjah Mada. Keruntuhan Majapahit antara lain akibat tidak ada tokoh yang cakap dan berwibawa sesudah wafatnya Hayam Wuruk dan Gajah Mada, Terjadi Perang paregrek (perang saudara) antara Bhre Wirabumi dan Wikramawardhana, Banyak negeri bawahan Majapahit yang berusaha melepaskan diri, dan Berkembangnya agama Islam di pesisir Pantai Utara Jawa.</div>
<div align="left">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQ1NwMnHkhw2vppCFehWN23ihlvcyLRWdQMfAkYVExseCDxUhPNMMmL_ksjWBkGQxanEiE1CUhsjMU5vp52PjdYnyAkeQM_7Fdxej28E3sJanvJ4oDmNw4n5FktBeqJzWJ9E7n9GuRPm9o/s1600/borobudur.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQ1NwMnHkhw2vppCFehWN23ihlvcyLRWdQMfAkYVExseCDxUhPNMMmL_ksjWBkGQxanEiE1CUhsjMU5vp52PjdYnyAkeQM_7Fdxej28E3sJanvJ4oDmNw4n5FktBeqJzWJ9E7n9GuRPm9o/s1600/borobudur.jpg" /></a></div>
<div align="left">
18. </div>
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial; font-size: 12px; line-height: 17px;">Keterangan mengenai kerajaan ini diperoleh berdasarkan prasasti Gunung Wukir, Magelang. Kerajaan ini diperintah oleh Raja Sanjaya dan Raja Sanna (Sanjaya adalah keponakan Sanna. Kerajaan Mataram diperintah oleh raja-raja dari Dinasti Sanjaya (yang menganut agama Hindu ) dan raja-raja dari Dinasti Syailendra (yang menganut Agama Budha). Setelah Raja Sanjaya meninggal, Mataram diperintah oleh Rakai Panangkaran. Setelah Panangkaran yang berkuasa adalah Samaratungga, pada masa kekuasaan Samaratungga dibangun Candi Borobudur. Pengganti Samaratungga adalah menantunya yaitu Rakai Pikatan (suami dari Pramodhawardani). Kerajaan Mataram mencapai Puncak kejayaan pada masa kepemimpinan Raja Balitung.<br />Pada tahun 929 M, pusat kerajaan Mataram dipindahkan ke Watugaluh (JawaTimur) oleh Empu Sindok. Hal ini dilakukan untuk menghindari ancaman bahaya letusan gunung berapi. Pengganti Empu Sindok adalah Dharmawangsa. Ketika kepemimpinannya terjadi peristiwa "Pralaya Medang" yaitu penyerbuan Mataram oleh Wura Wari (bawahan Darmawangsa yang dihasut oleh Sriwijaya). Pengganti Dharmawangsa sekaligus raja terakhir Mataram adalah Airlangga. Airlangga adalah menantu Dharmawangsa. Berakhirnya kerajaan mataram karena Airlangga membagi kerajaan menjadi dua untuk menghindari perebutan kekuasaan antara putra Darmawangsa dan putra Airlangga, Mapanji Garasakan. Mataram dibagi menjadi dua yaitu Jenggala atau singosari yang beribu kota di kahuripan dan Panjalu atau Kediri yang beribu kota di Daha.<br /><br /><br /><br />Dan masih banyak lagi peninggalan-peninggalan kerajaan di Indonesia</span></td></tr>
</tbody></table>
</span><br /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;"><br /></span></div>
Lego teryyakahttp://www.blogger.com/profile/05368422984943201046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3559668528210687551.post-63680433830341080712012-12-15T19:11:00.000-08:002012-12-15T19:11:34.584-08:00SEJARAH NUSANTARA<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<span class="Apple-style-span" style="color: #222222; font-family: 'trebuchet ms', 'lucida grande', 'lucida sans unicode', arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20px;"><span class="aligncenter" style="display: block; text-align: center;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara_pada_era_kerajaan_Hindu-Buddha" rel="nofollow" style="color: #176b9b;" target="_blank"><strong><span style="font-size: 18px;">Sejarah Nusantara pada era kerajaan Hindu-Buddha</span><span style="font-size: 18px;"></span></strong></a></span><br /><span class="alignjustify" style="display: block; text-align: justify;">Indonesia mulai berkembang pada zaman kerajaan Hindu-Buddha berkat hubungan dagang dengan negara-negara tetangga maupun yang lebih jauh seperti India, China dan wilayah Timur Tengah. Agama Hindu masuk ke Indonesia diperkirakan pada awal Tarikh Masehi, dibawa oleh para musafir dari India antara lain: Maha Resi Agastya yang di Jawa terkenal dengan sebutan Batara Guru atau Dwipayana dan juga para musafir dari Tiongkok yakni Musafir Budha Pahyien.<br /><br />Dua kerajaan besar pada zaman ini adalah Sriwijaya dan Majapahit. Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra. Penjelajah Tiongkok I-Tsing mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Barat dan Semenanjung Melayu. Abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan dalam kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam wiracarita Ramayana.<br /><br />Masuknya Islam pada sekitar abad ke-12 secara perlahan-lahan menandai akhir dari era ini.<br /><br /><strong>Alur Waktu</strong><br />- <strong>300</strong> - Indonesia telah melakukan hubungan dagang dengan India Hubungan dagang ini mulai intensif abad ke-2 M. Memperdagangkan barang-barang dalam pasaran internasional misalnya: logam mulia, perhiasan, kerajinan, wangi-wangian, obat-obatan. Dari sebelah timur Indonesia diperdagangkan kayu cendana, kapur barus, cengkeh. Hubungan dagang ini memberi pengaruh yang besar dalam masyarakat Indonesia, terutama dengan masuknya ajaran Hindu dan Budha, pengaruh lainnya terlihat pada sistem pemerintahan.<br />- <strong>300</strong> - Telah dilakukannya hubungan pelayaran niaga yang melintasi Tiongkok. Dibuktikan dengan perjalanan dua pendeta Budha yaitu Fa Shien dan Gunavarman. Hubungan dagang ini telah lazim dilakukan, barang-barang yang diperdagangkan kemenyan, kayu cendana, hasil kerajinan.<br />- <strong>400</strong> - Hindu dan Budha telah berkembang di Indonesia dilihat dari sejarah kerajaan-kerajaan dan peninggalan-peninggalan pada masa itu antara lain candi, patung dewa, seni ukir, barang-barang logam.<br />- <strong>671</strong> - Seorang pendeta Budha dari Tiongkok, bernama I-Tsing berangkat dari Kanton ke India. Ia singgah di Sriwijaya untuk belajar tatabahasa Sansekerta, kemudian ia singgah di Melayu selama dua bulan, dan baru melanjutkan perjalanannya ke India.<br />- <strong>685</strong> - I-Tsing kembali ke Sriwijaya, disini ia tinggal selama empat tahun untuk menterjemahkan kitab suci Budha dari bahasa Sansekerta ke dalam bahasa Tionghoa.<br />- <strong>692</strong> - Salah satu kerajaan Hindu di Indonesia yaitu Sriwijaya tumbuh dan berkembang menjadi besar dan pusat perdagangan yang dikunjungi pedagang Arab, Parsi, Tiongkok. Yang diperdagangkan antara lain tekstil, kapur barus, mutiara, rempah-rempah, emas, perak. Sebagian dari Semenanjung Malaya, Selat Malaka, Sumatera Utara, Sunda, Jambi termasuk kekuasaaan Sriwijaya. Pada masa ini perkembangan kerajaan Sriwijaya berkaitan dengan masa ekspansi Islam di Indonesia dalam periode permulaan. Sriwijaya dikenal juga sebagai kerajaan maritim.<br />- <strong>922</strong> - Dari sebuah laporan tertulis diketahui seorang musafir Tiongkok telah datang kekerajaan Kahuripan di Jawa Timur dan maharaja Jawa telah menghadiahkan pedang pendek berhulu gading berukur pada kaisar Tiongkok.<br />- <strong>1292</strong> - Musafir Venesia, Marco Polo singgah di bagian utara Aceh dalam perjalanan pulangnya dari Tiongkok ke Persia melalui laut. Marco Polo berpendapat bahwa Perlak merupakan sebuah kota Islam.<br />- <strong>1345-1346</strong> - Musafir Maroko, Ibn Battuta melewati Samudra dalam perjalanannya ke dan dari Tiongkok. Diketahui juga bahwa Samudra merupakan pelabuhan yang sangat penting, tempat kapal-kapal dagang dari India dan Tiongkok. Ibn Battuta mendapati bahwa penguasa Samudra adalah seorang pengikut Mahzab Syafi'i salah satu ajaran dalam Islam.<br />- <strong>1350-1389</strong> - Puncak kejayaan Majapahit dibawah pimpinan Raja Hayam Wuruk dan patihnya Gajah Mada. Majapahit menguasai seluruh kepulauan Indonesia bahkan Jazirah Malaka sesuai dengan "sumpah Palapa" Gajah Mada yang ingin Nusantara bersatu.</span><br /><span class="aligncenter" style="display: block; text-align: center;"><span class="img" style="display: block; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px;"><img alt="" src="http://nurahmad.files.wordpress.com/2007/07/peta-jawa.jpg?w=254&h=194" style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; border-width: initial; max-width: 100%;" /></span><span style="font-size: 10px;">Sumber gambar dari <a href="http://nurahmad.wordpress.com/" rel="nofollow" style="color: #176b9b;" target="_blank">Jalan Setapak Menuju Nusantara Jaya</a></span></span></span><br />
<blockquote class="bbquote" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: url(http://static.myopera.com/community/graphics/themes/quotes1.gif); background-origin: initial; background-position: 2px 5px; background-repeat: no-repeat no-repeat; font-style: italic; margin-bottom: 2px; margin-left: 10px; margin-right: 0px; margin-top: 8px; padding-bottom: 3px; padding-left: 26px; padding-right: 0px; padding-top: 4px;">
<div style="font-size: 1em; margin-bottom: 0.85em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.85em;">
Berikut ini adalah penjabaran dari kerajaan-kerajaan yang pernah menduduki wilayah Dipantara-Nusantara. Penjabaran kali ini masih berhubungan dengan artikel diatas, silahkan dinikmati...</div>
</blockquote>
<br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Kutai" rel="nofollow" style="color: #176b9b;" target="_blank"><strong><span style="font-size: 18px;">Kerajaan Kutai Martadipura</span></strong></a><br /><span class="alignjustify" style="display: block; text-align: justify;">Kutai Martadipura adalah kerajaan tertua bercorak Hindu di Nusantara dan seluruh Asia Tenggara. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam. Nama Kutai diambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang menggambarkan kerajaan tersebut. Nama Kutai diberikan oleh para ahli karena tidak ada prasasti yang secara jelas menyebutkan nama kerajaan ini. Karena memang sangat sedikit informasi yang dapat diperoleh akibat kurangnya sumber sejarah.</span><br /><span class="alignjustify" style="display: block; text-align: justify;"><strong><span style="font-size: 16px;">Sejarah:</span></strong><br /><strong>Yupa</strong><br />Informasi yang ada diperoleh dari Yupa/Tugu dalam upacara pengorbanan yang berasal dari abad ke-4. Ada tujuh buah yupa yang menjadi sumber utama bagi para ahli dalam menginterpretasikan sejarah Kerajaan Kutai. Dari salah satu yupa tersebut diketahui bahwa raja yang memerintah kerajaan Kutai saat itu adalah Mulawarman. Namanya dicatat dalam yupa karena kedermawanannya menyedekahkan 20.000 ekor lembu kepada brahmana.<br /><br /><strong>Mulawarman</strong><br />Mulawarman adalah anak Aswawarman dan cucu Kudungga. Nama Mulawarman dan Aswawarman sangat kental dengan pengaruh bahasa Jerman bila dilihat dari cara penulisannya. Kudungga adalah pembesar dari Kerajaan Campa (Kamboja) yang datang ke Indonesia. Kudungga sendiri diduga belum menganut agama Budha.<br /><br /><strong>Aswawarman</strong><br />Aswawarman mungkin adalah raja pertama Kerajaan Kutai yang bercorak Hindu. Ia juga diketahui sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai sehingga diberi gelar Wangsakerta, yang artinya pembentuk keluarga. Aswawarman memiliki 3 orang putera, dan salah satunya adalah Mulawarman. Putra Aswawarman adalah Mulawarman. Dari yupa diketahui bahwa pada masa pemerintahan Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup sejahtera dan makmur. Kerajaan Kutai seakan-akan tak tampak lagi oleh dunia luar karena kurangnya komunikasi dengan pihak asing, hingga sangat sedikit yang mendengar namanya. Bahkan, di tahun 1365, sastra Jawa Negarakartagama hanya menyebutkannya secara sepintas lalu.<br /><br /><strong>Berakhir</strong><br />Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Perlu diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang ibukotanya pertama kali berada di Kutai Lama (Tanjung Kute). Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam yang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.<br /><br /><strong>Nama-Nama Raja Kutai:</strong><br />1. Maharaja Kudungga<br />2. Maharaja Asmawarman<br />3. Maharaja Irwansyah<br />4. Maharaja Sri Aswawarman<br />5. Maharaja Marawijaya Warman<br />6. Maharaja Gajayana Warman<br />7. Maharaja Tungga Warman<br />8. Maharaja Jayanaga Warman<br />9. Maharaja Nalasinga Warman<br />10. Maharaja Nala Parana Tungga<br />11. Maharaja Gadingga Warman Dewa<br />12. Maharaja Indra Warman Dewa<br />13. Maharaja Sangga Warman Dewa<br />14. Maharaja Singsingamangaraja XXI<br />15. Maharaja Candrawarman<br />16. Maharaja Prabu Nefi Suriagus<br />17. Maharaja Ahmad Ridho Darmawan<br />18. Maharaja Riski Subhana<br />19. Maharaja Sri Langka Dewa<br />20. Maharaja Guna Parana Dewa<br />21. Maharaja Wijaya Warman<br />22. Maharaja Indra Mulya<br />23. Maharaja Sri Aji Dewa<br />24. Maharaja Mulia Putera<br />25. Maharaja Nala Pandita<br />26. Maharaja Indra Paruta Dewa<br />27. Maharaja Dharma Setia</span><br /><br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Kalingga" rel="nofollow" style="color: #176b9b;" target="_blank"><strong><span style="font-size: 18px;">Kerajaan Kalingga</span></strong></a><br /><br /><span class="alignjustify" style="display: block; text-align: justify;">Kalingga adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu di Jawa Tengah, yang pusatnya berada di daerah Kabupaten Jepara sekarang. Kalingga telah ada pada abad ke-6 Masehi dan keberadaannya diketahui dari sumber-sumber Tiongkok. Kerajaan ini pernah diperintah oleh Ratu Shima, yang dikenal memiliki peraturan barang siapa yang mencuri, akan dipotong tangannya.<br /><br />Putri Maharani Shima, PARWATI, menikah dengan putera mahkota Kerajaan Galuh yang bernama MANDIMINYAK, yang kemudian menjadi raja ke 2 dari Kerajaan Galuh. Maharani Shima memiliki cucu yang bernama SANAHA yang menikah dengan raja ke 3 dari Kerajaan Galuh, yaitu BRATASENAWA. Sanaha dan Bratasenawa memiliki anak yang bernama SANJAYA yang kelak menjadi raja Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh (723-732M).<br /><br />Setelah Maharani Shima mangkat di tahun 732M, Sanjaya menggantikan buyutnya dan menjadi raja Kerajaan KALINGGA UTARA yang kemudian disebut BUMI MATARAM, dan kemudian mendirikan Dinasti / Wangsa Sanjaya di Kerajaan Mataram Kuno. Kekuasaan di Jawa Barat diserahkannya kepada putranya dari TEJAKENCANA, yaitu TAMPERAN BARMAWIJAYA alias RAKEYAN PANARABAN.<br /><br />Kemudian Raja Sanjaya menikahi Sudiwara puteri Dewasinga, Raja KALINGGA SELATAN atau BUMI SAMBARA, dan memiliki putra yaitu RAKAI PANANGKARAN.</span><br /><span class="aligncenter" style="display: block; text-align: center;"><span class="img" style="display: block; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px;"><img alt="" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/0/08/Locator_kalingga.png/400px-Locator_kalingga.png" style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; border-width: initial; max-width: 100%;" /></span>Letak Pusat Kerajaan Kalingga</span><br /><br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Kediri" rel="nofollow" style="color: #176b9b;" target="_blank"><strong><span style="font-size: 18px;">Kerajaan Ka(e)diri</span></strong></a><br /><br /><span class="alignjustify" style="display: block; text-align: justify;">Kerajaan Kadiri atau Kerajaan Panjalu, adalah sebuah kerajaan yang terdapat di Jawa Timur antara tahun 1042-1222 M. Kerajaan ini berpusat di kota Daha, yang terletak di sekitar Kota Kediri sekarang.<br /><br /><strong>Latar Belakang</strong><br />Sesungguhnya kota Daha sudah ada sebelum Kerajaan Kadiri berdiri. Daha merupakan singkatan dari Dahanapura, yang berarti kota api. Nama ini terdapat dalam prasasti Pamwatan yang dikeluarkan Airlangga tahun 1042. Hal ini sesuai dengan berita dalam Serat Calon Arang bahwa, saat akhir pemerintahan Airlangga, pusat kerajaan sudah tidak lagi berada di Kahuripan, melainkan pindah ke Daha.<br /><br />Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membelah wilayah kerajaannya karena kedua putranya bersaing memperebutkan takhta. Putra yang bernama Sri Samarawijaya mendapatkan kerajaan barat bernama Panjalu yang berpusat di kota baru, yaitu Daha. Sedangkan putra yang bernama Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan timur bernama Janggala yang berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan.<br /><br />Menurut Nagarakretagama, sebelum dibelah menjadi dua, nama kerajaan yang dipimpin Airlangga sudah bernama Panjalu, yang berpusat di Daha. Jadi, Kerajaan Janggala lahir sebagai pecahan dari Panjalu. Adapun Kahuripan adalah nama kota lama yang sudah ditinggalkan Airlangga dan kemudian menjadi ibu kota Janggala.<br /><br />Pada mulanya, nama Panjalu atau Pangjalu memang lebih sering dipakai dari pada nama Kadiri. Hal ini dapat dijumpai dalam prasasti-prasasti yang diterbitkan oleh raja-raja Kadiri. Bahkan, nama Panjalu juga dikenal sebagai Pu-chia-lung dalam kronik Cina berjudul Ling wai tai ta (1178).<br /><br /><strong>Perkembangan Panjalu</strong><br />Masa-masa awal Kerajaan Panjalu atau Kadiri tidak banyak diketahui. Prasasti Turun Hyang II (1044) yang diterbitkan Kerajaan Janggala hanya memberitakan adanya perang saudara antara kedua kerajaan sepeninggal Airlangga.<br /><br />Sejarah Kerajaan Panjalu mulai diketahui dengan adanya prasasti Sirah Keting tahun 1104 atas nama Sri Jayawarsa. Raja-raja sebelum Sri Jayawarsa hanya Sri Samarawijaya yang sudah diketahui, sedangkan urutan raja-raja sesudah Sri Jayawarsa sudah dapat diketahui dengan jelas berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan.<br /><br />Kerajaan Panjalu di bawah pemerintahan Sri Jayabhaya berhasil menaklukkan Kerajaan Janggala dengan semboyannya yang terkenal dalam prasasti Ngantang (1135), yaitu Panjalu Jayati, atau Panjalu Menang.<br /><br />Pada masa pemerintahan Sri Jayabhaya inilah, Kerajaan Panjalu mengalami masa kejayaannya. Wilayah kerajaan ini meliputi seluruh Jawa dan beberapa pulau di Nusantara, bahkan sampai mengalahkan pengaruh Kerajaan Sriwijaya di Sumatra.<br /><br />Hal ini diperkuat kronik Cina berjudul Ling wai tai ta karya Chou Ku-fei tahun 1178, bahwa pada masa itu negeri paling kaya selain Cina secara berurutan adalah Arab, Jawa, dan Sumatra. Saat itu yang berkuasa di Arab adalah Bani Abbasiyah, di Jawa ada Kerajaan Panjalu, sedangkan Sumatra dikuasai Kerajaan Sriwijaya.<br /><br />Penemuan Situs Tondowongso pada awal tahun 2007, yang diyakini sebagai peninggalan Kerajaan Kadiri diharapkan dapat membantu memberikan lebih banyak informasi tentang kerajaan tersebut.<br /><br /><strong>Karya Sastra Zaman Kadiri</strong><br />Seni sastra mendapat banyak perhatian pada zaman Kerajaan Panjalu-Kadiri. Pada tahun 1157 Kakawin Bharatayuddha ditulis oleh Mpu Sedah dan diselesaikan Mpu Panuluh. Kitab ini bersumber dari Mahabharata yang berisi kemenangan Pandawa atas Korawa, sebagai kiasan kemenangan Sri Jayabhaya atas Janggala.<br /><br />Selain itu, Mpu Panuluh juga menulis Kakawin Hariwangsa dan Ghatotkachasraya. Terdapat pula pujangga zaman pemerintahan Sri Kameswara bernama Mpu Dharmaja yang menulis Kakawin Smaradahana. Kemudian pada zaman pemerintahan Kertajaya terdapat pujangga bernama Mpu Monaguna yang menulis Sumanasantaka dan Mpu Triguna yang menulis Kresnayana.<br /><br /><strong>Runtuhnya Kadiri</strong><br />Kerajaan Panjalu-Kadiri runtuh pada masa pemerintahan Kertajaya, dan dikisahkan dalam Pararaton dan Nagarakretagama.<br /><br />Pada tahun 1222 Kertajaya sedang berselisih melawan kaum brahmana yang kemudian meminta perlindungan Ken Arok akuwu Tumapel. Kebetulan Ken Arok juga bercita-cita memerdekakan Tumapel yang merupakan daerah bawahan Kadiri.<br /><br />Perang antara Kadiri dan Tumapel terjadi dekat desa Ganter. Pasukan Ken Arok berhasil menghancurkan pasukan Kertajaya. Dengan demikian berakhirlah masa Kerajaan Kadiri, yang sejak saat itu kemudian menjadi bawahan Tumapel atau Singhasari.</span><br /><span class="aligncenter" style="display: block; text-align: center;"><span class="img" style="display: block; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px;"><img alt="" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/1e/Museum_f%C3%BCr_Indische_Kunst_Dahlem_Berlin_Mai_2006_040.jpg/375px-Museum_f%C3%BCr_Indische_Kunst_Dahlem_Berlin_Mai_2006_040.jpg" style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; border-width: initial; max-width: 100%;" /></span>Arca Buddha Vajrasattva zaman Kadiri (abad X/XI).<br />Koleksi Museum für Indische Kunst, Berlin-Dahlem, Jerman.</span><br /><span class="alignjustify" style="display: block; text-align: justify;"><strong><span style="font-size: 16px;">Raja-Raja yang Pernah Memerintah Daha</span></strong><br />Berikut adalah nama-nama raja yang pernah memerintah di Daha, ibu kota Kadiri:<br /><br /><strong>1. Pada saat Daha menjadi ibu kota kerajaan yang masih utuh</strong><br />Airlangga, merupakan pendiri kota Daha sebagai pindahan kota Kahuripan. Ketika ia turun takhta tahun 1042, wilayah kerajaan dibelah menjadi dua. Daha kemudian menjadi ibu kota kerajaan bagian barat, yaitu Panjalu.<br /><br />Menurut Nagarakretagama, kerajaan yang dipimpin Airlangga tersebut sebelum dibelah sudah bernama Panjalu.<br /><br /><strong>2. Pada saat Daha menjadi ibu kota Panjalu</strong><br />* Sri Samarawijaya, merupakan putra Airlangga yang namanya ditemukan dalam prasasti Pamwatan (1042).<br />* Sri Jayawarsa, berdasarkan prasasti Sirah Keting (1104). Tidak diketahui dengan pasti apakah ia adalah pengganti langsung Sri Samarawijaya atau bukan.<br />* Sri Bameswara, berdasarkan prasasti Padelegan I (1117), prasasti Panumbangan (1120), dan prasasti Tangkilan (1130).<br />* Sri Jayabhaya, merupakan raja terbesar Panjalu, berdasarkan prasasti Ngantang (1135), prasasti Talan (1136), dan Kakawin Bharatayuddha (1157).<br />* Sri Sarweswara, berdasarkan prasasti Padelegan II (1159) dan prasasti Kahyunan (1161).<br />* Sri Aryeswara, berdasarkan prasasti Angin (1171).<br />* Sri Gandra, berdasarkan prasasti Jaring (1181).<br />* Sri Kameswara, berdasarkan prasasti Ceker (1182) dan Kakawin Smaradahana.<br />* Kertajaya, berdasarkan prasasti Galunggung (1194), Prasasti Kamulan (1194), prasasti Palah (1197), prasasti Wates Kulon (1205), Nagarakretagama, dan Pararaton.<br /><br /><strong>3. Pada saat Daha menjadi bawahan Singhasari</strong><br />Kerajaan Panjalu runtuh tahun 1222 dan menjadi bawahan Singhasari. Berdasarkan prasasti Mula Malurung, diketahui raja-raja Daha zaman Singhasari, yaitu:<br />* Mahisa Wunga Teleng putra Ken Arok<br />* Guningbhaya adik Mahisa Wunga Teleng<br />* Tohjaya kakak Guningbhaya<br />* Kertanagara cucu Mahisa Wunga Teleng (dari pihak ibu), yang kemudian menjadi raja Singhasari<br /><br /><strong>4. Pada saat Daha menjadi ibu kota Kadiri</strong><br />Jayakatwang, adalah keturunan Kertajaya yang menjadi bupati Gelang-Gelang. Tahun 1292 ia memberontak hingga menyebabkan runtuhnya Kerajaan Singhasari. Jayakatwang kemudian membangun kembali Kerajaan Kadiri. Tapi pada tahun 1293 ia dikalahkan Raden Wijaya pendiri Majapahit.<br /><br /><strong>5. Pada saat Daha menjadi bawahan Majapahit</strong><br />Sejak tahun 1293 Daha menjadi negeri bawahan Majapahit yang paling utama. Raja yang memimpin bergelar Bhre Daha tapi hanya bersifat simbol, karena pemerintahan harian dilaksanakan oleh patih Daha. Para pemimpin Daha zaman Majapahit antara lain:<br />* Jayanagara, tahun 1295-1309, didampingi Patih Lembu Sora.<br />* Rajadewi, tahun 1309-1370-an, didampingi Patih Arya Tilam, kemudian Gajah Mada.<br />Setelah itu, nama-nama pejabat Bhre Daha tidak diketahui dengan pasti.<br /><br /><strong>6. Pada saat Daha menjadi ibu kota Majapahit</strong><br />Menurut Suma Oriental tulisan Tome Pires, pada tahun 1513 Daha menjadi ibu kota Majapahit yang dipimpin oleh Bhatara Wijaya. Nama raja ini identik dengan Dyah Ranawijaya yang dikalahkan oleh Sultan Trenggana raja Demak tahun 1527.<br /><br />Sejak saat itu nama Kediri lebih terkenal dari pada Daha.</span><br /><br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Singhasari" rel="nofollow" style="color: #176b9b;" target="_blank"><strong><span style="font-size: 18px;">Kerajaan Singhasari</span></strong></a><br /><span class="alignJustify">Kerajaan Singhasari atau sering pula ditulis Singasari, adalah sebuah kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222. Lokasi kerajaan ini sekarang diperkirakan berada di daerah Singosari, Malang.<br /><br /><strong>Nama Ibu Kota</strong><br />Berdasarkan prasasti Kudadu, nama resmi Kerajaan Singhasari yang sesungguhnya ialah Kerajaan Tumapel. Menurut Nagarakretagama, ketika pertama kali didirikan tahun 1222, ibu kota Kerajaan Tumapel bernama Kutaraja.<br /><br />Pada tahun 1254, Raja Wisnuwardhana mengangkat putranya yang bernama Kertanagara sebagai yuwaraja dan mengganti nama ibu kota menjadi Singhasari. Nama Singhasari yang merupakan nama ibu kota kemudian justru lebih terkenal daripada nama Tumapel. Maka, Kerajaan Tumapel pun terkenal pula dengan nama Kerajaan Singhasari.<br /><br />Nama Tumapel juga muncul dalam kronik Cina dari Dinasti Yuan dengan ejaan Tu-ma-pan.<br /><br /><strong>Awal Berdirinya</strong><br />Menurut Pararaton, Tumapel semula hanya sebuah daerah bawahan Kerajaan Kadiri. Yang menjabat sebagai akuwu (setara camat) Tumapel saat itu adalah Tunggul Ametung. Ia mati dibunuh secara licik oleh pengawalnya sendiri yang bernama Ken Arok, yang kemudian menjadi akuwu baru. Tidak hanya itu, Ken Arok bahkan berniat melepaskan Tumapel dari kekuasaan Kadiri.<br /><br />Pada tahun 1222 terjadi perseteruan antara Kertajaya raja Kadiri melawan kaum brahmana. Para brahmana lalu menggabungkan diri dengan Ken Arok yang mengangkat dirinya menjadi raja pertama Tumapel bergelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi. Perang melawan Kadiri meletus di desa Ganter yang dimenangkan oleh pihak Tumapel.<br /><br />Nagarakretagama juga menyebut tahun yang sama untuk pendirian Kerajaan Tumapel, namun tidak menyebutkan adanya nama Ken Arok. Dalam naskah itu, pendiri kerajaan Tumapel bernama Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra yang berhasil mengalahkan Kertajaya raja Kadiri.<br /><br />Prasasti Mula Malurung atas nama Kertanagara tahun 1255, menyebutkan kalau pendiri Kerajaan Tumapel adalah Bhatara Siwa. Mungkin nama ini adalah gelar anumerta dari Ranggah Rajasa, karena dalam Nagarakretagama arwah pendiri kerajaan Tumapel tersebut dipuja sebagai Siwa. Selain itu, Pararaton juga menyebutkan bahwa, sebelum maju perang melawan Kadiri, Ken Arok lebih dulu menggunakan julukan Bhatara Siwa.<br /><br /><strong>Raja-Raja Tumapel</strong><br />Terdapat perbedaan antara Pararaton dan Nagarakretagama dalam menyebutkan urutan raja-raja Singhasari.<br /><br /><span style="text-decoration: underline;">Raja-raja Tumapel versi Pararaton adalah:</span><br />1. Ken Arok alias Rajasa Sang Amurwabhumi (1222 - 1247)<br />2. Anusapati (1247 - 1249)<br />3. Tohjaya (1249 - 1250)<br />4. Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1250 - 1272)<br />5. Kertanagara (1272 - 1292)<br /><br /><span style="text-decoration: underline;">Raja-raja Tumapel versi Nagarakretagama adalah:</span><br />1. Rangga Rajasa Sang Girinathaputra (1222 - 1227)<br />2. Anusapati (1227 - 1248)<br />3. Wisnuwardhana (1248 - 1254)<br />4. Kertanagara (1254 - 1292)<br /><br />Kisah suksesi raja-raja Tumapel versi Pararaton diwarnai pertumpahan darah yang dilatari balas dendam. Ken Arok mati dibunuh Anusapati (anak tirinya). Anusapati mati dibunuh Tohjaya (anak Ken Arok dari selir). Tohjaya mati akibat pemberontakan Ranggawuni (anak Anusapati). Hanya Ranggawuni yang digantikan Kertanagara (putranya) secara damai.<br /><br />Sementara itu versi Nagarakretagama tidak menyebutkan adanya pembunuhan antara raja pengganti terhadap raja sebelumnya. Hal ini dapat dimaklumi karena Nagarakretagama adalah kitab pujian untuk Hayam Wuruk raja Majapahit. Peristiwa berdarah yang menimpa leluhur Hayam Wuruk tersebut dianggap sebagai aib.<br /><br />Di antara para raja di atas hanya Wisnuwardhana dan Kertanagara saja yang didapati menerbitkan prasasti sebagai bukti kesejarahan mereka. Dalam Prasasti Mula Malurung (yang dikeluarkan Kertanagara atas perintah Wisnuwardhana) ternyata menyebut Tohjaya sebagai raja Kadiri, bukan raja Tumapel. Hal ini memperkuat kebenaran berita dalam Nagarakretagama.<br /><br />Prasasti tersebut dikeluarkan oleh Kertanagara tahun 1255 selaku raja bawahan di Kadiri. Jadi, pemberitaan kalau Kertanagara naik takhta tahun 1254 perlu dibetulkan. Yang benar adalah, Kertanagara menjadi raja muda di Kadiri dahulu. Baru pada tahun 1268, ia bertakhta di Singhasari.<br /><br /><strong>Tafsir Baru Sejarah Tumapel</strong><br />Dengan ditemukannya prasasti Mula Malurung maka sejarah Tumapel versi Pararaton perlu untuk direvisi.<br /><br />Kerajaan Tumapel didirikan oleh Rajasa alias Bhatara Siwa setelah menaklukkan Kadiri. Sepeninggalnya, kerajaan terpecah menjadi dua, Tumapel dipimpin Anusapati sedangkan Kadiri dipimpin Bhatara Parameswara (alias Mahisa Wonga Teleng). Parameswara digantikan oleh Guningbhaya, kemudian Tohjaya. Sementara itu, Anusapati digantikan oleh Seminingrat yang bergelar Wisnuwardhana.<br /><br />Prasasti Mula Malurung menyebutkan bahwa sepeninggal Tohjaya, Kerajaan Tumapel dan Kadiri dipersatukan kembali oleh Seminingrat. Kadiri kemudian menjadi kerajaan bawahan yang dipimpin oleh putranya, yaitu Kertanagara.<br /><br /><strong>Pemerintahan Bersama</strong><br />Pararaton dan Nagarakretagama menyebutkan adanya pemerintahan bersama antara Wisnuwardhana dan Narasingamurti. Dalam Pararaton disebutkan nama asli Narasingamurti adalah Mahisa Campaka.<br /><br />Apabila kisah kudeta berdarah dalam Pararaton benar-benar terjadi, maka dapat dipahami maksud dari pemerintahan bersama ini adalah suatu upaya rekonsiliasi antara kedua kelompok yang bersaing. Wisnuwardhana merupakan cucu Tunggul Ametung sedangkan Narasingamurti adalah cucu Ken Arok.<br /><br /><strong>Puncak Kejayaan</strong><br />Kertanagara adalah raja terakhir dan raja terbesar dalam sejarah Singhasari (1268 - 1292). Ia adalah raja pertama yang mengalihkan wawasannya ke luar Jawa. Pada tahun 1275 ia mengirim pasukan Ekspedisi Pamalayu untuk menjadikan pulau Sumatra sebagai benteng pertahanan dalam menghadapi ekspansi bangsa Mongol. Saat itu penguasa pulau Sumatra adalah Kerajaan Dharmasraya (kelanjutan dari Kerajaan Malayu). Kerajaan ini akhirnya tunduk dengan ditemukannya bukti arca Amoghapasa yang dikirim Kertanagara sebagai tanda persahabatan kedua negara.<br /><br />Pada tahun 1284, Kertanagara juga mengadakan ekspedisi menaklukkan Bali. Pada tahun 1289 Kaisar Kubilai Khan mengirim utusan ke Singhasari meminta agar Jawa mengakui kedaulatan Mongol. Namun permintaan itu ditolak tegas oleh Kertanagara.<br /><br />Nagarakretagama menyebutkan daerah-daerah bawahan Singhasari di luar Jawa pada masa Kertanagara antara lain, Melayu, Bali, Pahang, Gurun, dan Bakulapura.</span><span class="alignCenter"><span class="img" style="display: block; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px;"><img alt="" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/9/91/Museum_f%C3%BCr_Indische_Kunst_Dahlem_Berlin_Mai_2006_042.jpg" style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; border-width: initial; max-width: 100%;" /></span>Mandala Amoghapāśa dari masa Singhasari (abad ke-XIII), perunggu, 22.5 x 14 cm.<br />Koleksi Museum für Indische Kunst, Berlin-Dahlem, Jerman.</span><br /><br /><strong>Peristiwa Keruntuhan</strong><br />Kerajaan Singhasari yang sibuk mengirimkan angkatan perangnya ke luar Jawa akhirnya mengalami keropos di bagian dalam. Pada tahun 1292 terjadi pemberontakan Jayakatwang bupati Gelang-Gelang, yang merupakan sepupu, sekaligus ipar, sekaligus besan dari Kertanagara sendiri. Dalam serangan itu Kertanagara mati terbunuh.<br /><br />Setelah runtuhnya Singhasari, Jayakatwang menjadi raja dan membangun ibu kota baru di Kadiri. Riwayat Kerajaan Tumapel-Singhasari pun berakhir.<br /><br /><strong>Hubungan dengan Majapahit</strong><br />Pararaton, Nagarakretagama, dan prasasti Kudadu mengisahkan Raden Wijaya cucu Narasingamurti yang menjadi menantu Kertanagara lolos dari maut. Berkat bantuan Aria Wiraraja (penentang politik Kertanagara), ia kemudian diampuni oleh Jayakatwang dan diberi hak mendirikan desa Majapahit.<br /><br />Pada tahun 1293 datang pasukan Mongol dipimpin Ike Mese untuk menaklukkan Jawa. Mereka dimanfaatkan Raden Wijaya untuk mengalahkan Jayakatwang di Kadiri. Setelah Kadiri runtuh, Raden Wijaya dengan siasat cerdik ganti mengusir tentara Mongol keluar dari tanah Jawa.<br /><br />Raden Wijaya kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit sebagai kelanjutan Singhasari, dan menyatakan dirinya sebagai anggota Wangsa Rajasa, yaitu dinasti yang didirikan oleh Ken Arok.[/ALIGN]<br /><br /><strong><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Majapahit" rel="nofollow" style="color: #176b9b;" target="_blank"><span style="font-size: 18px;">Kerajaan Majapahit</span></a></strong><br /><span class="alignjustify" style="display: block; text-align: justify;">Majapahit adalah suatu kerajaan yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M dan berpusat di pulau Jawa bagian timur. Kerajaan ini pernah menguasai sebagian besar pulau Jawa, Madura, Bali, dan banyak wilayah lain di Nusantara. Majapahit dapat dikatakan sebagai kerajaan terbesar di antara kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara dan termasuk yang terakhir sebelum berkembang kerajaan-kerajaan bercorak Islam di Nusantara.</span><span class="aligncenter" style="display: block; text-align: center;"><span class="img" style="display: block; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px;"><img alt="" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/f/f6/Locator_majapahit.png" style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; border-width: initial; max-width: 100%;" /></span>Lokasi ibu kota Majapahit di bagian timur Jawa.</span><br /><strong>Sejarah Berdirinya Majapahit</strong><br />Sesudah Singhasari mengusir Sriwijaya dari Jawa secara keseluruhan pada tahun 1290, kekuasaan Singhasari yang naik menjadi perhatian Kubilai Khan di China dan dia mengirim duta yang menuntut upeti. Kertanagara penguasa kerajaan Singhasari menolak untuk membayar upeti dan Khan memberangkatkan ekspedisi menghukum yang tiba di pantai Jawa tahun 1293. Ketika itu, seorang pemberontak dari Kediri bernama Jayakatwang sudah membunuh Kertanagara. Kertarajasa atau Raden Wijaya, yaitu anak menantu Kertanegara, kemudian bersekutu dengan orang Mongol untuk melawan Jayakatwang. Setelah Jayakatwang dikalahkan, Raden Wijaya berbalik menyerang sekutu Mongolnya sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya secara kalang-kabut.<br /><br />Pada tahun 1293 itu pula Raden Wijaya membangun daerah kekuasaannya di tanah perdikan daerah Tarik, Sidoarjo, dengan pusatnya yang diberi nama Majapahit. Ia dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa Jayawardhana.<br /><span class="aligncenter" style="display: block; text-align: center;"><span class="img" style="display: block; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px;"><img alt="" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/a/a8/Harihara%2C_statue.jpg" style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; border-width: initial; max-width: 100%;" /></span>Arca Harihara, dewa gabungan Siwa dan Wisnu sebagai penggambaran Kertarajasa.<br />Berlokasi semula di Candi Simping - Blitar.<br />Koleksi Museum Nasional Republik Indonesia.</span><br /><strong>Kejayaan Majapahit</strong><br />Penguasa Majapahit paling utama ialah Hayam Wuruk, yang memerintah dari tahun 1350 hingga 1389. Pada masanya, keraton Majapahit diperkirakan telah dipindahkan ke Trowulan (sekarang masuk wilayah Mojokerto).<br /><br />Gajah Mada, seorang patih dan bupati Majapahit dari 1331 ke 1364, memperluas kekuasaan kekaisaran ke pulau sekitarnya. Pada tahun 1377, yaitu beberapa tahun sesudah kematian Gajah Mada, angkatan laut Majapahit menduduki Palembang, menaklukkan daerah terakhir kerajaan Sriwijaya.<br /><br />Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit meliputi hampir seluas wilayah Indonesia modern, termasuk daerah-daerah Sumatra di bagian barat dan di bagian timur Maluku serta sebagian Papua (Wanin), dan beberapa negara Asia Tenggara. Namun demikian, batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan tersebut tampaknya tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja. Majapahit juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke China.<br /><br /><strong>Jatuhnya Majapahit</strong><br />Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah. Tampaknya terjadi perang saudara (Perang Paregreg) pada tahun 1405-1406, antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Demikian pula telah terjadi pergantian raja yang dipertengkarkan pada tahun 1450-an, dan pemberontakan besar yang dilancarkan oleh seorang bangsawan pada tahun 1468.<br /><br />Dalam tradisi Jawa ada sebuah kronogram atau candrasengkala yang berbunyi sirna ilang kretaning bumi. Sengkala ini konon adalah tahun berakhirnya Majapahit dan harus dibaca sebagai 0041, yaitu tahun 1400 Saka, atau 1478 Masehi. Arti sengkala ini adalah “sirna hilanglah kemakmuran bumi”. Namun demikian, yang sebenarnya digambarkan oleh candrasengkala tersebut adalah gugurnya Bre Kertabumi, raja ke-11 Majapahit, oleh Girindrawardhana.<br /><br />Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar agama sudah mulai memasuki nusantara. Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh nusantara mulai berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan agama Islam, yaitu Kesultanan Malaka, mulai muncul di bagian barat nusantara.<br /><br />Catatan sejarah dari China, Portugis, dan Italia mengindikasikan bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke tangan Adipati Unus, penguasa dari Kesultanan Demak, antara tahun 1518 dan 1521 M.<br /><span class="aligncenter" style="display: block; text-align: center;"><span class="img" style="display: block; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px;"><img alt="" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/1/1f/Museum_f%C3%BCr_Indische_Kunst_Dahlem_Berlin_Mai_2006_033.jpg" style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; border-width: initial; max-width: 100%;" /></span>Arca pertapa Hindu dari masa Majapahit akhir.<br />Koleksi Museum für Indische Kunst, Berlin-Dahlem, Jerman</span><br /><strong>Raja-raja Majapahit</strong><br />Berikut adalah daftar penguasa Majapahit. Perhatikan bahwa terdapat periode kekosongan antara pemerintahan Rajasawardhana (penguasa ke-8) dan Girishawardhana yang mungkin diakibatkan oleh krisis suksesi yang memecahkan keluarga kerajaan Majapahit menjadi dua kelompok.<br /><br />1. Raden Wijaya, bergelar Kertarajasa Jayawardhana (1293 - 1309)<br />2. Kalagamet, bergelar Sri Jayanagara (1309 - 1328)<br />3. Sri Gitarja, bergelar Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328 - 1350)<br />4. Hayam Wuruk, bergelar Sri Rajasanagara (1350 - 1389)<br />5. Wikramawardhana (1389 - 1429)<br />6. Suhita (1429 - 1447)<br />7. Kertawijaya, bergelar Brawijaya I (1447 - 1451)<br />8. Rajasawardhana, bergelar Brawijaya II (1451 - 1453)<br />9. Purwawisesa atau Girishawardhana, bergelar Brawijaya III (1456 - 1466)<br />10. Pandanalas, atau Suraprabhawa, bergelar Brawijaya IV (1466 - 1468)<br />11. Kertabumi, bergelar Brawijaya V (1468 - 1478)<br />12. Girindrawardhana, bergelar Brawijaya VI (1478 - 1498)<br />13. Hudhara, bergelar Brawijaya VII (1498-1518)[/ALIGN]<br /><br /><br /><strong><span style="font-size: 18px;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Pajajaran" rel="nofollow" style="color: #176b9b;" target="_blank">Kerajaan Pajajaran</a></span></strong><br /><span class="alignjustify" style="display: block; text-align: justify;">Kerajaan Pajajaran adalah sebuah kerajaan Hindu yang diperkirakan beribukotanya di Pakuan (Bogor) di Jawa Barat. Dalam naskah-naskah kuno nusantara, kerajaan ini sering pula disebut dengan nama Negeri Sunda, Pasundan, atau berdasarkan nama ibukotanya yaitu Pakuan Pajajaran. Beberapa catatan menyebutkan bahwa kerajaan ini didirikan tahun 923 oleh Sri Jayabhupati, seperti yang disebutkan dalam prasasti Sanghyang Tapak.<br /><br /><strong>Sejarah</strong><br />Sejarah kerajaan ini tidak dapat terlepas dari kerajaan-kerajaan pendahulunya di daerah Jawa Barat, yaitu Kerajaan Tarumanagara, Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh, dan Kawali. Hal ini karena pemerintahan Kerajaan Pajajaran merupakan kelanjutan dari kerajaan-kerajaan tersebut. Dari catatan-catatan sejarah yang ada, dapatlah ditelusuri jejak kerajaan ini; antara lain mengenai ibukota Pajajaran yaitu Pakuan. Mengenai raja-raja Kerajaan Pajajaran, terdapat perbedaan urutan antara naskah-naskah Babad Pajajaran, Carita Parahiangan, dan Carita Waruga Guru.</span><span class="aligncenter" style="display: block; text-align: center;"><span class="img" style="display: block; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px;"><img alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYX5mMbq8W2w_RzyItLr1v_IqM5Y7OzEovIsJakbqkC0ax8ko6Sra82WVwgBxflXoAFWc3zqcH-GYcRywqAkKZEcEgAMs_2yZOHf2dZbfBrHjYGfcpIab_cis-aOMrzszA48pT37m5VK8x/s1600/bogor.JPG" style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; border-width: initial; max-width: 100%;" /></span>Prasasti Batu Tulis peninggalan Kerajaan Hindu Pajajaran, ditulis saat pemerintahan Prabu Surawisesa untuk memperingati wafatnya Prabu Jaya Dewata Sang Silih Wangi.</span><br />Selain naskah-naskah babad, Kerajaan Pajajaran juga meninggalkan sejumlah jejak peninggalan dari masa lalu, seperti:<br />* Prasasti Batu Tulis, Bogor<br />* Prasasti Sanghyang Tapak, Sukabumi<br />* Prasasti Kawali, Ciamis<br />* Tugu Perjanjian Portugis (padraõ), Kampung Tugu, Jakarta<br />* Taman perburuan, yang sekarang menjadi Kebun Raya Bogor.<br /><br /><strong>Daftar Raja Pajajaran</strong><br />1. Sri Baduga Maharaja (1482 – 1521)<br />2. Surawisesa (1521 – 1535)<br />3. Ratu Dewata (1535 – 1543)<br />4. Ratu Sakti (1543 – 1551)<br />5. Raga Mulya (1567 – 1579)<br /><br /><strong>Keruntuhan</strong><br />Kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579 akibat serangan kerajaan Sunda lainnya, yaitu Kesultanan Banten. Berakhirnya jaman Pajajaran ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana (singgahsana raja), dari Pakuan ke Surasowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf.<br /><br />Batu berukuran 200x160x20 cm itu diboyong ke Banten karena tradisi politik agar di Pakuan tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru, dan menandakan Maulana Yusuf adalah penerus kekuasaan Pajajaran yang sah karena buyut perempuannya adalah puteri Sri Baduga Maharaja. Palangka Sriman Sriwacana tersebut saat ini bisa ditemukan di depan bekas Keraton Surasowan di Banten. Orang Banten menyebutnya Watu Gigilang, berarti mengkilap atau berseri, sama artinya dengan kata Sriman.<br /><br />Saat itu diperkirakan terdapat sejumlah punggawa istana yang meninggalkan kraton lalu menetap di daerah Lebak. Mereka menerapkan tata cara kehidupan lama yang ketat, dan sekarang mereka dikenal sebagai orang Baduy.[/align]<br /><br /><br /><span class="alignJustify"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Medang" rel="nofollow" style="color: #176b9b;" target="_blank"><span style="font-size: 16px;"><strong>Kerajaan Medang - Mataram Kuno</strong></span></a><br />Kerajaan Medang adalah nama sebuah kerajaan yang berdiri di Jawa Tengah pada abad ke-8, kemudian pindah ke Jawa Timur pada abad ke-10, dan akhirnya runtuh pada awal abad ke-11.<br /><br />Pada umumnya, istilah Kerajaan Medang hanya lazim dipakai untuk menyebut periode Jawa Timur saja, padahal berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan, nama Medang sudah dikenal sejak periode sebelumnya, yaitu periode Jawa Tengah.<br /><br />Sementara itu untuk menyebut periode Jawa Tengah, nama yang lazim dipakai adalah Kerajaan Mataram, yaitu merujuk kepada salah satu daerah pusat pemerintahan kerajaan ini. Kadang untuk membedakannya dengan Kerajaan Mataram Islam yang berdiri pada abad ke-16, Kerajaan Medang periode Jawa Tengah biasa pula disebut dengan nama Kerajaan Mataram Kuno atau Mataram Hindu.<br /><br /><strong>Pusat Kerajaan Medang</strong><br />Bhumi Mataram adalah sebutan lama untuk Yogyakarta dan sekitarnya. Di daerah inilah untuk pertama kalinya istana Kerajaan Medang diperkirakan berdiri (Rajya Medang i Bhumi Mataram). Nama ini ditemukan dalam beberapa prasasti, misalnya prasasti Minto dan prasasti Anjukladang. Istilah Mataram kemudian lazim dipakai untuk menyebut nama kerajaan secara keseluruhan, meskipun tidak selamanya kerajaan ini berpusat di sana.<br /><br />Sesungguhnya, pusat Kerajaan Medang pernah mengalami beberapa kali perpindahan, bahkan sampai ke daerah Jawa Timur sekarang. Beberapa daerah yang pernah menjadi lokasi istana Medang berdasarkan prasasti-prasasti yang sudah ditemukan antara lain:<br />Medang i Bhumi Mataram (zaman Sanjaya)<br />Medang i Mamrati (zaman Rakai Pikatan)<br />Medang i Poh Pitu (zaman Dyah Balitung)<br />Medang i Bhumi Mataram (zaman Dyah Wawa)<br />Medang i Tamwlang (zaman Mpu Sindok)<br />Medang i Watugaluh (zaman Mpu Sindok)<br />Medang i Watan (zaman Dharmawangsa Teguh)<br /><br /><strong>Awal Berdirinya Kerajaan</strong><br />Prasasti Mantyasih (907) atas nama Dyah Balitung menyebutkan dengan jelas bahwa raja pertama Kerajaan Medang (Rahyang ta rumuhun ri Medang ri Poh Pitu) adalah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.<br /><br />Sanjaya sendiri mengeluarkan prasasti Canggal tahun 732, namun tidak menyebut dengan jelas apa nama kerajaannya. Ia hanya memberitakan adanya raja lain yang memerintah pulau Jawa sebelum dirinya, bernama Sanna. Sepeninggal Sanna, negara menjadi kacau. Sanjaya kemudian tampil menjadi raja, atas dukungan Sannaha, saudara perempuan Sanna.<br /><br />Nama Sanna tidak terdapat dalam daftar para raja versi prasasti Mantyasih. Mungkin ia memang bukan raja Medang. Kiranya pengalaman Sanjaya mirip dengan Raden Wijaya (pendiri Kerajaan Majapahit akhir abad ke-13) yang mengaku sebagai penerus takhta Kertanagara raja Singhasari, namun memerintah kerajaan baru dan berbeda.<br /><br />Kisah hidup Sanjaya secara panjang lebar terdapat dalam Cerita Parahyangan yang baru ditulis ratusan tahun setelah kematiannya (sekitar abad ke-16).<br /><br /><strong>Dinasti yang Berkuasa</strong><br />Pada umumnya para sejarawan sepakat bahwa ada tiga dinasti yang pernah berkuasa di Kerajaan Medang, yaitu Wangsa Sanjaya dan Wangsa Sailendra pada periode Jawa Tengah, serta Wangsa Isana pada periode Jawa Timur.<br /><br />Istilah Wangsa Sanjaya merujuk pada nama Sanjaya, raja pertama Medang. Dinasti ini menganut agama Hindu aliran Siwa. Menurut teori van Naerssen, pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran (pengganti Sanjaya sekitar tahun 770-an), kekuasaan Kerajaan Medang direbut oleh Wangsa Sailendra yang beragama Buddha aliran Mahayana.<br /><br />Mulai saat itu Wangsa Sailendra berkuasa di pulau Jawa, bahkan berhasil pula menguasai Kerajaan Sriwijaya di pulau Sumatra. Sampai akhirnya, sekitar tahun 840-an, seorang anggota Wangsa Sanjaya bernama Rakai Pikatan berhasil menikahi Pramodawardhani putri mahkota Wangsa Sailendra. Berkat perkawinan itu ia bisa menjadi raja Medang, dan memindahkan istananya ke Mamrati. Peristiwa tersebut dianggap sebagai awal kebangkitan kembali Wangsa Sanjaya.<br /><br />Menurut teori Bosch, nama raja-raja Medang dalam prasasti Mantyasih dianggap sebagai anggota Wangsa Sanjaya secara keseluruhan. Pendapat ini ditolak oleh Slamet Muljana. Ia berpendapat belum tentu semua raja-raja dalam daftar tersebut adalah keturunan Sanjaya.<br /><br />Contoh yang diajukan Slamet Muljana adalah Rakai Panangkaran yang diyakininya bukan putra Sanjaya. Alasannya ialah, prasasti Kalasan (778) memuji Rakai Panangkaran sebagai “permata wangsa Sailendra” (Sailendrawangsatilaka). Hal ini membuktikan bahwa, teori van Naerssen tentang kekalahan Rakai Panangkaran oleh Wangsa Sailendra adalah keliru.<br /><br />Menurut teori Slamet Muljana, raja-raja Medang versi prasasti Mantyasih mulai dari Rakai Panangkaran sampai dengan Rakai Garung adalah anggota Wangsa Sailendra. Sedangkan kebangkitan Wangsa Sanjaya baru dimulai sejak Rakai Pikatan naik takhta menggantikan Rakai Garung.<br /><br />Istilah Rakai pada zaman ini identik dengan Bhre pada zaman Majapahit, yang bermakna “penguasa di”. Jadi, gelar Rakai Panangkaran sama artinya dengan “Penguasa di Panangkaran”. Nama aslinya ditemukan dalam prasasti Kalasan, yaitu Dyah Pancapana.<br /><br />Slamet Muljana kemudian mengidentifikasi Rakai Panunggalan sampai Rakai Garung dengan nama-nama raja Wangsa Sailendra yang telah diketahui, misalnya Dharanindra ataupun Samaratungga, yang selama ini cenderung dianggap bukan bagian dari daftar para raja versi prasasti Mantyasih.<br /><br />Sementara itu, dinasti ketiga yang berkuasa di Medang adalah Wangsa Isana yang baru muncul pada periode Jawa Timur. Dinasti ini didirikan oleh Mpu Sindok yang membangun istana baru di Tamwlang sekitar tahun 929. Dalam prasasti-prasastinya, Mpu Sindok menyebut dengan tegas bahwa kerajaannya adalah kelanjutan dari Kadatwan Medang i Bhumi Mataram.<br /><br /><strong>Daftar Raja-raja Medang</strong><br />Apabila teori Slamet Muljana benar, maka daftar raja-raja Medang sejak masih berpusat di Bhumi Mataram sampai berakhir di Watan dapat disusun secara lengkap sebagai berikut:<br />Sanjaya, pendiri Kerajaan Medang<br />Rakai Panangkaran, awal berkuasanya Wangsa Sailendra<br />Rakai Panunggalan alias Dharanindra<br />Rakai Warak alias Samaragrawira<br />Rakai Garung alias Samaratungga<br />Rakai Pikatan suami Pramodawardhani, awal kebangkitan Wangsa Sanjaya<br />Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala<br />Rakai Watuhumalang<br />Rakai Watukura Dyah Balitung<br />Mpu Daksa<br />Rakai Layang Dyah Tulodong<br />Rakai Sumba Dyah Wawa<br />Mpu Sindok, awal periode Jawa Timur<br />Sri Lokapala suami Sri Isanatunggawijaya<br />Makuthawangsawardhana<br />Dharmawangsa Teguh, Kerajaan Medang berakhir<br /><br />Pada daftar di atas hanya Sanjaya yang memakai gelar Sang Ratu, sedangkan raja-raja sesudahnya semua memakai gelar Sri Maharaja.<br /><br /><strong>Struktur Pemerintahan</strong><br />Raja merupakan pemimpin tertinggi Kerajaan Medang. Sanjaya sebagai raja pertama memakai gelar Ratu. Pada zaman itu istilah Ratu belum identik dengan kaum perempuan. Gelar ini setara dengan Datu yang berarti "pemimpin". Keduanya merupakan gelar Indonesia asli.<br /><br />Ketika Rakai Panangkaran dari Wangsa Sailendra berkuasa, gelar Ratu dihapusnya dan diganti dengan gelar Sri Maharaja. Kasus yang sama terjadi pada Kerajaan Sriwijaya di mana raja-rajanya semula bergelar Dapunta Hyang, dan setelah dikuasai Wangsa Sailendra juga berubah menjadi Sri Maharaja.<br /><br />Pemakaian gelar Sri Maharaja di Kerajaan Medang tetap dilestarikan oleh Rakai Pikatan meskipun Wangsa Sanjaya berkuasa kembali. Hal ini dapat dilihat dalam daftar raja-raja versi prasasti Mantyasih, di mana hanya Sanjaya yang bergelar Sang Ratu.<br /><br />Jabatan tertinggi sesudah raja ialah Rakryan Mahamantri i Hino atau kadang ditulis Rakryan Mapatih Hino. Jabatan ini dipegang oleh putra atau saudara raja yang memiliki peluang untuk naik takhta selanjutnya. Misalnya, Mpu Sindok merupakan Mapatih Hino pada masa pemerintahan Dyah Wawa.<br /><br />Jabatan Rakryan Mapatih Hino pada zaman ini berbeda dengan Rakryan Mapatih pada zaman Majapahit. Patih zaman Majapahit setara dengan perdana menteri namun tidak berhak untuk naik takhta.<br /><br />Jabatan sesudah Mahamantri i Hino secara berturut-turut adalah Mahamantri i Halu dan Mahamantri i Sirikan. Pada zaman Majapahit jabatan-jabatan ini masih ada namun hanya sekadar gelar kehormatan saja. Pada zaman Wangsa Isana berkuasa masih ditambah lagi dengan jabatan Mahamantri Wka dan Mahamantri Bawang.<br /><br />Jabatan tertinggi di Medang selanjutnya ialah Rakryan Kanuruhan sebagai pelaksana perintah raja. Mungkin semacam perdana menteri pada zaman sekarang atau setara dengan Rakryan Mapatih pada zaman Majapahit. Jabatan Rakryan Kanuruhan pada zaman Majapahit memang masih ada, namun kiranya setara dengan menteri dalam negeri pada zaman sekarang.<br /><br /><strong>Keadaan Penduduk</strong><br />Penduduk Medang sejak periode Bhumi Mataram sampai periode Watan pada umumnya bekerja sebagai petani. Kerajaan Medang memang terkenal sebagai negara agraris, sedangkan saingannya, yaitu Kerajaan Sriwijaya merupakan negara maritim.<br /><br />Agama resmi Kerajaan Medang pada masa pemerintahan Sanjaya adalah Hindu aliran Siwa. Ketika Sailendrawangsa berkuasa, agama resmi kerajaan berganti menjadi Buddha aliran Mahayana. Kemudian pada saat Rakai Pikatan dari Sanjayawangsa berkuasa, agama Hindu dan Buddha tetap hidup berdampingan dengan penuh toleransi.<br /><br /><strong>Konflik Tahta Periode Jawa Tengah</strong><br />Pada masa pemerintahan Rakai Kayuwangi putra Rakai Pikatan (sekitar 856 – 880-an), ditemukan beberapa prasasti atas nama raja-raja lain, yaitu Maharaja Rakai Gurunwangi dan Maharaja Rakai Limus Dyah Dewendra. Hal ini menunjukkan kalau pada saat itu Rakai Kayuwangi bukanlah satu-satunya maharaja di Pulau Jawa. Sementara itu menurut prasasti Mantyasih, pengganti Rakai Kayuwangi adalah Rakai Watuhumalang.<br /><br />Kemudian muncul tokoh bernama Dyah Balitung yang berhasil menguasai seluruh Jawa, bahkan sampai Bali. Dari prasasti Mantyasih dapat diketahui kalau ia naik takhta berkat menikahi putri raja sebelumnya (entah Rakai Kayuwangi atau Rakai Watuhumalang). Saat pemerintahannya istana Kerajaan Medang sudah dipindahkan ke Poh Pitu.<br /><br />Pemerintahan Dyah Balitung diperkirakan berakhir karena terjadinya kudeta oleh Mpu Daksa yang mengaku sebagai keturunan asli Sanjaya. Ia sendiri kemudian digantikan oleh menantunya, bernama Dyah Tulodong. Tidak diketahui dengan pasti apakah proses suksesi ini berjalan damai ataukah melalui kudeta pula.<br /><br />Dyah Tulodong akhirnya tersingkir oleh pemberontakan Dyah Wawa yang merupakan putra seorang pelaku kriminal zaman pemerintahan Rakai Kayuwangi. Istana Medang diperkirakan kembali berada di Bhumi Mataram. Menurut dugaan mayoritas sejarawan, istana tersebut akhirnya hancur akibat letusan Gunung Merapi sebagai hukuman Tuhan atas perebutan takhta di antara para bangsawan Medang.<br /><br />Mpu Sindok yang menjabat sebagai Rakryan Mapatih Hino memimpin rombongan yang selamat pindah ke timur sekitar tahun 929. Ia mendirikan istana baru di daerah Tamwlang (sekarang Tembelang, Jombang, Jawa Timur). Dinasti yang berkuasa di Medang bukan lagi Sanjayawangsa, melainkan sebuah keluarga baru bernama Isanawangsa, yang merujuk pada gelar abhiseka Mpu Sindok yaitu Sri Isana Wikramadharmottungga.<br /><br /><strong>Permusuhan dengan Sriwijaya</strong><br />Selain menguasai Medang, Wangsa Sailendra juga menguasai Kerajaan Sriwijaya di pulau Sumatra. Hal ini ditandai dengan ditemukannya Prasasti Ligor (775) yang menyebut nama Maharaja Wisnu dari Wangsa Sailendra sebagai penguasa Sriwijaya.<br /><br />Hubungan senasib antara Jawa dan Sumatra berubah menjadi permusuhan ketika Wangsa Sanjaya bangkit kembali memerintah Medang. Sekitar tahun 850-an, Rakai Pikatan berhasil menyingkirkan seorang anggota Wangsa Sailendra bernama Balaputradewa putra Samaragrawira.<br /><br />Balaputradewa kemudian menjadi raja Sriwijaya di mana ia tetap menyimpan dendam terhadap Rakai Pikatan. Perselisihan antara kedua raja ini berkembang menjadi permusuhan turun-temurun pada generasi selanjutnya. Selain itu, Kerajaan Medang dan Sriwijaya juga bersaing untuk menguasai lalu lintas perdagangan di Asia Tenggara.<br /><br />Rasa permusuhan Wangsa Sailendra terhadap Jawa terus berlanjut bahkan ketika Wangsa Isana berkuasa. Sewaktu Mpu Sindok memulai periode Jawa Timur, pasukan Sriwijaya datang menyerangnya. Pertempuran terjadi di daerah Anjukladang (sekarang Nganjuk, Jawa Timur) yang dimenangkan oleh pihak Mpu Sindok.<br /><br /><strong>Peristiwa Mahapralaya</strong><br />Kerajaan Medang runtuh tahun 1006 pada masa pemerintahan Dharmawangsa Teguh (cicit Mpu Sindok). Peristiwa hancurnya istana Watan terkenal dengan sebutan Mahapralaya atau “kematian besar”.<br /><br />Kronik Cina dari Dinasti Sung mencatat telah beberapa kali Dharmawangsa Teguh mengirim pasukan untuk menggempur ibu kota Sriwijaya sejak ia naik takhta tahun 991. Permusuhan antara Jawa dan Sumatra semakin memanas saat itu.<br /><br />Pada tahun 1006 Dharmawangsa Teguh lengah. Ketika ia mengadakan pesta perkawinan putrinya, istana Medang di Watan diserbu oleh Aji Wurawari dari Lwaram yang diperkirakan sebagai sekutu Kerajaan Sriwijaya. Dalam peristiwa tersebut, Dharmawangsa Teguh tewas.<br /><br />Tiga tahun kemudian, seorang pangeran berdarah campuran Jawa - Bali yang lolos dari Mahapralaya tampil untuk membangun kerajaan baru sebagai kelanjutan Kerajaan Medang. Pangeran itu bernama Airlangga yang mengaku bahwa ibunya adalah keturunan Mpu Sindok. Kerajaan yang ia dirikan kemudian lazim disebut dengan nama Kerajaan Kahuripan.<br /><br /><strong>Peninggalan Sejarah</strong><br />Selain meninggalkan bukti sejarah berupa prasasti-prasasti yang tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur, Kerajaan Medang juga membangun banyak candi, baik itu yang bercorak Hindu maupun Buddha.<br /><br />Candi-candi peninggalan Kerajaan Medang antara lain, Candi Kalasan, Candi Plaosan, Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi Mendut, Candi Pawon, dan tentu saja yang paling kolosal adalah Candi Borobudur. Candi megah yang dibangun oleh Sailendrawangsa ini telah ditetapkan UNESCO (PBB) sebagai salah satu warisan budaya dunia.<br /><br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Dharmasraya" rel="nofollow" style="color: #176b9b;" target="_blank"><span style="font-size: 16px;"><strong>Kerajaan Dharmasraya - Melayu Jambi</strong></span></a><br />Kerajaan Dharmasraya atau Kerajaan Melayu Jambi adalah kerajaan yang terletak di Sumatra, berdiri sekitar abad ke-11 Masehi. Lokasinya terletak di selatan Sawahlunto, Sumatera Barat sekarang, dan di utara Jambi.<br /><br />Hanya ada sedikit catatan sejarah mengenai Dharmasraya ini. Diantaranya yang cukup terkenal adalah rajanya yang bernama Shri Tribhuana Raja Mauliwarmadhewa (1270-1297) yang menikah dengan Puti Reno Mandi. Sang raja dan permaisuri memiliki dua putri, yaitu Dara Jingga dan Dara Petak.<br /><br />Setelah Kerajaan Sriwijaya musnah di tahun 1025 karena serangan Kerajaan Chola dari India, banyak bangsawan Sriwijaya yang melarikan diri ke pedalaman, terutama ke hulu sungai Batang Hari. Mereka kemudian bergabung dengan Kerajaan Melayu Tua yang sudah lebih dulu ada di daerah tersebut, dan sebelumnya merupakan daerah taklukan Kerajaan Sriwijaya. Pada tahun 1088, Kerajaan Melayu Jambi menaklukan Sriwijaya. Situasi jadi berbalik di mana daerah taklukannya adalah Kerajaan Sriwijaya.<br /><br /><strong>Dara Jingga</strong><br />Di tahun 1288, Kerajaan Dharmasraya, termasuk Kerajaan Sriwijaya, menjadi taklukan Kerajaan Singhasari di era Raja Kertanegara, dengan mengirimkan Adwaya Brahman dan Senopati Mahesa Anabrang, dalam ekspedisi Pamalayu 1 dan 2. Sebagai tanda persahabatan, Dara Jingga menikah dengan Adwaya Brahman dari Kerajaan Singasari tersebut. Mereka memiliki putra yang bernama Adityawarman, yang di kemudian hari mendirikan Kerajaan Pagaruyung, dan sekaligus menjadi penerus kakeknya, Mauliwarmadhewa sebagai penguasa Kerajaan Dharmasraya berikut jajahannya, termasuk eks Kerajaan Sriwijaya di Palembang. Anak dari Adityawarman, yaitu Ananggawarman, menjadi penguasa Palembang di kemudian hari. Sedangkan Dara Jingga dikenal sebagai Bundo Kandung/Bundo Kanduang oleh masyarakat Minangkabau.<br /><br /><strong>Dara Petak</strong><br />Di tahun 1293, Mahesa Anabrang beserta Dara Jingga dan anaknya, Adityawarman, kembali ke Pulau Jawa. Dara Petak ikut dalam rombongan tersebut. Setelah tiba di Pulau Jawa ternyata Kerajaan Singasari telah musnah, dan sebagai penerusnya adalah Kerajaan Majapahit. Oleh karena itu Dara Petak dipersembahkan kepada Raden Wijaya, yang kemudian memberikan keturunan Raden Kalagemet yang bergelar Sri Jayanegara setelah menjadi Raja Majapahit kedua.<br /><br /><br /><span style="font-size: 16px;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Sunda" rel="nofollow" style="color: #176b9b;" target="_blank"><strong>Kerajaan Sunda</strong></a></span><br /><strong>Karajaan Sunda</strong> (669-1579 M), menurut naskah Wangsakerta, merupakan kerajaan yang berdiri menggantikan kerajaan Tarumanagara. Kerajaan Sunda didirikan oleh Tarusbawa pada tahun 591 Caka Sunda (669 M). Menurut sumber sejarah primer yang berasal dari abad ke-16, kerajaan ini merupakan suatu kerajaan yang meliputi wilayah yang sekarang menjadi Provinsi Banten, Jakarta, Provinsi Jawa Barat dan bagian barat Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan naskah kuno primer Bujangga Manik (yang menceriterakan perjalanan Prabu Bujangga Manik, seorang pendeta Hindu Sunda yang mengunjungi tempat-tempat suci agama Hindu di pulau Jawa dan Bali pada awal abad ke-16), yang saat ini disimpan pada Perpustakaan Boedlian Oxford University Inggris sejak tahun 1627, batas kerajaan Sunda di sebelah timur adalah sungai Cipamali (yang saat ini sering disebut sebagai kali Brebes) dan sungai Ciserayu (yang saat ini disebut Kali Serayu) di Provinsi Jawa Tengah.<br /><br />Tome Pires (1513) dalam catatan perjalanannya, Summa Oriental (1513 – 1515), menyebutkan batas wilayah kerajaan Sunda di sebelah timur sebagai berikut:<br /><br /><blockquote class="bbquote" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: url(http://static.myopera.com/community/graphics/themes/quotes1.gif); background-origin: initial; background-position: 2px 5px; background-repeat: no-repeat no-repeat; font-style: italic; margin-bottom: 2px; margin-left: 10px; margin-right: 0px; margin-top: 8px; padding-bottom: 3px; padding-left: 26px; padding-right: 0px; padding-top: 4px;">
<div style="font-size: 1em; margin-bottom: 0.85em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.85em;">
Sementara orang menegaskan bahwa kerajaan Sunda meliputi setengah pulau Jawa. Sebagian orang lainnya berkata bahwa kerajaan Sunda mencakup sepertiga pulau Jawa ditambah seperdelapannya lagi. Katanya, keliling pulau Sunda tiga ratus legoa. Ujungnya adalah Cimanuk.</div>
</blockquote>
<br /><br />Sedangkan menurut naskah Wangsakerta, wilayah kerajaan Sunda mencakup juga daerah yang saat ini menjadi Provinsi Lampung melalui pernikahan antar keluarga kerajaan Sunda dan Lampung. Lampung dipisahkan dari bagian lain kerajaan Sunda oleh Selat Sunda.<br /><br /><strong>Hubungan Kerajaan Sunda dengan Eropa</strong><br />Kerajaan Sunda sudah lama menjalin hubungan dagang dengan bangsa Eropa saperti Inggris, Perancis dan Portugis. Kerajaan Sunda malah pernah menjalin hubungan politik dengan bangsa Portugis. Dalam tahun 1522, kerajaan Sunda menandatangani perjanjian Sunda-Portugis dimana dalam perjanjian tersebut Portugis dibolehkan membangun benteng dan gudang di pelabuhan Sunda. Sebagai imbalannya, Portugis diharuskan memberi bantuan militer kepada kerajaan Sunda dalam menghadapi serangan dari Demak dan Cirebon yang memisahkan diri dari kerajaan Sunda.<br /><br /><strong>Sejarah</strong><br />Sebelum berdiri sebagai kerajaan yang mandiri, Sunda merupakan bawahan Tarumanagara. Raja Tarumanagara yang terakhir, Sri Maharaja Linggawarman Atmahariwangsa Panunggalan Tirthabumi (memerintah hanya selama tiga tahun, 666-669 M), menikah dengan Déwi Ganggasari dari Indraprahasta. Dari Ganggasari, beliau memiliki dua anak, yang keduanya perempuan. Déwi Manasih, putri sulungnya, menikah dengan Tarusbawa dari Sunda, sedangkan yang kedua, Sobakancana, menikah dengan Dapuntahyang Sri Janayasa, yang selanjutnya mendirikan kerajaan Sriwijaya.<br /><br />Setelah Linggawarman meninggal, kekuasaan Tarumanagara turun kepada menantunya, Tarusbawa. Hal ini menyebabkan penguasa Galuh, Wretikandayun (612-702) memberontak, melepaskan diri dari Tarumanagara, serta mendirikan Galuh yang mandiri. dari pihak Tarumanagara sendiri, Tarusbawa juga menginginkan melanjutkan kerajaan Tarumanagara. Tarusbawa selanjutnya memindahkan kekuasaannya ke Sunda, sedangkan Tarumanagara diubah menjadi bawahannya. Beliau dinobatkan sebagai raja Sunda pada hari Radite Pon, 9 Suklapaksa, bulan Yista, tahun 519 Saka (kira-kira 18 Mei 669 M). Sunda dan Galuh ini berbatasan, dengan batas kerajaanya yaitu sungai Citarum (Sunda di sebelah barat, Galuh di sebelah timur).<br /><br /><strong>Kerajaan Kembar</strong><br />Putera Tarusbawa yang terbesar, Rarkyan Sundasambawa, wafat saat masih muda, meninggalkan seorang anak perempuan, Nay Sekarkancana. Cucu Tarusbawa ini lantas dinikahi oleh Rahyang Sanjaya dari Galuh, sampai mempunyai seorang putera, Rahyang Tamperan. Saat Tarusbawa meninggal (tahun 723), kekuasaan Sunda jatuh ke Sanjaya, yang di tahun itu juga berhasil merebut kekuasaan Galuh dari Rahyang Purbasora (yang merebut kekuasaan Galuh dari ayahnya, Bratasenawa/Rahyang Séna). Oleh karena itu, di tangan Sanjaya, Sunda dan Galuh bersatu kembali. Untuk meneruskan kekuasaan ayahnya yang menikah dengan puteri raja Keling (Kalingga), tahun 732 Sanjaya menyerahkan kekuasaan Sunda-Galuh ke puteranya, Tamperan. Di Keling, Sanjaya memegang kekuasaan selama 22 tahun (732-754), yang kemudian diganti oleh puteranya dari Déwi Sudiwara, Rarkyan Panangkaran.<br /><br />Rahyang Tamperan berkuasa di Sunda-Galuh selama tujuh tahun (732-739), lalu membagi kekuasaan pada dua puteranya: Sang Manarah (dalam carita rakyat disebut Ciung Wanara) di Galuh serta Sang Banga (Hariang Banga) di Sunda. Sang Banga (Prabhu Kertabhuwana Yasawiguna Hajimulya) menjadi raja selama 27 tahun (739-766), tapi hanya menguasai Sunda dari tahun 759.<br /><br />Dari Déwi Kancanasari, keturunan Demunawan dari Saunggalah, Sang Banga mempunyai putera, bernama Rarkyan Medang, yang kemudian meneruskan kekuasaanya di Sunda selama 17 tahun (766-783) dengan gelar Prabhu Hulukujang. Karena anaknya perempuan, Rakryan Medang mewariskan kekuasaanya kepada menantunya, Rakryan Hujungkulon atau Prabhu Gilingwesi (dari Galuh, putera Sang Mansiri), yang menguasai Sunda selama 12 tahun (783-795). Karena Rakryan Hujungkulon inipun hanya mempunyai anak perempuan, maka kekuasaan Sunda lantas jatuh ke menantunya, Rakryan Diwus (dengan gelar Prabu Pucukbhumi Dharmeswara) yang berkuasa selama 24 tahun (795-819). Dari Rakryan Diwus, kekuasaan Sunda jatuh ke puteranya, Rakryan Wuwus, yang menikah dengan putera dari Sang Welengan (raja Galuh, 806-813). Kekuasaan Galuh juga jatuh kepadanya saat saudara iparnya, Sang Prabhu Linggabhumi (813-842), meninggal dunia. Kekuasaan Sunda-Galuh dipegang oleh Rakryan Wuwus (dengan gelar Prabhu Gajahkulon) sampai ia wafat tahun 891.<br /><br />Sepeninggal Rakryan Wuwus, kekuasaan Sunda-Galuh jatuh ke adik iparnya dari Galuh, Arya Kadatwan. Hanya saja, karena tidak disukai oleh para pembesar dari Sunda, ia dibunuh tahun 895, sedangkan kekuasaannya diturunkan ke putranya, Rakryan Windusakti. Kekuasaan ini lantas diturunkan pada putera sulungnya, Rakryan Kamuninggading (913). Rakryan Kamuninggading menguasai Sunda-Galuh hanya tiga tahun, sebab kemudian direbut oleh adikna, Rakryan Jayagiri (916). Rakryan Jayagiri berkuasa selama 28 tahun, kemudian diwariskan kepada menantunya, Rakryan Watuagung, tahun 942. Melanjutkan dendam orangtuanya, Rakryan Watuagung direbut kekuasaannya oleh keponakannya (putera Kamuninggading), Sang Limburkancana (954-964). Dari Limburkancana, kekuasaan Sunda-Galuh diwariskan oleh putera sulungnya, Rakryan Sundasambawa (964-973). Karena tidak mempunyai putera dari Sundasambawa, kekuasaan tersebut jatuh ke adik iparnya, Rakryan Jayagiri (973-989).<br /><br />Rakryan Jayagiri mewariskan kekuasaannya ka puteranya, Rakryan Gendang (989-1012), dilanjutkan oleh cucunya, Prabhu Déwasanghyang (1012-1019). Dari Déwasanghyang, kekuasaan diwariskan kepada puteranya, lalu ke cucunya yang membuat prasasti Cibadak, Sri Jayabhupati (1030-1042). Sri Jayabhupati adalah menantu dari Dharmawangsa Teguh dari Jawa, mertua raja Erlangga (1019-1042).<br /><br />Dari Sri Jayabhupati, kekuasaan diwariskan kepada putranya, Dharmaraja (1042-1064), lalu ke cucu menantunya, Prabhu Langlangbhumi ((1064-1154). Prabu Langlangbhumi dilanjutkan oleh putranya, Rakryan Jayagiri (1154-1156), lantas oleh cucunya, Prabhu Dharmakusuma (1156-1175). Dari Prabu Dharmakusuma, kekuasaan Sunda-Galuh diwariskan kepada putranya, Prabhu Guru Dharmasiksa, yang memerintah selama 122 tahun (1175-1297). Dharmasiksa memimpin Sunda-Galuh dari Saunggalah selama 12 tahun, tapi kemudian memindahkan pusat pemerintahan kepada Pakuan Pajajaran, kembali lagi ke tempat awal moyangnya (Tarusbawa) memimpin kerajaan Sunda.<br /><br />Sepeninggal Dharmasiksa, kekuasaan Sunda-Galuh turun ke putranya yang terbesar, Rakryan Saunggalah (Prabhu Ragasuci), yang berkuasa selama enam tahun (1297-1303). Prabhu Ragasuci kemudian diganti oleh putranya, Prabhu Citraganda, yang berkuasa selama delapan tahun(1303-1311), kemudian oleh keturunannya lagi, Prabu Linggadéwata (1311-1333). Karena hanya mempunyai anak perempuan, Linggadéwata menurunkan kekuasaannya ke menantunya, Prabu Ajiguna Linggawisésa (1333-1340), kemudian ke Prabu Ragamulya Luhurprabawa (1340-1350). Dari Prabu Ragamulya, kekuasaan diwariskan ke putranya, Prabu Maharaja Linggabuanawisésa (1350-1357), yang di ujung kekuasaannya gugur di Bubat (baca Perang Bubat). Karena saat kejadian di Bubat, putranya -- Niskalawastukancana -- masih kecil, kekuasaan Sunda sementara dipegang oleh Patih Mangkubumi Sang Prabu Bunisora (1357-1371).<br /><br />Sapeninggal Prabu Bunisora, kekuasaan kembali lagi ke putra Linggabuana, Niskalawastukancana, yang kemudian memimpin selama 104 tahun (1371-1475). Dari isteri pertama, Nay Ratna Sarkati, ia mempunyai putera Sang Haliwungan (Prabu Susuktunggal), yang diberi kekuasaan bawahan di daerah sebelah barat Citarum (daerah asal Sunda). Prabu Susuktunggal yang berkuasa dari Pakuan Pajajaran, membangun pusat pemerintahan ini dengan mendirikan keraton Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati. Pemerintahannya terbilang lama (1382-1482), sebab sudah dimulai saat ayahnya masih berkuasa di daerah timur.<br /><br />Dari Nay Ratna Mayangsari, istrinya yang kedua, ia mempunyai putera Ningratkancana (Prabu Déwaniskala), yang meneruskan kekuasaan ayahnya di daerah Galuh (1475-1482).<br /><br />Susuktunggal dan Ningratkancana menyatukan ahli warisnya dengan menikahkan Jayadéwata (putra Ningratkancana) dengan Ambetkasih (putra Susuktunggal). Tahun 1482, kekuasaan Sunda dan Galuh disatukan lagi oleh Jayadéwata (yang bergelar Sri Baduga Maharaja). Sapeninggal Jayadéwata, kekuasaan Sunda-Galuh turun ke putranya, Prabu Surawisésa (1521-1535), kemudian Prabu Déwatabuanawisésa (1535-1543), Prabu Sakti (1543-1551), Prabu Nilakéndra (1551-1567), serta Prabu Ragamulya atau Prabu Suryakancana (1567-1579). Prabu Suryakancana ini merupakan pemimpin kerajaan Sunda-Galuh yang terakhir, sebab setelah beberapa kali diserang oleh pasukan dari Kesultanan Banten, di tahun 1579 kekuasaannya runtuh.<br /><br /><strong>Raja-raja Kerajaan Sunda</strong><br />Di bawah ini deretan raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Sunda menurut naskah Pangéran Wangsakerta (waktu berkuasa dalam tahun Masehi):<br />1.Tarusbawa (minantu Linggawarman, 669 - 723)<br />2.Harisdarma, atawa Sanjaya (menantu Tarusbawa, 723 - 732)<br />3.Tamperan Barmawijaya (732 - 739)<br />4.Rakeyan Banga (739 - 766)<br />5.Rakeyan Medang Prabu Hulukujang (766 - 783)<br />6.Prabu Gilingwesi (menantu Rakeyan Medang Prabu Hulukujang, 783 - 795)<br />7.Pucukbumi Darmeswara (menantu Prabu Gilingwesi, 795 - 819)<br />8.Rakeyan Wuwus Prabu Gajah Kulon (819 - 891)<br />9.Prabu Darmaraksa (adik ipar Rakeyan Wuwus, 891 - 895)<br />10.Windusakti Prabu Déwageng (895 - 913)<br />11.Rakeyan Kamuning Gading Prabu Pucukwesi (913 - 916)<br />12.Rakeyan Jayagiri (menantu Rakeyan Kamuning Gading, 916 - 942)<br />13.Atmayadarma Hariwangsa (942 - 954)<br />14.Limbur Kancana (putera Rakeyan Kamuning Gading, 954 - 964)<br />15.Munding Ganawirya (964 - 973)<br />16.Rakeyan Wulung Gadung (973 - 989)<br />17.Brajawisésa (989 - 1012)<br />18.Déwa Sanghyang (1012 - 1019)<br />19.Sanghyang Ageng (1019 - 1030)<br />20.Sri Jayabupati (Detya Maharaja, 1030 - 1042)<br />21.Darmaraja (Sang Mokténg Winduraja, 1042 - 1065)<br />22.Langlangbumi (Sang Mokténg Kerta, 1065 - 1155)<br />23.Rakeyan Jayagiri Prabu Ménakluhur (1155 - 1157)<br />24.Darmakusuma (Sang Mokténg Winduraja, 1157 - 1175)<br />25.Darmasiksa Prabu Sanghyang Wisnu (1175 - 1297)<br />26.Ragasuci (Sang Mokténg Taman, 1297 - 1303)<br />27.Citraganda (Sang Mokténg Tanjung, 1303 - 1311)<br />28.Prabu Linggadéwata (1311-1333)<br />29.Prabu Ajiguna Linggawisésa (1333-1340)<br />30.Prabu Ragamulya Luhurprabawa (1340-1350)<br />31.Prabu Maharaja Linggabuanawisésa (yang gugur dalam Perang Bubat, 1350-1357)<br />32.Prabu Bunisora (1357-1371)<br />33.Prabu Niskalawastukancana (1371-1475)<br />34.Prabu Susuktunggal (1475-1482)<br />35.Jayadéwata (Sri Baduga Maharaja, 1482-1521)<br />36.Prabu Surawisésa (1521-1535)<br />37.Prabu Déwatabuanawisésa (1535-1543)<br />38.Prabu Sakti (1543-1551)<br />39.Prabu Nilakéndra (1551-1567)<br />40.Prabu Ragamulya atau Prabu Suryakancana (1567-1579)</span><br /><br /><br /><blockquote class="bbquote" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: url(http://static.myopera.com/community/graphics/themes/quotes1.gif); background-origin: initial; background-position: 2px 5px; background-repeat: no-repeat no-repeat; font-style: italic; margin-bottom: 2px; margin-left: 10px; margin-right: 0px; margin-top: 8px; padding-bottom: 3px; padding-left: 26px; padding-right: 0px; padding-top: 4px;">
<div style="font-size: 1em; margin-bottom: 0.85em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.85em;">
Selanjutnya, masih ada kerajaan Sriwijaya sampai Tarumanegara, sebelum akhirnya Islam masuk. Dilanjut besok yah...</div>
</blockquote>
</div>
Lego teryyakahttp://www.blogger.com/profile/05368422984943201046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3559668528210687551.post-6153623498450666792012-12-15T19:04:00.001-08:002012-12-15T19:04:41.460-08:00Majapahit<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;"></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgR5VC2yNp2dl1F7kyhzlGj918CIteAWJpohrst-NTjN5zAfBcVX3-967TBC40tLSGdhdIL_cIuVKOr70Uhcl3WXNwm1LM4NCg3bJB0SVq0fMWNJIcpM49pQFXCQAoVUYyQ8GoQ0C31YAcr/s1600/320px-Rajasa-Dynasty_id.svg.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span class="Apple-style-span" style="color: black;"></span></a></div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
<b>Majapahit</b> adalah sebuah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kerajaan"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">kerajaan</span></a> yang berpusat di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Jawa"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Jawa</span></a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Timur" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Jawa Timur"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Timur</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Indonesia"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Indonesia</span></a>, yang pernah berdiri dari sekitar tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1293" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="1293"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">1293</span></a> hingga <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1500" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="1500"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">1500</span></a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Masehi" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Masehi"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">M</span></a>. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya menjadi <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kemaharajaan" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kemaharajaan"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">kemaharajaan</span></a> raya yang menguasai wilayah yang luas di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nusantara" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Nusantara"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Nusantara</span></a> pada masa kekuasaan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hayam_Wuruk" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Hayam Wuruk"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Hayam Wuruk</span></a>, yang berkuasa dari tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1350" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="1350"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">1350</span></a> hingga <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1389" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="1389"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">1389</span></a>.</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hindu" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Hindu"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Hindu</span></a>-<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_Buddha" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Agama Buddha"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Buddha</span></a> terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Sejarah Indonesia"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">sejarah Indonesia</span></a>. Kekuasaannya terbentang di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Jawa"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Jawa</span></a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatra" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Sumatra"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Sumatra</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Semenanjung_Malaya" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Semenanjung Malaya"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Semenanjung Malaya</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kalimantan"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Kalimantan</span></a>, hingga Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Hanya terdapat sedikit bukti fisik dari sisa-sisa Kerajaan Majapahit dan sejarahnya tidak jelas. Sumber utama yang digunakan oleh para sejarawan adalah <i><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pararaton" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Pararaton"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Pararaton</span></a></i> ('Kitab Raja-raja') dalam <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kawi" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kawi"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">bahasa Kawi</span></a> dan <i><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kakawin_Nagarakretagama" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kakawin Nagarakretagama"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Nagarakretagama</span></a></i> dalam <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Jawa_Kuno" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Bahasa Jawa Kuno"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">bahasa Jawa Kuno</span></a>. <i>Pararaton</i>terutama menceritakan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ken_Arok" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Ken Arok"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Ken Arok</span></a> (pendiri <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Singhasari" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kerajaan Singhasari"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Kerajaan Singhasari</span></a>) namun juga memuat beberapa bagian pendek mengenai terbentuknya Majapahit. Sementara itu, <i>Nagarakertagama</i> merupakan puisi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sastra_Jawa_Kuno" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Sastra Jawa Kuno"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Jawa Kuno</span></a> yang ditulis pada masa keemasan Majapahit di bawah pemerintahan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hayam_Wuruk" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Hayam Wuruk"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Hayam Wuruk</span></a>. Setelah masa itu, hal yang terjadi tidaklah jelas. Selain itu, terdapat beberapa <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Prasasti" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Prasasti"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">prasasti</span></a> dalam bahasa Jawa Kuno maupun catatan sejarah dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tiongkok" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Tiongkok"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Tiongkok</span></a> dan negara-negara lain.</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Keakuratan semua naskah berbahasa Jawa tersebut dipertentangkan. Tidak dapat disangkal bahwa sumber-sumber itu memuat unsur non-historis dan mitos. Beberapa sarjana seperti C.C. Berg menganggap semua naskah tersebut bukan catatan masa lalu, tetapi memiliki arti supernatural dalam hal dapat mengetahui masa depan.<sup class="reference" id="cite_ref-9" style="line-height: 1em;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Majapahit#cite_note-9" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">[9]</span></a></sup> Namun demikian, banyak pula sarjana yang beranggapan bahwa garis besar sumber-sumber tersebut dapat diterima karena sejalan dengan catatan sejarah dari Tiongkok, khususnya daftar penguasa dan keadaan kerajaan yang tampak cukup pasti.</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJeZ742cHe4IEuDnPTe6fWFTaG3hPz8LSgPAwcZUuU_1YJ6c-YUG4igXKFoiDAyTv0_8_YMX5pz1K9TxBJiHTUg9N9gtNbM6_HRR_68c48G_DpdtMQaPYH3mG-dmXynxjWG5Nt2HVig2Lb/s1600/170px-Harihara_Majapahit_1.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><span class="Apple-style-span" style="color: black;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJeZ742cHe4IEuDnPTe6fWFTaG3hPz8LSgPAwcZUuU_1YJ6c-YUG4igXKFoiDAyTv0_8_YMX5pz1K9TxBJiHTUg9N9gtNbM6_HRR_68c48G_DpdtMQaPYH3mG-dmXynxjWG5Nt2HVig2Lb/s320/170px-Harihara_Majapahit_1.JPG" width="162" /></span></a></div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
BERDIRINYA MAJAPAHIT</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Sebelum berdirinya Majapahit, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Singhasari" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Singhasari"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Singhasari</span></a> telah menjadi kerajaan paling kuat di Jawa. Hal ini menjadi perhatian <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kubilai_Khan" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kubilai Khan"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Kubilai Khan</span></a>, penguasa <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dinasti_Yuan" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Dinasti Yuan"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Dinasti Yuan</span></a> di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tiongkok" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Tiongkok"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Tiongkok</span></a>. Ia mengirim utusan yang bernama <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Meng_Chi&action=edit&redlink=1" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Meng Chi (halaman belum tersedia)"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Meng Chi</span></a> ke Singhasari yang menuntut<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Upeti" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Upeti"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">upeti</span></a>. <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kertanagara" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kertanagara"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Kertanagara</span></a>, penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir menolak untuk membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya dan memotong telinganya. Kubilai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1293" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="1293"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">1293</span></a>.</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Ketika itu, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jayakatwang" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Jayakatwang"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Jayakatwang</span></a>, adipati <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Kediri" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kerajaan Kediri"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Kediri</span></a>, sudah menggulingkan dan membunuh Kertanegara. Atas saran <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aria_Wiraraja" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Aria Wiraraja"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Aria Wiraraja</span></a>, Jayakatwang memberikan pengampunan kepada <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Raden_Wijaya" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Raden Wijaya"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Raden Wijaya</span></a>, menantu <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kertanegara" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kertanegara"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Kertanegara</span></a>, yang datang menyerahkan diri. Kemudian, Wiraraja mengirim utusan ke <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Daha" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Daha"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Daha</span></a>, yang membawa surat berisi pernyataan, Raden Wijaya menyerah dan ingin mengabdi kepada Jayakatwang. Jawaban dari surat diatas disambut dengan senang hati.<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Raden_Wijaya" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Raden Wijaya"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Raden Wijaya</span></a>kemudian diberi hutan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tarik&action=edit&redlink=1" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Tarik (halaman belum tersedia)"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Tarik</span></a>. Ia membuka hutan itu dan membangun desa baru. Desa itu dinamai <i>Majapahit</i>, yang namanya diambil dari buah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Maja" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Maja"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">maja</span></a>, dan rasa "pahit" dari buah tersebut. Ketika pasukan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mongol" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Mongol"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Mongol</span></a> tiba, Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongol untuk bertempur melawan Jayakatwang. Setelah berhasil menjatuhkan Jayakatwang, Raden Wijaya berbalik menyerang sekutu Mongolnya sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya secara kalang-kabut karena mereka berada di negeri asing. Saat itu juga merupakan kesempatan terakhir mereka untuk menangkap angin <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Muson" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Muson"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">muson</span></a> agar dapat pulang, atau mereka terpaksa harus menunggu enam bulan lagi di pulau yang asing.</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan Majapahit adalah hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 saka yang bertepatan dengan tanggal <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/10_November" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="10 November"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">10 November</span></a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1293" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="1293"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">1293</span></a>. Ia dinobatkan dengan nama resmi <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kertarajasa" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kertarajasa"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Kertarajasa Jayawardhana</span></a>. Kerajaan ini menghadapi masalah. Beberapa orang terpercaya Kertarajasa, termasuk <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ranggalawe" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Ranggalawe"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Ranggalawe</span></a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Lembu_Sora" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Lembu Sora"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Sora</span></a>, dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nambi" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Nambi"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Nambi</span></a> memberontak melawannya, meskipun pemberontakan tersebut tidak berhasil. Pemberontakan Ranggalawe ini didukung oleh Panji Mahajaya, Ra Arya Sidi, Ra Jaran Waha, Ra Lintang, Ra Tosan, Ra Gelatik, dan Ra Tati. Semua ini tersebut disebutkan dalam Pararaton. Slamet Muljana menduga bahwa mahapatih <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Mahapatih_Halayudha&action=edit&redlink=1" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Mahapatih Halayudha (halaman belum tersedia)"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Halayudha</span></a> lah yang melakukan konspirasi untuk menjatuhkan semua orang tepercaya raja, agar ia dapat mencapai posisi tertinggi dalam pemerintahan. Namun setelah kematian pemberontak terakhir (<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kuti" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kuti"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Kuti</span></a>), Halayudha ditangkap dan dipenjara, dan lalu dihukum mati. Wijaya meninggal dunia pada tahun 1309.</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Putra dan penerus Wijaya adalah <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jayanegara" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Jayanegara"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Jayanegara</span></a>. <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pararaton" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Pararaton"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Pararaton</span></a> menyebutnya <i>Kala Gemet</i>, yang berarti "penjahat lemah". Kira-kira pada suatu waktu dalam kurun pemerintahan Jayanegara, seorang pendeta <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Italia" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Italia"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Italia</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Odorico_da_Pordenone" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Odorico da Pordenone"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Odorico da Pordenone</span></a> mengunjungi keraton Majapahit di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Jawa"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Jawa</span></a>. Pada tahun 1328, Jayanegara dibunuh oleh tabibnya, Tanca. Ibu tirinya yaitu Gayatri Rajapatni seharusnya menggantikannya, akan tetapi Rajapatni memilih mengundurkan diri dari istana dan menjadi <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bhiksuni" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Bhiksuni"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">bhiksuni</span></a>. Rajapatni menunjuk anak perempuannya <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tribhuwana_Wijayatunggadewi" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Tribhuwana Wijayatunggadewi"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Tribhuwana Wijayatunggadewi</span></a> untuk menjadi ratu Majapahit. Pada tahun 1336, Tribhuwana menunjuk <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gajah_Mada" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Gajah Mada"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Gajah Mada</span></a> sebagai Mahapatih, pada saat pelantikannya Gajah Mada mengucapkan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumpah_Palapa" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Sumpah Palapa"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Sumpah Palapa</span></a> yang menunjukkan rencananya untuk melebarkan kekuasaan Majapahit dan membangun sebuah kemaharajaan. Selama kekuasaan Tribhuwana, kerajaan Majapahit berkembang menjadi lebih besar dan terkenal di kepulauan Nusantara. Tribhuwana berkuasa di Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia diteruskan oleh putranya, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hayam_Wuruk" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Hayam Wuruk"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Hayam Wuruk</span></a>.</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
<br /></div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
KEJAYAAN MAJAPAHIT</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0tuY1byuVWeMGY9tqQyDzvfzBGfRjmP5ObX_oUN_1OZjgvhhWRBuUTWqN3U64emPC-6-faGYLPcUDwlRHdNExRogbdeF81xcPdl7DzklVZ5xZ93HVAnxeDju14wQMn9qm_qTbHfKeMlOY/s1600/170px-Golden_Celestial_Nymph_of_Majapahit.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><span class="Apple-style-span" style="color: black;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0tuY1byuVWeMGY9tqQyDzvfzBGfRjmP5ObX_oUN_1OZjgvhhWRBuUTWqN3U64emPC-6-faGYLPcUDwlRHdNExRogbdeF81xcPdl7DzklVZ5xZ93HVAnxeDju14wQMn9qm_qTbHfKeMlOY/s320/170px-Golden_Celestial_Nymph_of_Majapahit.jpg" width="123" /></span></a></div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1350" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="1350"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">1350</span></a> hingga <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1389" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="1389"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">1389</span></a>. Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gajah_Mada" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Gajah Mada"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Gajah Mada</span></a>. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364), Majapahit menguasai lebih banyak wilayah.</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Menurut <i><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kakawin_Nagarakretagama" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kakawin Nagarakretagama"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Kakawin Nagarakretagama</span></a></i> pupuh XIII-XV, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wilayah_taklukan_Majapahit" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Wilayah taklukan Majapahit"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">daerah kekuasaan Majapahit</span></a> meliputi <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatra" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Sumatra"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Sumatra</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Semenanjung_Malaya" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Semenanjung Malaya"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">semenanjung Malaya</span></a>,<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kalimantan"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Kalimantan</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Sulawesi"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Sulawesi</span></a>, kepulauan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggara" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Nusa Tenggara"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Nusa Tenggara</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Maluku" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Maluku"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Maluku</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Papua" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Papua"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Papua</span></a>, Tumasik (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Singapura" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Singapura"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Singapura</span></a>) dan sebagian kepulauan<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Filipina" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Filipina"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Filipina</span></a>. Sumber ini menunjukkan batas terluas sekaligus puncak kejayaan Kemaharajaan Majapahit.</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Namun demikian, batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan tersebut tampaknya tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja. Majapahit juga memiliki hubungan dengan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Campa" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Campa"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Campa</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kamboja" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kamboja"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Kamboja</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Siam" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Siam"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Siam</span></a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Birma" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Birma"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Birma</span></a> bagian selatan, dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Vietnam" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Vietnam"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Vietnam</span></a>, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tiongkok" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Tiongkok"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Tiongkok</span></a>.</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Selain melancarkan serangan dan ekspedisi militer, Majapahit juga menempuh jalan diplomasi dan menjalin persekutuan. Kemungkinan karena didorong alasan politik, Hayam Wuruk berhasrat mempersunting <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dyah_Pitaloka_Citraresmi" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Dyah Pitaloka Citraresmi"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Citraresmi</span></a> (Pitaloka), putri<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Sunda" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kerajaan Sunda"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Kerajaan Sunda</span></a> sebagai <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Permaisuri" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Permaisuri"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">permaisurinya</span></a>. Pihak Sunda menganggap lamaran ini sebagai perjanjian persekutuan. Pada 1357 rombongan raja Sunda beserta keluarga dan pengawalnya bertolak ke Majapahit mengantarkan sang putri untuk dinikahkan dengan Hayam Wuruk. Akan tetapi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gajah_Mada" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Gajah Mada"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Gajah Mada</span></a> melihat hal ini sebagai peluang untuk memaksa kerajaan Sunda takluk di bawah Majapahit. Pertarungan antara keluarga kerajaan Sunda dengan tentara Majapahit di lapangan Bubat tidak terelakkan. Meski dengan gagah berani memberikan perlawanan, keluarga kerajaan Sunda kewalahan dan akhirnya dikalahkan. Hampir seluruh rombongan keluarga kerajaan Sunda dapat dibinasakan secara kejam. Tradisi menyebutkan bahwa sang putri yang kecewa, dengan hati remuk redam melakukan "bela pati", <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bunuh_diri" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Bunuh diri"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">bunuh diri</span></a> untuk membela kehormatan negaranya. Kisah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tragedi_Bubat" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Tragedi Bubat"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Pasunda Bubat</span></a> menjadi tema utama dalam naskah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kidung_Sunda" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kidung Sunda"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Kidung Sunda</span></a> yang disusun pada zaman kemudian di Bali dan juga naskah <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Carita_Parahiyangan" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Carita Parahiyangan"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Carita Parahiyangan</span></a>. Kisah ini disinggung dalam <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pararaton" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Pararaton"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Pararaton</span></a> tetapi sama sekali tidak disebutkan dalam Nagarakretagama.</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kakawin_Nagarakretagama" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kakawin Nagarakretagama"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Kakawin Nagarakretagama</span></a> yang disusun pada tahun 1365 menyebutkan budaya <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Keraton" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Keraton"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">keraton</span></a> yang adiluhung, anggun, dan canggih, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus dan tinggi, serta sistem ritual keagamaan yang rumit. Sang pujangga menggambarkan Majapahit sebagai pusat <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mandala_(sejarah_Asia_Tenggara)" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Mandala (sejarah Asia Tenggara)"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">mandala</span></a> raksasa yang membentang dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Sumatera"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Sumatera</span></a> ke <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Papua" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Papua"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Papua</span></a>, mencakup <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Semenanjung_Malaya" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Semenanjung Malaya"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Semenanjung Malaya</span></a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Maluku" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Maluku"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Maluku</span></a>. Tradisi lokal di berbagai daerah di Nusantara masih mencatat kisah legenda mengenai kekuasaan Majapahit. Administrasi pemerintahan langsung oleh kerajaan Majapahit hanya mencakup wilayah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Timur" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Jawa Timur"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Jawa Timur</span></a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bali" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Bali"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Bali</span></a>, di luar daerah itu hanya semacam pemerintahan otonomi luas, pembayaran upeti berkala, dan pengakuan kedaulatan Majapahit atas mereka. Akan tetapi segala pemberontakan atau tantangan bagi ketuanan Majapahit atas daerah itu dapat mengundang reaksi keras.</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Pada tahun 1377, beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit melancarkan serangan laut untuk menumpas pemberontakan di <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Palembang" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Palembang"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Palembang</span></a>.</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Meskipun penguasa Majapahit memperluas kekuasaannya pada berbagai pulau dan kadang-kadang menyerang kerajaan tetangga, perhatian utama Majapahit nampaknya adalah mendapatkan porsi terbesar dan mengendalikan perdagangan di kepulauan Nusantara. Pada saat inilah pedagang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Muslim" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Muslim"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">muslim</span></a> dan penyebar agama Islam mulai memasuki kawasan ini.</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
<br /></div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;"></span></div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Sesudah mencapai puncaknya pada <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_ke-14" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Abad ke-14"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">abad ke-14</span></a>, kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah. Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389, Majapahit memasuki masa kemunduran akibat konflik perebutan takhta. Pewaris Hayam Wuruk adalah putri mahkota Kusumawardhani, yang menikahi sepupunya sendiri, pangeran <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wikramawardhana" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Wikramawardhana"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Wikramawardhana</span></a>. Hayam Wuruk juga memiliki seorang putra dari selirnya <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bhre_Wirabhumi" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Bhre Wirabhumi"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Wirabhumi</span></a> yang juga menuntut haknya atas takhta. Perang saudara yang disebut <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Paregreg" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Perang Paregreg"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Perang Paregreg</span></a> diperkirakan terjadi pada tahun 1405-1406, antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Perang ini akhirnya dimenangi Wikramawardhana, semetara Wirabhumi ditangkap dan kemudian dipancung. Tampaknya perang saudara ini melemahkan kendali Majapahit atas daerah-daerah taklukannya di seberang.</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Pada kurun pemerintahan Wikramawardhana, serangkaian ekspedisi laut <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dinasti_Ming" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Dinasti Ming"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Dinasti Ming</span></a> yang dipimpin oleh laksamana <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Cheng_Ho" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Cheng Ho"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Cheng Ho</span></a>, seorang jenderal muslim China, tiba di Jawa beberapa kali antara kurun waktu 1405 sampai 1433. Sejak tahun 1430 ekspedisi Cheng Ho ini telah menciptakan komunitas muslim China dan Arab di beberapa kota pelabuhan pantai utara Jawa, seperti di <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Semarang" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Semarang"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Semarang</span></a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Demak" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Demak"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Demak</span></a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tuban" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Tuban"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Tuban</span></a>, dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ampel" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Ampel"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Ampel</span></a>; maka Islam pun mulai memiliki pijakan di pantai utara Jawa.</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Wikramawardhana memerintah hingga tahun 1426, dan diteruskan oleh putrinya, Ratu <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suhita" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Suhita"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Suhita</span></a>, yang memerintah pada tahun 1426 sampai 1447. Ia adalah putri kedua Wikramawardhana dari seorang selir yang juga putri kedua Wirabhumi. Pada 1447, Suhita mangkat dan pemerintahan dilanjutkan oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kertawijaya" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kertawijaya"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Kertawijaya</span></a>, adik laki-lakinya. Ia memerintah hingga tahun 1451. Setelah Kertawijaya wafat, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rajasawardhana" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Rajasawardhana"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Bhre Pamotan</span></a> menjadi raja dengan gelar Rajasawardhana dan memerintah di Kahuripan. Ia wafat pada tahun 1453 AD. Terjadi jeda waktu tiga tahun tanpa raja akibat krisis pewarisan takhta. <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Girisawardhana" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Girisawardhana"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Girisawardhana</span></a>, putra Kertawijaya, naik takhta pada 1456. Ia kemudian wafat pada 1466 dan digantikan oleh Singhawikramawardhana. Pada 1468 pangeran Kertabhumi memberontak terhadap Singhawikramawardhana dan mengangkat dirinya sebagai raja Majapahit.</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Ketika Majapahit didirikan, pedagang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Muslim" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Muslim"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Muslim</span></a> dan para penyebar agama sudah mulai memasuki <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nusantara" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Nusantara"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Nusantara</span></a>. Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh Nusantara mulai berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Islam" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Islam"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Islam</span></a>, yaitu <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Malaka" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kesultanan Malaka"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Kesultanan Malaka</span></a>, mulai muncul di bagian barat Nusantara. Di bagian barat kemaharajaan yang mulai runtuh ini, Majapahit tak kuasa lagi membendung kebangkitan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Malaka" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kesultanan Malaka"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Kesultanan Malaka</span></a> yang pada pertengahan abad ke-15 mulai menguasai <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Selat_Malaka" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Selat Malaka"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Selat Malaka</span></a> dan melebarkan kekuasaannya ke Sumatera. Sementara itu beberapa jajahan dan daerah taklukan Majapahit di daerah lainnya di Nusantara, satu per satu mulai melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit.</div>
<div class="thumb tright" style="background-color: transparent; clear: right; float: right; margin-bottom: 1.3em; margin-left: 1.4em; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em; width: auto;">
<div class="thumbinner" style="background-color: #f9f9f9; border-bottom-color: rgb(204, 204, 204); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(204, 204, 204); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(204, 204, 204); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(204, 204, 204); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; font-size: 12px; overflow-x: hidden; overflow-y: hidden; padding-bottom: 3px !important; padding-left: 3px !important; padding-right: 3px !important; padding-top: 3px !important; text-align: center; width: 222px;">
<a class="image" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Muzium_Negara_KL38.JPG&filetimestamp=20090104210144" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;"><span class="Apple-style-span" style="color: black;"><img alt="" class="thumbimage" height="165" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/ac/Muzium_Negara_KL38.JPG/220px-Muzium_Negara_KL38.JPG" srcset="//upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/ac/Muzium_Negara_KL38.JPG/330px-Muzium_Negara_KL38.JPG 1.5x, //upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/ac/Muzium_Negara_KL38.JPG/440px-Muzium_Negara_KL38.JPG 2x" style="background-color: white; border-bottom-color: rgb(204, 204, 204); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-color: initial; border-left-color: rgb(204, 204, 204); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(204, 204, 204); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(204, 204, 204); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; border-width: initial; vertical-align: middle;" width="220" /></span></a><div class="thumbcaption" style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; font-size: 11px; line-height: 1.4em; padding-bottom: 3px !important; padding-left: 3px !important; padding-right: 3px !important; padding-top: 3px !important; text-align: left;">
<div class="magnify" style="background-attachment: initial !important; background-clip: initial !important; background-color: initial !important; background-image: none !important; background-origin: initial !important; background-position: initial initial !important; background-repeat: initial initial !important; border-bottom-style: none !important; border-color: initial !important; border-left-style: none !important; border-right-style: none !important; border-top-style: none !important; border-width: initial !important; float: right;">
<a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Muzium_Negara_KL38.JPG&filetimestamp=20090104210144" style="background-attachment: initial !important; background-clip: initial !important; background-color: initial !important; background-image: none !important; background-origin: initial !important; border-bottom-style: none !important; border-color: initial !important; border-left-style: none !important; border-right-style: none !important; border-top-style: none !important; border-width: initial !important; display: block; text-decoration: none;" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/static-1.21wmf4/skins/common/images/magnify-clip.png" style="background-attachment: initial !important; background-clip: initial !important; background-color: white; background-image: none !important; background-origin: initial !important; background-position: initial initial !important; background-repeat: initial initial !important; border-bottom-style: none !important; border-color: initial !important; border-color: initial; border-left-style: none !important; border-right-style: none !important; border-top-style: none !important; border-width: initial !important; border-width: initial; display: block; vertical-align: middle;" width="15" /></a></div>
Sebuah tampilan model kapal Majapahit di<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Negara_Malaysia" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Museum Negara Malaysia"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Museum Negara Malaysia</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kuala_Lumpur" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kuala Lumpur"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Kuala Lumpur</span></a>,<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Malaysia" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Malaysia"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Malaysia</span></a>.</div>
</div>
</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Singhawikramawardhana memindahkan ibu kota kerajaan lebih jauh ke pedalaman di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Daha" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Daha"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Daha</span></a> (bekas ibu kota <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Kediri" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kerajaan Kediri"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Kerajaan Kediri</span></a>) dan terus memerintah disana hingga digantikan oleh putranya <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dyah_Ranawijaya" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Dyah Ranawijaya"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Ranawijaya</span></a> pada tahun 1474. Pada 1478 Ranawijaya mengalahkan Kertabhumi dan mempersatukan kembali Majapahit menjadi satu kerajaan. Ranawijaya memerintah pada kurun waktu 1474 hingga 1519 dengan gelar Girindrawardhana. Meskipun demikian kekuatan Majapahit telah melemah akibat konflik dinasti ini dan mulai bangkitnya kekuatan kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa.</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Waktu berakhirnya Kemaharajaan Majapahit berkisar pada kurun waktu tahun 1478 (tahun 1400 saka, berakhirnya abad dianggap sebagai waktu lazim pergantian dinasti dan berakhirnya suatu pemerintahan<sup class="reference" id="cite_ref-24" style="line-height: 1em;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Majapahit#cite_note-24" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">[24]</span></a></sup>) hingga tahun 1527.</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Dalam tradisi Jawa ada sebuah <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kronogram&action=edit&redlink=1" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kronogram (halaman belum tersedia)"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">kronogram</span></a> atau <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Candrasengkala" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Candrasengkala"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">candrasengkala</span></a> yang berbunyi <i>sirna ilang kretaning bumi</i>. Sengkala ini konon adalah tahun berakhirnya Majapahit dan harus dibaca sebagai 0041, yaitu tahun 1400 <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Saka" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Saka"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Saka</span></a>, atau 1478 <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Masehi" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Masehi"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Masehi</span></a>. Arti sengkala ini adalah “sirna hilanglah kemakmuran bumi”. Namun demikian yang sebenarnya digambarkan oleh candrasengkala tersebut adalah gugurnya <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Brawijaya_V" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Brawijaya V"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Bhre Kertabumi</span></a>, raja ke-11 Majapahit, oleh<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Girindrawardhana" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Girindrawardhana"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Girindrawardhana</span></a>.</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Menurut prasasti Jiyu dan Petak, Ranawijaya mengaku bahwa ia telah mengalahkan Kertabhumi dan memindahkan ibu kota ke Daha (Kediri). Peristiwa ini memicu perang antara Daha dengan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Demak" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kesultanan Demak"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Kesultanan Demak</span></a>, karena penguasa Demak adalah keturunan Kertabhumi. Peperangan ini dimenangi Demak pada tahun 1527.Sejumlah besar abdi istana, seniman, pendeta, dan anggota keluarga kerajaan mengungsi ke pulau <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bali" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Bali"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Bali</span></a>. Pengungsian ini kemungkinan besar untuk menghindari pembalasan dan hukuman dari Demak akibat selama ini mereka mendukung Ranawijaya melawan Kertabhumi.</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Dengan jatuhnya Daha yang dihancurkan oleh Demak pada tahun 1527, kekuatan kerajaan Islam pada awal abad ke-16 akhirnya mengalahkan sisa kerajaan Majapahit. Demak dibawah pemerintahan Raden (kemudian menjadi Sultan) Patah (Fatah), diakui sebagai penerus kerajaan Majapahit. Menurut Babad Tanah Jawi dan tradisi Demak, legitimasi Raden Patah karena ia adalah putra raja Majapahit Brawijaya V dengan seorang putri China.</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Catatan sejarah dari Tiongkok, Portugis (<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tome_Pires" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Tome Pires"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Tome Pires</span></a>), dan Italia (<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pigafetta" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Pigafetta"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Pigafetta</span></a>) mengindikasikan bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke tangan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Adipati_Unus" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Adipati Unus"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Adipati Unus</span></a>, penguasa dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Demak" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kesultanan Demak"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Kesultanan Demak</span></a>, antara tahun 1518 dan 1521 M</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Demak memastikan posisinya sebagai kekuatan regional dan menjadi kerajaan Islam pertama yang berdiri di tanah Jawa. Saat itu setelah keruntuhan Majapahit, sisa kerajaan Hindu yang masih bertahan di Jawa hanya tinggal kerajaan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Blambangan" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Blambangan"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Blambangan</span></a> di ujung timur, serta <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Sunda" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kerajaan Sunda"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Kerajaan Sunda</span></a> yang beribukota di <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pajajaran" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Pajajaran"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Pajajaran</span></a> di bagian barat. Perlahan-lahan Islam mulai menyebar seiring mundurnya masyarakat Hindu ke pegunungan dan ke <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bali" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Bali"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Bali</span></a>. Beberapa kantung masyarakat Hindu <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Tengger" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Suku Tengger"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Tengger</span></a> hingga kini masih bertahan di pegunungan Tengger, kawasan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bromo" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Bromo"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Bromo</span></a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Semeru" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Semeru"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Semeru</span></a>.</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
<br /></div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
KEBUDAYAAN</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSqRT0QwX-bw0R_osAlQDl_qn31Tg9yuw9tVVIjQdF2KWdzdmJs5hXrI0eefJhuGn6xy9defs93SokYG74aahfIO9sg_BXSQVfSUimF96SYcfpR3qAAh0uxMDCEUDjmN5XpN-ZWwTM4_qJ/s1600/180px-Bajang_Ratu_Gate_Trowulan.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><span class="Apple-style-span" style="color: black;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSqRT0QwX-bw0R_osAlQDl_qn31Tg9yuw9tVVIjQdF2KWdzdmJs5hXrI0eefJhuGn6xy9defs93SokYG74aahfIO9sg_BXSQVfSUimF96SYcfpR3qAAh0uxMDCEUDjmN5XpN-ZWwTM4_qJ/s1600/180px-Bajang_Ratu_Gate_Trowulan.jpg" /></span></a></div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Nagarakretagama menyebutkan budaya keraton yang adiluhung dan anggun, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus, serta sistem ritual keagamaan yang rumit. Peristiwa utama dalam kalender tata negara digelar tiap hari pertama bulan Caitra (Maret-April) ketika semua utusan dari semua wilayah taklukan Majapahit datang ke istana untuk membayar<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Upeti" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Upeti"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">upeti</span></a> atau <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pajak" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Pajak"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">pajak</span></a>. Kawasan Majapahit secara sederhana terbagi dalam tiga jenis: keraton termasuk kawasan ibu kota dan sekitarnya; wilayah-wilayah di Jawa Timur dan Bali yang secara langsung dikepalai oleh pejabat yang ditunjuk langsung oleh raja; serta wilayah-wilayah taklukan di kepulauan Nusantara yang menikmati <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Otonomi"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">otonomi</span></a>luas.</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Ibu kota Majapahit di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Trowulan" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Trowulan"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Trowulan</span></a> merupakan kota besar dan terkenal dengan perayaan besar keagamaan yang diselenggarakan setiap tahun. <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_Buddha" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Agama Buddha"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Agama Buddha</span></a>,<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Siwa" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Siwa"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Siwa</span></a>, dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Waisnawa" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Waisnawa"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Waisnawa</span></a> (pemuja <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wisnu" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Wisnu"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Wisnu</span></a>) dipeluk oleh penduduk Majapahit, dan raja dianggap sekaligus titisan Buddha, Siwa, maupun Wisnu. Nagarakertagama sama sekali tidak menyinggung tentang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Islam" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Islam"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Islam</span></a>, akan tetapi sangat mungkin terdapat beberapa pegawai atau abdi istana muslim saat itu.</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Walaupun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Batu_bata" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Batu bata"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">batu bata</span></a> telah digunakan dalam <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Candi" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Candi"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">candi</span></a> pada masa sebelumnya, arsitek Majapahitlah yang paling ahli menggunakannya. Candi-candi Majapahit berkualitas baik secara geometris dengan memanfaatkan getah tumbuhan merambat dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gula#Gula_Merah_.28Gula_jawa.29" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Gula"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">gula merah</span></a> sebagai perekat batu bata. Contoh candi Majapahit yang masih dapat ditemui sekarang adalah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Tikus" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Candi Tikus"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Candi Tikus</span></a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gapura_Bajang_Ratu" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Gapura Bajang Ratu"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Gapura Bajang Ratu</span></a> di Trowulan, Mojokerto.</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Catatan yang berasal dari sumber <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Italia" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Italia"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Italia</span></a> mengenai Jawa pada era Majapahit didapatkan dari catatan perjalanan Mattiussi, seorang pendeta Ordo Fransiskan dalam bukunya: "Perjalanan Pendeta <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Odorico_da_Pordenone" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Odorico da Pordenone"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Odorico da Pordenone</span></a>". Ia mengunjungi beberapa tempat di Nusantara: Sumatera, Jawa, dan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjarmasin" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Banjarmasin"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Banjarmasin</span></a> di Kalimantan. Ia dikirim <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Paus_(Katolik_Roma)" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Paus (Katolik Roma)"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Paus</span></a> untuk menjalankan misi Katolik di Asia Tengah. Pada 1318 ia berangkat dari Padua, menyeberangi Laut Hitam dan menembus Persia, terus hingga mencapai Kolkata, Madras, dan Srilanka. Lalu menuju kepulauan Nikobar hingga mencapai Sumatera, lalu mengunjungi Jawa dan Banjarmasin. Ia kembali ke Italia melalui jalan darat lewat Vietnam, China, terus mengikuti <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jalur_Sutra" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Jalur Sutra"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Jalur Sutra</span></a> menuju Eropa pada 1330.</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Di buku ini ia menyebut kunjungannya di Jawa tanpa menjelaskan lebih rinci nama tempat yang ia kunjungi. Disebutkan raja Jawa menguasai tujuh raja bawahan. Disebutkan juga di pulau ini terdapat banyak <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Cengkeh" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Cengkeh"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">cengkeh</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kemukus" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kemukus"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">kemukus</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pala" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Pala"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">pala</span></a>, dan berbagai rempah-rempah lainnya. Ia menyebutkan istana raja Jawa sangat mewah dan mengagumkan, penuh bersepuh emas dan perak. Ia juga menyebutkan raja <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mongol" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Mongol"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Mongol</span></a> beberapa kali berusaha menyerang Jawa, tetapi selalu gagal dan berhasil diusir kembali. Kerajaan Jawa yang disebutkan disini tak lain adalah Majapahit yang dikunjungi pada suatu waktu dalam kurun 1318-1330 pada masa pemerintahan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jayanegara" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Jayanegara"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Jayanegara</span></a>.</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
<br /></div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
</div>
<h2 style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; font-size: 19px; font-weight: normal; margin-bottom: 0.6em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; overflow-x: hidden; overflow-y: hidden; padding-bottom: 0.17em; padding-top: 0.5em;">
<span class="mw-headline" id="Ekonomi">Ekonomi</span></h2>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGfKsgKe0TufgO0Q-oNfNM3HjfqK9c6sLPWdZ5AkEg8n-DkbiMhmENmdVvgV7mGNVeXXAZT1O-RXuZ-5zCSlsykuLl2kXrDhJRWCWTLy2B8-i0VyVCYs7p48-pE9Fx_ez-Br55_Ed2sFau/s1600/220px-Majapahit,_Piggy_Bank.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><span class="Apple-style-span" style="color: black;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGfKsgKe0TufgO0Q-oNfNM3HjfqK9c6sLPWdZ5AkEg8n-DkbiMhmENmdVvgV7mGNVeXXAZT1O-RXuZ-5zCSlsykuLl2kXrDhJRWCWTLy2B8-i0VyVCYs7p48-pE9Fx_ez-Br55_Ed2sFau/s1600/220px-Majapahit,_Piggy_Bank.jpg" /></span></a></div>
<div>
<span class="mw-headline" id="Ekonomi"><div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Majapahit merupakan negara <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Agraris" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Agraris"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">agraris</span></a> dan sekaligus negara <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perdagangan" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Perdagangan"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">perdagangan</span></a><sup class="reference" id="cite_ref-Ricklefs_56_17-2" style="line-height: 1em;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Majapahit#cite_note-Ricklefs_56-17" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">[17]</span></a></sup>. Pajak dan denda dibayarkan dalam uang tunai. Ekonomi Jawa telah sebagian mengenal mata uang sejak abad ke-8 pada masa kerajaan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Medang" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Medang"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Medang</span></a> yang menggunakan butiran dan keping uang emas dan perak. Sekitar tahun 1300, pada masa pemerintahan raja pertama Majapahit, sebuah perubahan moneter penting terjadi: keping uang dalam negeri diganti dengan uang "kepeng" yaitu keping uang tembaga impor dari China. Pada November 2008 sekitar 10.388 keping koin China kuno seberat sekitar 40 kilogram digali dari halaman belakang seorang penduduk di <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sidoarjo" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Sidoarjo"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Sidoarjo</span></a>. Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur memastikan bahwa koin tersebut berasal dari era Majapahit.<sup class="reference" id="cite_ref-31" style="line-height: 1em;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Majapahit#cite_note-31" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">[31]</span></a></sup> Alasan penggunaan uang logam atau koin asing ini tidak disebutkan dalam catatan sejarah, akan tetapi kebanyakan ahli menduga bahwa dengan semakin kompleksnya ekonomi Jawa, maka diperlukan uang pecahan kecil atau uang receh dalam sistem<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mata_uang" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Mata uang"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">mata uang</span></a> Majapahit agar dapat digunakan dalam aktivitas ekonomi sehari-hari di pasar Majapahit. Peran ini tidak cocok dan tidak dapat dipenuhi oleh uang emas dan perak yang mahal.</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Beberapa gambaran mengenai skala ekonomi dalam negeri Jawa saat itu dikumpulkan dari berbagai data dan prasasti. Prasasti Canggu yang berangka tahun 1358 menyebutkan sebanyak 78 titik perlintasan berupa tempat perahu penyeberangan di dalam negeri (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mandala_(sejarah_Asia_Tenggara)" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Mandala (sejarah Asia Tenggara)"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">mandala</span></a> Jawa). Prasasti dari masa Majapahit menyebutkan berbagai macam pekerjaan dan spesialisasi karier, mulai dari pengrajin emas dan perak, hingga penjual minuman, dan jagal atau tukang daging. Meskipun banyak di antara pekerjaan-pekerjaan ini sudah ada sejak zaman sebelumnya, namun proporsi populasi yang mencari pendapatan dan bermata pencarian di luar pertanian semakin meningkat pada era Majapahit.</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Menurut catatan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Wang_Ta-Yuan&action=edit&redlink=1" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Wang Ta-Yuan (halaman belum tersedia)"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Wang Ta-Yuan</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pedagang" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Pedagang"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">pedagang</span></a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tiongkok" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Tiongkok"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Tiongkok</span></a>, komoditas <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ekspor" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Ekspor"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">ekspor</span></a> Jawa pada saat itu ialah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Lada" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Lada"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">lada</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Garam" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Garam"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">garam</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kain" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kain"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">kain</span></a>, dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Burung" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Burung"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">burung</span></a> <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kakak_tua" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kakak tua"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">kakak tua</span></a>, sedangkan komoditas impornya adalah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mutiara" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Mutiara"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">mutiara</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Emas" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Emas"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">emas</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perak" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Perak"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">perak</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sutra" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Sutra"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">sutra</span></a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Barang_keramik&action=edit&redlink=1" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Barang keramik (halaman belum tersedia)"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">barang keramik</span></a>, dan barang dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Besi" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Besi"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">besi</span></a>. <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mata_uang" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Mata uang"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Mata uangnya</span></a> dibuat dari campuran <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perak" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Perak"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">perak</span></a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Timah_putih" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Timah putih"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">timah putih</span></a>,<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Timah_hitam" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Timah hitam"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">timah hitam</span></a>, dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tembaga" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Tembaga"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">tembaga</span></a>. Selain itu, catatan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Odorico_da_Pordenone" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Odorico da Pordenone"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Odorico da Pordenone</span></a>, biarawan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Katolik_Roma" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Katolik Roma"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Katolik Roma</span></a> dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Italia" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Italia"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Italia</span></a> yang mengunjungi Jawa pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1321" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="1321"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">1321</span></a>, menyebutkan bahwa istana raja Jawa penuh dengan perhiasan emas, perak, dan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Permata" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Permata"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">permata</span></a>. </div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Kemakmuran Majapahit diduga karena dua faktor. Faktor pertama; lembah sungai <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Brantas" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Brantas"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Brantas</span></a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bengawan_Solo" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Bengawan Solo"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Bengawan Solo</span></a> di dataran rendah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Timur" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Jawa Timur"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Jawa Timur</span></a> utara sangat cocok untuk pertanian <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Padi" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Padi"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">padi</span></a>. Pada masa jayanya Majapahit membangun berbagai infrastruktur irigasi, sebagian dengan dukungan pemerintah. Faktor kedua; pelabuhan-pelabuhan Majapahit di pantai utara Jawa mungkin sekali berperan penting sebagai pelabuhan pangkalan untuk mendapatkan komoditas <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rempah-rempah" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Rempah-rempah"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">rempah-rempah</span></a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Maluku" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Maluku"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Maluku</span></a>. Pajak yang dikenakan pada komoditas rempah-rempah yang melewati Jawa merupakan sumber pemasukan penting bagi Majapahit.</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Nagarakretagama menyebutkan bahwa kemashuran penguasa Wilwatikta telah menarik banyak pedagang asing, di antaranya pedagang dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/India" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="India"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">India</span></a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Khmer" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Khmer"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Khmer</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Siam" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Siam"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Siam</span></a>, dan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/China" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="China"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">China</span></a>. Pajak khusus dikenakan pada orang asing terutama yang menetap semi-permanen di Jawa dan melakukan pekerjaan selain perdagangan internasional. Majapahit memiliki pejabat sendiri untuk mengurusi pedagang dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/India" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="India"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">India</span></a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tiongkok" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Tiongkok"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Tiongkok</span></a> yang menetap di ibu kota kerajaan maupun berbagai tempat lain di wilayah Majapahit di Jawa</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
<br /></div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
</div>
<h2 style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; font-size: 19px; font-weight: normal; margin-bottom: 0.6em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; overflow-x: hidden; overflow-y: hidden; padding-bottom: 0.17em; padding-top: 0.5em;">
<span class="mw-headline" id="Struktur_pemerintahan">Struktur pemerintahan</span></h2>
<div class="thumb tright" style="background-color: transparent; clear: right; float: right; margin-bottom: 1.3em; margin-left: 1.4em; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em; width: auto;">
<div class="thumbinner" style="background-color: #f9f9f9; border-bottom-color: rgb(204, 204, 204); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(204, 204, 204); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(204, 204, 204); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(204, 204, 204); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; font-size: 12px; overflow-x: hidden; overflow-y: hidden; padding-bottom: 3px !important; padding-left: 3px !important; padding-right: 3px !important; padding-top: 3px !important; text-align: center; width: 172px;">
<a class="image" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Parvati_Majapahit_2.JPG&filetimestamp=20101117175709" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;"><span class="Apple-style-span" style="color: black;"><img alt="" class="thumbimage" height="339" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/bf/Parvati_Majapahit_2.JPG/170px-Parvati_Majapahit_2.JPG" srcset="//upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/bf/Parvati_Majapahit_2.JPG/255px-Parvati_Majapahit_2.JPG 1.5x, //upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/bf/Parvati_Majapahit_2.JPG/340px-Parvati_Majapahit_2.JPG 2x" style="background-color: white; border-bottom-color: rgb(204, 204, 204); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-color: initial; border-left-color: rgb(204, 204, 204); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(204, 204, 204); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(204, 204, 204); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; border-width: initial; vertical-align: middle;" width="170" /></span></a><div class="thumbcaption" style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; font-size: 11px; line-height: 1.4em; padding-bottom: 3px !important; padding-left: 3px !important; padding-right: 3px !important; padding-top: 3px !important; text-align: left;">
<div class="magnify" style="background-attachment: initial !important; background-clip: initial !important; background-color: initial !important; background-image: none !important; background-origin: initial !important; background-position: initial initial !important; background-repeat: initial initial !important; border-bottom-style: none !important; border-color: initial !important; border-left-style: none !important; border-right-style: none !important; border-top-style: none !important; border-width: initial !important; float: right;">
<a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Parvati_Majapahit_2.JPG&filetimestamp=20101117175709" style="background-attachment: initial !important; background-clip: initial !important; background-color: initial !important; background-image: none !important; background-origin: initial !important; border-bottom-style: none !important; border-color: initial !important; border-left-style: none !important; border-right-style: none !important; border-top-style: none !important; border-width: initial !important; display: block; text-decoration: none;" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/static-1.21wmf4/skins/common/images/magnify-clip.png" style="background-attachment: initial !important; background-clip: initial !important; background-color: white; background-image: none !important; background-origin: initial !important; background-position: initial initial !important; background-repeat: initial initial !important; border-bottom-style: none !important; border-color: initial !important; border-color: initial; border-left-style: none !important; border-right-style: none !important; border-top-style: none !important; border-width: initial !important; border-width: initial; display: block; vertical-align: middle;" width="15" /></a></div>
Arca dewi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Parwati" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Parwati"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Parwati</span></a> sebagai perwujudan anumerta<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tribhuwana_Wijayatunggadewi" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Tribhuwana Wijayatunggadewi"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Tribhuwanottunggadewi</span></a>, ratu Majapahit ibunda <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hayam_Wuruk" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Hayam Wuruk"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Hayam Wuruk</span></a>.</div>
</div>
</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Majapahit memiliki struktur <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahan" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Pemerintahan"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">pemerintahan</span></a> dan susunan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Birokrasi" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Birokrasi"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">birokrasi</span></a> yang teratur pada masa pemerintahan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hayam_Wuruk" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Hayam Wuruk"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Hayam Wuruk</span></a>, dan tampaknya struktur dan birokrasi tersebut tidak banyak berubah selama perkembangan sejarahnya . Raja dianggap sebagai penjelmaan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dewa" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Dewa"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">dewa</span></a> di dunia dan ia memegang otoritas <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Politik" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Politik"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">politik</span></a>tertinggi.</div>
<h3 style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; border-bottom-color: initial; border-bottom-style: none; border-bottom-width: initial; font-size: 17px; font-weight: bold; margin-bottom: 0.3em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; overflow-x: hidden; overflow-y: hidden; padding-bottom: 0.17em; padding-top: 0.5em;">
<span class="editsection" style="-webkit-user-select: none; float: right; font-size: 13px; font-weight: normal; margin-left: 5px;">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Majapahit&action=edit&section=9" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Sunting bagian: Aparat birokrasi"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">sunting</span></a>]</span><span class="mw-headline" id="Aparat_birokrasi">Aparat birokrasi</span></h3>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Raja dibantu oleh sejumlah <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pejabat&action=edit&redlink=1" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Pejabat (halaman belum tersedia)"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">pejabat</span></a> birokrasi dalam melaksanakan pemerintahan, dengan para putra dan kerabat dekat raja memiliki kedudukan tinggi. Perintah raja biasanya diturunkan kepada pejabat-pejabat di bawahnya, antara lain yaitu:</div>
<dl style="margin-bottom: 0.5em; margin-top: 0.2em;"><dd style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.1em; margin-left: 1.6em; margin-right: 0px;"><ul style="line-height: 1.5em; list-style-image: url(http://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/1/18/Monobook-bullet.png); list-style-type: disc; margin-bottom: 0px; margin-left: 1.6em; margin-right: 0px; margin-top: 0.3em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<li style="margin-bottom: 0.1em;"><i>Rakryan Mahamantri Katrini</i>, biasanya dijabat putra-putra raja</li>
<li style="margin-bottom: 0.1em;"><i>Rakryan Mantri ri Pakira-kiran</i>, dewan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Menteri" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Menteri"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">menteri</span></a> yang melaksanakan pemerintahan</li>
<li style="margin-bottom: 0.1em;"><i>Dharmmadhyaksa</i>, para pejabat <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Hukum"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">hukum</span></a> ke<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Agama" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Agama"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">agamaan</span></a></li>
<li style="margin-bottom: 0.1em;"><i>Dharmma-upapatti</i>, para pejabat keagamaan</li>
</ul>
</dd></dl>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Dalam <i>Rakryan Mantri ri Pakira-kiran</i> terdapat seorang pejabat yang terpenting yaitu <i>Rakryan Mapatih</i> atau <i>Patih Hamangkubhumi</i>. Pejabat ini dapat dikatakan sebagai perdana menteri yang bersama-sama raja dapat ikut melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan. Selain itu, terdapat pula semacam dewan pertimbangan kerajaan yang anggotanya para sanak saudara raja, yang disebut <i>Bhattara Saptaprabhu</i>.</div>
<h3 style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; border-bottom-color: initial; border-bottom-style: none; border-bottom-width: initial; font-size: 17px; font-weight: bold; margin-bottom: 0.3em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; overflow-x: hidden; overflow-y: hidden; padding-bottom: 0.17em; padding-top: 0.5em;">
<span class="editsection" style="-webkit-user-select: none; float: right; font-size: 13px; font-weight: normal; margin-left: 5px;">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Majapahit&action=edit&section=10" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Sunting bagian: Pembagian wilayah"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">sunting</span></a>]</span><span class="mw-headline" id="Pembagian_wilayah">Pembagian wilayah</span></h3>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Dalam pembentukannya, kerajaan Majapahit merupakan kelanjutan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Singhasari" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Singhasari"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Singhasari</span></a>, terdiri atas beberapa kawasan tertentu di bagian timur dan bagian tengah Jawa. Daerah ini diperintah oleh <i>uparaja</i> yang disebut <i>Paduka Bhattara</i> yang bergelar <i><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bhre&action=edit&redlink=1" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Bhre (halaman belum tersedia)"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Bhre</span></a></i> atau "<i><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bhatara" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Bhatara"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Bhatara</span></a> i</i>". Gelar ini adalah gelar tertinggi bangsawan kerajaan. Biasanya posisi ini hanyalah untuk kerabat dekat raja. Tugas mereka adalah untuk mengelola kerajaan mereka, memungut pajak, dan mengirimkan upeti ke pusat, dan mengelola pertahanan di perbatasan daerah yang mereka pimpin.</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Selama masa pemerintahan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hayam_Wuruk" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Hayam Wuruk"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Hayam Wuruk</span></a> (1350 s.d. 1389) ada 12 wilayah di Majapahit, yang dikelola oleh kerabat dekat raja. Hierarki dalam pengklasifikasian wilayah di kerajaan Majapahit dikenal sebagai berikut:</div>
<dl style="margin-bottom: 0.5em; margin-top: 0.2em;"><dd style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.1em; margin-left: 1.6em; margin-right: 0px;"><ol style="line-height: 1.5em; list-style-image: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 3.2em; margin-right: 0px; margin-top: 0.3em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<li style="margin-bottom: 0.1em;"><i><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bhumi&action=edit&redlink=1" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Bhumi (halaman belum tersedia)"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Bhumi</span></a></i>: kerajaan, diperintah oleh Raja</li>
<li style="margin-bottom: 0.1em;"><i>Nagara</i>: diperintah oleh <i>rajya</i> (gubernur), atau <i>natha</i> (tuan), atau <i>bhre</i> (pangeran atau bangsawan)</li>
<li style="margin-bottom: 0.1em;"><i>Watek</i>: dikelola oleh <i>wiyasa</i>,</li>
<li style="margin-bottom: 0.1em;"><i>Kuwu</i>: dikelola oleh <i>lurah</i>,</li>
<li style="margin-bottom: 0.1em;"><i>Wanua</i>: dikelola oleh <i>thani</i>,</li>
<li style="margin-bottom: 0.1em;"><i>Kabuyutan</i>: dusun kecil atau tempat sakral.</li>
</ol>
</dd></dl>
<table border="1" class="wikitable" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: #f9f9f9; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-collapse: collapse; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; font-size: 13px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; margin-right: 1em; margin-top: 1em; width: 899px;"><tbody>
<tr><th style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: #f2f2f2; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em; text-align: center; width: 30px;">No</th><th style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: #f2f2f2; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em; text-align: center; width: 300px;">Provinsi</th><th style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: #f2f2f2; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em; text-align: center; width: 120px;">Gelar</th><th style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: #f2f2f2; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em; text-align: center; width: 140px;">Penguasa</th><th style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: #f2f2f2; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em; text-align: center; width: 260px;">Hubungan dengan Raja</th></tr>
<tr><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">1</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Kahuripan (atau <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Janggala" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Janggala"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Janggala</span></a>, sekarang <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Surabaya" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Surabaya"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Surabaya</span></a>)</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Bhre Kahuripan</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Tribhuwanatunggadewi</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">ibu suri</td></tr>
<tr><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">2</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Daha (bekas ibukota dari <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Kediri" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kerajaan Kediri"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Kediri</span></a>)</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Bhre Daha</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Rajadewi Maharajasa</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">bibi sekaligus ibu mertua</td></tr>
<tr><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">3</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Tumapel (bekas ibukota dari <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Singhasari" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Singhasari"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Singhasari</span></a>)</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Bhre Tumapel</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Kertawardhana</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">ayah</td></tr>
<tr><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">4</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Wengker (sekarang <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ponorogo" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Ponorogo"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Ponorogo</span></a>)</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Bhre Wengker</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Wijayarajasa</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">paman sekaligus ayah mertua</td></tr>
<tr><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">5</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Matahun (sekarang <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bojonegoro" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Bojonegoro"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Bojonegoro</span></a>)</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Bhre Matahun</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Rajasawardhana</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">suami dari Putri Lasem, sepupu raja</td></tr>
<tr><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">6</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Wirabhumi (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Blambangan" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Blambangan"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Blambangan</span></a>)</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Bhre Wirabhumi</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Bhre Wirabhumi<sup style="line-height: 1em;">1</sup></td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">anak</td></tr>
<tr><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">7</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Paguhan</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Bhre Paguhan</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Singhawardhana</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">saudara laki-laki ipar</td></tr>
<tr><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">8</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Kabalan</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Bhre Kabalan</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Kusumawardhani<sup style="line-height: 1em;">2</sup></td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">anak perempuan</td></tr>
<tr><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">9</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Pawanuan</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Bhre Pawanuan</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Surawardhani</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">keponakan perempuan</td></tr>
<tr><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">10</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Lasem (kota pesisir di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Tengah" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Jawa Tengah"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Jawa Tengah</span></a>)</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Bhre Lasem</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Rajasaduhita Indudewi</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">sepupu</td></tr>
<tr><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">11</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pajang" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Pajang"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Pajang</span></a> (sekarang <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Surakarta" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Surakarta"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Surakarta</span></a>)</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Bhre Pajang</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Rajasaduhita Iswari</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">saudara perempuan</td></tr>
<tr><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">12</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Mataram" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kerajaan Mataram"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Mataram</span></a> (sekarang <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Yogyakarta" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Yogyakarta"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Yogyakarta</span></a>)</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Bhre Mataram</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Wikramawardhana<sup style="line-height: 1em;">2</sup></td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">keponakan laku-laki</td></tr>
<tr><td colspan="13" style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; font-size: 12px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em; text-align: left;"><div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Catatan:<br /><sup style="line-height: 1em;"><b>1</b></sup> Bhre Wirabhumi sebenarnya adalah gelar: Pangeran Wirabhumi (blambangan), nama aslinya tidak diketahui dan sering disebut sebagai Bhre Wirabhumi dari Pararaton. Dia menikah dengan Nagawardhani, keponakan perempuan raja.<br /><sup style="line-height: 1em;"><b>2</b></sup> Kusumawardhani (putri raja) menikah dengan Wikramawardhana (keponakan laki-laki raja), pasangan ini lalu menjadi pewaris tahta.</div>
</td></tr>
</tbody></table>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Sedangkan dalam <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Prasasti_Wingun_Pitu&action=edit&redlink=1" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Prasasti Wingun Pitu (halaman belum tersedia)"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Prasasti Wingun Pitu</span></a> (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1447" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="1447"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">1447</span></a> M) disebutkan bahwa pemerintahan Majapahit dibagi menjadi 14 daerah bawahan, yang dipimpin oleh seseorang yang bergelar <i>Bhre</i>. Daerah-daerah bawahan tersebut yaitu:</div>
<table class="" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; font-size: 13px;"><tbody>
<tr><td style="text-align: left; vertical-align: top; width: 110px;"><ul style="line-height: 1.5em; list-style-image: url(http://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/1/18/Monobook-bullet.png); list-style-type: disc; margin-bottom: 0px; margin-left: 1.6em; margin-right: 0px; margin-top: 0.3em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<li style="margin-bottom: 0.1em;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Daha" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Daha"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Daha</span></a></li>
<li style="margin-bottom: 0.1em;"><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jagaraga" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Jagaraga"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Jagaraga</span></a></li>
<li style="margin-bottom: 0.1em;"><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kabalan&action=edit&redlink=1" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kabalan (halaman belum tersedia)"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Kabalan</span></a></li>
</ul>
</td><td style="text-align: left; vertical-align: top; width: 110px;"><ul style="line-height: 1.5em; list-style-image: url(http://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/1/18/Monobook-bullet.png); list-style-type: disc; margin-bottom: 0px; margin-left: 1.6em; margin-right: 0px; margin-top: 0.3em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<li style="margin-bottom: 0.1em;"><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kahuripan" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kahuripan"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Kahuripan</span></a></li>
<li style="margin-bottom: 0.1em;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Keling" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Keling"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Keling</span></a></li>
<li style="margin-bottom: 0.1em;"><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kelinggapura&action=edit&redlink=1" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kelinggapura (halaman belum tersedia)"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Kelinggapura</span></a></li>
</ul>
</td><td style="text-align: left; vertical-align: top; width: 110px;"><ul style="line-height: 1.5em; list-style-image: url(http://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/1/18/Monobook-bullet.png); list-style-type: disc; margin-bottom: 0px; margin-left: 1.6em; margin-right: 0px; margin-top: 0.3em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<li style="margin-bottom: 0.1em;"><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kembang_Jenar&action=edit&redlink=1" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kembang Jenar (halaman belum tersedia)"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Kembang Jenar</span></a></li>
<li style="margin-bottom: 0.1em;"><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Matahun&action=edit&redlink=1" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Matahun (halaman belum tersedia)"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Matahun</span></a></li>
<li style="margin-bottom: 0.1em;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pajang" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Pajang"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Pajang</span></a></li>
</ul>
</td><td style="text-align: left; vertical-align: top; width: 110px;"><ul style="line-height: 1.5em; list-style-image: url(http://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/1/18/Monobook-bullet.png); list-style-type: disc; margin-bottom: 0px; margin-left: 1.6em; margin-right: 0px; margin-top: 0.3em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<li style="margin-bottom: 0.1em;"><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Singhapura&action=edit&redlink=1" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Singhapura (halaman belum tersedia)"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Singhapura</span></a></li>
<li style="margin-bottom: 0.1em;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tanjungpura" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Tanjungpura"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Tanjungpura</span></a></li>
<li style="margin-bottom: 0.1em;"><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tumapel" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Tumapel"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Tumapel</span></a></li>
</ul>
</td><td style="text-align: left; vertical-align: top; width: 110px;"><ul style="line-height: 1.5em; list-style-image: url(http://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/1/18/Monobook-bullet.png); list-style-type: disc; margin-bottom: 0px; margin-left: 1.6em; margin-right: 0px; margin-top: 0.3em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<li style="margin-bottom: 0.1em;"><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Wengker&action=edit&redlink=1" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Wengker (halaman belum tersedia)"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Wengker</span></a></li>
<li style="margin-bottom: 0.1em;"><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Wirabumi&action=edit&redlink=1" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Wirabumi (halaman belum tersedia)"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Wirabumi</span></a></li>
</ul>
</td></tr>
</tbody></table>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Saat Majapahit memasuki era <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kemaharajaan" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kemaharajaan"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">kemaharajaan</span></a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Thalasokrasi" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Thalasokrasi"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Thalasokrasi</span></a> saat pemerintahan Gajah Mada, beberapa negara bagian di luar negeri juga termasuk dalam lingkaran pengaruh Majapahit, sebagai hasilnya, konsep teritorial yang lebih besar pun terbentuk:</div>
<ul style="line-height: 1.5em; list-style-image: url(http://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/1/18/Monobook-bullet.png); list-style-type: disc; margin-bottom: 0px; margin-left: 1.6em; margin-right: 0px; margin-top: 0.3em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<li style="margin-bottom: 0.1em;"><i><b>Negara Agung</b></i>, atau Negara Utama, inti kerajaan. Area awal Majapahit atau Majapahit Lama selama masa pembentukannya sebelum memasuki era kemaharajaan. Yang termasuk area ini adalah ibukota kerajaan dan wilayah sekitarnya dimana raja secara efektif menjalankan pemerintahannya. Area ini meliputi setengah bagian timur Jawa, dengan semua provinsinya yang dikelola oleh para <i>Bhre</i> (bangsawan), yang merupakan kerabat dekat raja.</li>
<li style="margin-bottom: 0.1em;"><i><b>Mancanegara</b></i>, area yang melingkupi <i>Negara Agung</i>. Area ini secara langsung dipengaruhi oleh kebudayaan Jawa, dan wajib membayar upeti tahunan. Akan tetapi, area-area tersebut biasanya memiliki penguasa atau raja pribumi, yang kemungkinan membentuk persekutuan atau menikah dengan keluarga kerajaan Majapahit. Kerajaan Majapahit menempatkan birokrat dan pegawainya di tempat-tempat ini dan mengatur kegiatan perdagangan luar negeri mereka dan mengumpulkan pajak, namun mereka menikmati otonomi internal yang cukup besar. Wilayah Mancanegara termasuk didalamnya seluruh daerah Pulau <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Jawa"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Jawa</span></a> lainnya, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Madura" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Madura"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Madura</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bali" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Bali"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Bali</span></a>, dan juga <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Melayu" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kerajaan Melayu"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Dharmasraya</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Pagaruyung" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kerajaan Pagaruyung"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Pagaruyung</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Lampung" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Lampung"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Lampung</span></a> dan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Palembang" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Palembang"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Palembang</span></a> di <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatra" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Sumatra"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Sumatra</span></a>.</li>
<li style="margin-bottom: 0.1em;"><i><b>Nusantara</b></i>, adalah area yang tidak mencerminkan kebudayaan Jawa, tetapi termasuk ke dalam koloni dan mereka harus membayar upeti tahunan. Mereka menikmati otonomi yang cukup luas dan kebebasan internal, dan Majapahit tidak merasa penting untuk menempatkan birokratnya atau tentara militernya di sini; akan tetapi, tantangan apa pun yang terlihat mengancam ketuanan Majapahit atas wilayah itu akan menuai reaksi keras. Termasuk dalam area ini adalah kerajaan kecil dan koloni di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Maluku" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Maluku"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Maluku</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kepulauan_Nusa_Tenggara" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kepulauan Nusa Tenggara"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Kepulauan Nusa Tenggara</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Sulawesi"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Sulawesi</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kalimantan"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Kalimantan</span></a>, dan<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Semenanjung_Malaya" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Semenanjung Malaya"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Semenanjung Malaya</span></a>.</li>
</ul>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Ketiga kategori itu masuk ke dalam lingkaran pengaruh Kerajaan Majapahit. Akan tetapi Majapahit juga mengenal lingkup keempat yang didefinisikan sebagai hubungan diplomatik luar negeri:</div>
<ul style="line-height: 1.5em; list-style-image: url(http://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/1/18/Monobook-bullet.png); list-style-type: disc; margin-bottom: 0px; margin-left: 1.6em; margin-right: 0px; margin-top: 0.3em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<li style="margin-bottom: 0.1em;"><i><b>Mitreka Satata</b></i>, yang secara harafiah berarti "mitra dengan tatanan (aturan) yang sama". Hal itu menunjukkan negara independen luar negeri yang dianggap setara oleh Majapahit, bukan sebagai bawahan dalam kekuatan Majapahit. Menurut Negarakertagama pupuh 15, bangsa asing adalah <i>Syangkayodhyapura</i> (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Ayutthaya" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kerajaan Ayutthaya"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Ayutthaya</span></a> di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Thailand" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Thailand"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Thailand</span></a>), <i>Dharmmanagari</i> (<a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kerajaan_Nakhon_Si_Thammarat&action=edit&redlink=1" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kerajaan Nakhon Si Thammarat (halaman belum tersedia)"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Kerajaan Nakhon Si Thammarat</span></a>), <i>Marutma</i>, <i>Rajapura</i> dan <i>Sinhanagari</i> (kerajaan di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Myanmar" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Myanmar"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Myanmar</span></a>), <i><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Champa" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kerajaan Champa"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Kerajaan Champa</span></a></i>, <i>Kamboja</i> (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kamboja" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kamboja"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Kamboja</span></a>), dan <i>Yawana</i> (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Vietnam" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Vietnam"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Annam</span></a>). <i>Mitreka Satata</i> dapat dianggap sebagai aliansi Majapahit, karena kerajaan asing di luar negeri seperti China dan India tidak termasuk dalam kategori ini meskipun Majapahit telah melakukan hubungan luar negeri dengan kedua bangsa ini.</li>
</ul>
Pola kesatuan politik khas sejarah Asia Tenggara purba seperti ini kemudian diidentifikasi oleh sejarahwan modern sebagai "<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mandala_(sejarah_Asia_Tenggara)" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Mandala (sejarah Asia Tenggara)"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">mandala</span></a>", yaitu kesatuan yang politik ditentukan oleh pusat atau inti kekuasaannya daripada perbatasannya, dan dapat tersusun atas beberapa unit politik bawahan tanpa integrasi administratif lebih lanjut.<sup class="reference" id="cite_ref-38" style="line-height: 1em;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Majapahit#cite_note-38" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">[38]</span></a></sup> Daerah-daerah bawahan yang termasuk dalam lingkup mandala Majapahit, yaitu wilayah Mancanegara dan Nusantara, umumnya memiliki pemimpin asli penguasa daerah tersebut yang menikmati kebebasan internal cukup luas. Wilayah-wilayah bawahan ini meskipun sedikit-banyak dipengaruhi Majapahit, tetap menjalankan sistem pemerintahannya sendiri tanpa terintegrasi lebih lanjut oleh kekuasaan pusat di ibu kota Majapahit. Pola kekuasaan mandala ini juga ditemukan dalam kerajaan-kerajaan sebelumnya, seperti <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sriwijaya" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Sriwijaya"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Sriwijaya</span></a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Khmer" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kerajaan Khmer"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Angkor</span></a>, serta mandala-mandala tetangga Majapahit yang sezaman; <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ayutthaya" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Ayutthaya"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Ayutthaya</span></a> dan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Champa" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Champa"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Champa</span></a>..<br />
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
<br /></div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;"></span></div>
<h2 style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; font-size: 19px; font-weight: normal; margin-bottom: 0.6em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; overflow-x: hidden; overflow-y: hidden; padding-bottom: 0.17em; padding-top: 0.5em;">
<span class="mw-headline" id="Raja-raja_Majapahit">Raja-raja Majapahit</span></h2>
<div>
<span class="mw-headline" id="Raja-raja_Majapahit"><div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Para penguasa Majapahit adalah penerus dari keluarga kerajaan Singhasari, yang dirintis oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ken_Arok" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Ken Arok"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Sri Ranggah Rajasa</span></a>, pendiri <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wangsa_Rajasa" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Wangsa Rajasa"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Wangsa Rajasa</span></a> pada akhir abad ke-13. Berikut adalah daftar penguasa Majapahit. Perhatikan bahwa terdapat periode kekosongan antara pemerintahan Rajasawardhana (penguasa ke-8) dan Girishawardhana yang mungkin diakibatkan oleh krisis suksesi yang memecahkan keluarga kerajaan Majapahit menjadi dua kelompok</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgR5VC2yNp2dl1F7kyhzlGj918CIteAWJpohrst-NTjN5zAfBcVX3-967TBC40tLSGdhdIL_cIuVKOr70Uhcl3WXNwm1LM4NCg3bJB0SVq0fMWNJIcpM49pQFXCQAoVUYyQ8GoQ0C31YAcr/s1600/320px-Rajasa-Dynasty_id.svg.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><span class="Apple-style-span" style="color: black;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgR5VC2yNp2dl1F7kyhzlGj918CIteAWJpohrst-NTjN5zAfBcVX3-967TBC40tLSGdhdIL_cIuVKOr70Uhcl3WXNwm1LM4NCg3bJB0SVq0fMWNJIcpM49pQFXCQAoVUYyQ8GoQ0C31YAcr/s320/320px-Rajasa-Dynasty_id.svg.png" width="243" /></span></a></div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
<br /></div>
<table class="wikitable" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: #f9f9f9; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-collapse: collapse; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; font-size: 13px; margin-bottom: 1em; margin-left: 0px; margin-right: 1em; margin-top: 1em;"><tbody>
<tr><th style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: #f2f2f2; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em; text-align: center;">Nama Raja</th><th style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: #f2f2f2; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em; text-align: center;">Gelar</th><th style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: #f2f2f2; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em; text-align: center;">Tahun</th></tr>
<tr><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Raden_Wijaya" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Raden Wijaya"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Raden Wijaya</span></a></td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Kertarajasa Jayawardhana</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1293" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="1293"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">1293</span></a> - <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1309" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="1309"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">1309</span></a></td></tr>
<tr><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Kalagamet</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jayanagara" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Jayanagara"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Sri Jayanagara</span></a></td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1309" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="1309"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">1309</span></a> - <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1328" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="1328"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">1328</span></a></td></tr>
<tr><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Sri Gitarja</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tribhuwana_Wijayatunggadewi" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Tribhuwana Wijayatunggadewi"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Tribhuwana Wijayatunggadewi</span></a></td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1328" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="1328"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">1328</span></a> - <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1350" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="1350"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">1350</span></a></td></tr>
<tr><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hayam_Wuruk" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Hayam Wuruk"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Hayam Wuruk</span></a></td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Sri Rajasanagara</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1350" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="1350"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">1350</span></a> - <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1389" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="1389"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">1389</span></a></td></tr>
<tr><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wikramawardhana" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Wikramawardhana"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Wikramawardhana</span></a></td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;"></td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1389" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="1389"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">1389</span></a> - <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1429" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="1429"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">1429</span></a></td></tr>
<tr><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suhita" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Suhita"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Suhita</span></a></td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Dyah Ayu Kencana Wungu</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1429" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="1429"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">1429</span></a> - <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1447" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="1447"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">1447</span></a></td></tr>
<tr><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kertawijaya" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Kertawijaya"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Kertawijaya</span></a></td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Brawijaya I</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1447" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="1447"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">1447</span></a> - <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1451" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="1451"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">1451</span></a></td></tr>
<tr><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rajasawardhana" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Rajasawardhana"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Rajasawardhana</span></a></td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Brawijaya II</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1451" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="1451"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">1451</span></a> - <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1453" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="1453"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">1453</span></a></td></tr>
<tr><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Purwawisesa atau <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Girishawardhana" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Girishawardhana"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Girishawardhana</span></a></td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Brawijaya III</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1456" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="1456"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">1456</span></a> - <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1466" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="1466"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">1466</span></a></td></tr>
<tr><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Bhre Pandansalas, atau <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suraprabhawa" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Suraprabhawa"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Suraprabhawa</span></a></td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Brawijaya IV</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1466" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="1466"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">1466</span></a> - <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1468" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="1468"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">1468</span></a></td></tr>
<tr><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Bhre Kertabumi</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;"><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Brawijaya_V" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Brawijaya V"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Brawijaya V</span></a></td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1468" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="1468"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">1468</span></a> - <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1478" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="1478"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">1478</span></a></td></tr>
<tr><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Girindrawardhana" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Girindrawardhana"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Girindrawardhana</span></a></td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;">Brawijaya VI</td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1478" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="1478"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">1478</span></a> - <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1498" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="1498"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">1498</span></a></td></tr>
<tr><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Patih_Udara" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="Patih Udara"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Patih Udara</span></a></td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;"></td><td style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0.2em; padding-right: 0.2em; padding-top: 0.2em;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1498" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="1498"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">1498</span></a> - <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1518" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; text-decoration: none;" title="1518"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">1518</span></a><br /></td></tr>
</tbody></table>
</span></div>
</span></div>
<br />
<blockquote class="toccolours" style="background-color: #f9f9f9; border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(170, 170, 170); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(170, 170, 170); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(170, 170, 170); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; display: table; float: right; font-size: 12px; margin-left: 10px; padding-bottom: 10px; padding-left: 10px; padding-right: 10px; padding-top: 10px; text-align: justify; width: 484px;">
</blockquote>
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
</div>
Lego teryyakahttp://www.blogger.com/profile/05368422984943201046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3559668528210687551.post-8104773247558298402012-11-30T10:13:00.000-08:002012-11-30T10:13:40.432-08:00Tradisi Kirab Pusaka 1 Suro di Solo<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', 'Lucida Sans', sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;"></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYnjvuO07TBLrZ9MKivLOVjmkVajlu6YkIBJQAZ0CJQgZSjBuU3wlZMflDZXTGtp6TuraL1FYHwyXuuFnMQ6pknWP1esEH-raMxluckTMgPDFiZncILZmUOQDT96_OOgrSQaCwAMbE4oLP/s1600/Kirab-1-Suro1-300x220.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYnjvuO07TBLrZ9MKivLOVjmkVajlu6YkIBJQAZ0CJQgZSjBuU3wlZMflDZXTGtp6TuraL1FYHwyXuuFnMQ6pknWP1esEH-raMxluckTMgPDFiZncILZmUOQDT96_OOgrSQaCwAMbE4oLP/s1600/Kirab-1-Suro1-300x220.jpg" /></a></div>
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-size: 12px; margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">
A. Pendahuluan<br />Kedatangan tahun baru biasanya ditandai dengan berbagai kemeriahan, seperti pesta kembang api, keramaian tiupan terompet, maupun berbagai arak-arakan di malam pergantian tahun. Lain halnya dengan pergantian tahun baru Jawa yang jatuh tiap malam 1 Suro (1 Muharram) yang tidak disambut dengan kemeriahan, namun dengan berbagai ritual sebagai bentuk introspeksi diri. Saat malam 1 Suro tiba, masyarakat Jawa umumnya melakukan ritual tirakatan, lek-lekan (tidak tidur semalam suntuk), dan tuguran (perenungan diri sambil berdoa). Bahkan sebagian orang memilih menyepi untuk bersemedi di tempat sakaral seperti puncak gunung, tepi laut, pohon besar, atau di makam keramat. Bagi masyarakat Jawa, bulan Suro sebagai awal tahun Jawa juga dianggap sebagai bulan yang sakral atau suci, bulan yang tepat untuk melakukan renungan, tafakur, dan introspeksi untuk mendekatkan dengan Yang Maha Kuasa. Cara yang biasa digunakan masyarakat Jawa untuk berinstrospeksi adalah dengan lelaku, yaitu mengendalikan hawa nafsu.</div>
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-size: 12px; margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">
Sepanjang bulan Suro masyarakat Jawa meyakini untuk terus bersikap eling (ingat) dan waspada. Eling artinya manusia harus tetap ingat siapa dirinya dan dimana kedudukannya sebagai ciptaan Tuhan. Sedangkan waspada berarti manusia juga harus terjaga dan waspada dari godaan yang menyesatkan. Karenanya dapat dipahami jika kemudian masyarakat Jawa pantang melakukan hajatan pernikahan selama bulan Suro. Pesta pernikahan yang biasanya berlangsung dengan penuh gemerlap dianggap tidak selaras dengan lelaku yang harus dijalani selama bulan Suro. Ritual 1 Suro telah dikenal masyarakat Jawa sejak masa pemerintahan Sultan Agung (1613-1645 Masehi). Saat itu masyarakat Jawa masih mengikuti sistem penanggalan Tahun Saka yang diwarisi dari tradisi Hindu. Sementara itu umat Islam pada masa Sultan Agung menggunakan sistem kalender Hijriah. Sebagai upaya memperluas ajaran Islam di tanah Jawa, kemudian Sultan Agung memadukan antara tradisi Jawa dan Islam dengan menetapkan 1 Muharram sebagai tahun baru Jawa.</div>
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-size: 12px; margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">
Di Kraton Surakarta Hadiningrat kirab malam 1 Suro dipimpin oleh Kebo Bule Kyai Slamet sebagai Cucuking Lampah. Kebo Bule merupakan hewan kesayangan Susuhunan yang dianggap keramat. Di belakang Kebo Bule barisan berikutnya adalah para putra Sentana Dalem (kerabat keraton) yang membawa pusaka, kemudian diikuti masyarakat Solo dan sekitarnya seperti Karanganyar, Boyolali, Sragen dan Wonogiri.</div>
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-size: 12px; margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">
Sementara itu di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat memperingati Malam 1 Suro dengan cara mengarak benda pusaka mengelilingi benteng kraton yang diikuti oleh ribuan warga Yogyakarta dan sekitarnya. Selama melakukan ritual mubeng beteng tidak diperkenankan untuk berbicara seperti halnya orang sedang bertapa. Inilah yang dikenal dengan istilah “tapa mbisu mubeng beteng”.</div>
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-size: 12px; margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">
Selain di Kraton, ritual 1 Suro juga diadakan oleh kelompok-kelompok penganut aliran kepercayaan Kejawen yang masih banyak dijumpai di pedesaan. Mereka menyambut datangnya tahun baru Jawa dengan tirakatan atau selamatan.<br />Terlepas dari mitos yang beredar dalam masyarakat Jawa berkaitan dengan bulan Suro, namun harus diakui bersama bahwa introspeksi menjelang pergantian tahun memang diperlukan agar lebih mawas diri. Dan bukankah introspeksi tak cukup dilakukan semalam saat pergantian tahun saja? Makin panjang waktu yang digunakan untuk introspeksi, niscaya makin bijak kita menyikapi hidup ini. Inilah esensi lelaku yang diyakini masyakarat Jawa sepanjang bulan Suro.</div>
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-size: 12px; margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">
<strong style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-size: 12px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">B. Sejarah</strong></div>
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-size: 12px; margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">
Pada masa Pemerintahan Pakoe Boewono II, jaman Kraton Kartasura di sekitar abad ke 17, diceritakan bahwa di kerajaan terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh Pangeran Mangkubumi yang membuat ’sinuwun’ harus melarikan diri ke Ponorogo. Di Ponorogo beliau ditampung oleh Bupati Ponorogodan berdiam di sana untuk beberapa saat hingga pemberontakan berakhir. Pada masa pelariannya di Ponorogo, Sang Raja Kartasura itu memperoleh petunjuk gaib bahwa pusaka Kyai Slamet harus ‘direkso’ atau dijaga oleh sepasang ‘kebo bule’ atau kerbau albino jika ingin kerajaan aman sentausa dan langgeng. Kuasa Tuhan yang luar biasa pada saat itu, seolah gayung bersambut, Sang Bupati Ponorogo tiba-tiba ingin menunjukkan bhaktinya kepada rajanya dengan mempersembahkan sepasang ‘kebo bule’ kepada sinuwun, tepat disaat beliau membutuhkannya. Kebo bule atau kerbau albino pada masa itu (mungkin juga pada masa sekarang) adalah kerbau yang sangat jarang ditemui dan dimiliki orang kebanyakan dan merupakan hewan piaraan bernilai tinggi. Maka sinuwun Pakue Boewono II menerima dengan baik ‘pisungsung’ (persembahan) sang bupati dan berterimakasih atas persembahan yang sangat sesuai dengan kebutuhannya. Sinuwun membawa sepasang kerbau bule itu kembali ke Kraton Kartasura setelah pemberontakan usai dan hingga kerajaan berpindah tempat ke Desa Sala dan berganti nama menjadi Kraton Surakarta Hadiningrat.</div>
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-size: 12px; margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">
Secara turun temurun kerbau bule terus bertindak sebagai penjaga pusaka Kyai Slamet hingga masyarakat luas menyebut kerbau itu sebagai Kerbau Kyai Slamet. Menurut penuturan KRT Kalinggo Honggopuro, humas Kraton Surakarta, sebetulnya Kyai Slamet bukanlah nama kerbau. Kerbau Kyai Slamet berarti kerbau yang menjaga Kyai Slamet, sedangkan Kyai Slamet itu sendiri adalah sebuah pusaka yang tak kasat mata yang hanya Sang Raja yang tahu dan bagi rakyat kebanyakan pusaka Kyai Slamet adalah tetap misteri sehingga lebih mudah bagi mereka untuk menyebut sang kerbau saja sebagai Kyai Slamet. Hingga kini kerbau Kyai Slamet telah beranak pinak dan tetap dihormati dan disebut sebagai kerbau bule Kyai Slamet. Konon, saat Paku Buwono II mencari lokasi untuk keraton yang baru, tahun 1725, leluhur kebo-kebo bule tersebut dilepas, dan perjalanannya diikuti para abdi dalem keraton, hingga akhirnya berhenti di tempat yang kini menjadi Keraton Kasunanan Surakarta.</div>
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-size: 12px; margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">
Sementara sejarawan dari Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo, Sudarmono, menuturkan, selain dekat dengan kehidupan petani, sosok kerbau memang banyak mewarnai sejarah kerajaan di Jawa. Semasa Kerajaan Demak, misalnya, seekor kerbau bernama Kebo Marcuet mengamuk dan tak ada satu prajurit pun yang bisa mengalahkannya. Karena meresahkan, kerajaan menggelar sayembara: barang siapa mampu mengalahkannya akan diangkat menjadi senopati.<br />Secara mengejutkan, Jaka Tingkir atau Mas Karebet mampu mengalahkan Kebo Marcuet dengan tongkatnya. Mas Karebet kemudian mempersunting putri Raja Demak Sultan Trenggono, dan akhirnya mengambil alih kekuasaan.<br />”Jaka Tingkir sebenarnya keturunan Kebo Kenongo, Raja Pengging Hindu yang dikalahkan Kerajaan Demak. Pemindahan kekuasaan dari Demak ke Pajang, yang dekat Pengging, adalah upaya Joko Tingkir mengembalikan pengaruh kekuasaan kerajaan ke pedalaman yang sarat tradisi agraris,” katanya.<br />Dari sejarah itu, lanjut Sudarmono, kerbau selalu dijadikan alat melegitimasi kekuasaan kerajaan. ”Dalam budaya agraris, kerbau simbolisasi kekuatan petani. Sosok kerbau dihadirkan dalam kirab, yang diikuti abdi dalem dan rakyat, sebenarnya ingin menunjukkan legitimasi keraton atas rakyatnya yang sebagian besar petani.”<br />Kemunculan kebo bule Kyai Slamet dalam kirab, kata Sudarmono, adalah perpaduan antara legenda dan sage (cerita rakyat yang mendewakan binatang). Dalam pendekatan periodisasi sejarah, sosok kebo bule ditengarai hadir semasa Paku Buwono (PB) VI pada abad XVII. PB VI merupakan raja yang dianggap memberontak kekuasaan penjajah Belanda dan sempat dibuang ke Ambon.<br />”Meski PB VI dibuang ke Ambon, namun semangat pemberontakan dan keberaniannya menghidupi rakyatnya. Dalam peringatan naik takhta, sekaligus pergantian tahun dalam penanggalan Jawa malam 1 Sura, muncul kreativitas menghadirkan sosok kebo bule yang dipercaya sebagai penjelmaan pusaka Kyai Slamet dalam kirab pusaka,” tambah Sudarmono.<br />Pada sisi lain Gusti Puger menuturkan, Keraton Surakarta tidak pernah menyatakan tlethong (kotoran) kerbau bisa mendatangkan berkah. ”Kalau tlethong dianggap menyuburkan sawah karena dapat dibuat pupuk, itu masih diterima akal. Namun kami memahami ini sebagai cara masyarakat menciptakan media untuk membuat permohonan. Mereka sekadar membutuhkan semangat untuk bangkit.”<br />Winarno mengungkapkan, saat ini kebo bule keraton berjumlah 12 ekor. Namun kebo bule yang dipercaya sebagai keturunan asli Kyai Slamet sendiri hingga saat ini hanya tersisa enam ekor. Mereka adalah Kiai Bodong, Joko Semengit, Debleng Sepuh, Manis Sepuh, Manis Muda, dan Debleng Muda.<br />“Yang menjadi pemimpin kirab biasanya adalah Kyai Bodong, karena dia sebagai jantan tertua keturunan murni Kyai Slamet. Disebut keturunan murni, karena mereka dan induk-induknya tidak pernah berhubungan dengan kerbau kampung.”<br />Kyai Bodong sendiri memiliki adik laki-laki yang diberi nama Kyai Bagong. Namun, kata Winarno, kerbau tersebut sekarang ini berada di kawasan Solo Baru, Sukoharjo, dan dengan alasan yang enggan disebutkan, kebo bule itu tidak bisa dibawa pulang ke Keraton Surakarta.<br />Sejak dulu, sekawanan kebo keramat tersebut memang memiliki banyak keunikan. Kawanan kerbau ini, misalnya, sering berkelana ke tempat-tempat jauh untuk mencari makan, tanpa diikuti abdi dalem yang bertugas menggembalakannya. Mereka sering sampai ke Cilacap yang jaraknya lebih 100 km dari Solo, atau Madiun di Jawa Timur. Namun anehnya, menjelang Tahun Baru Jawa, yakni 1 Sura atau 1 Hijriah, mereka akan kembali ke keraton karena akan mengikuti ritual kirab pusaka.<br />Winarno menambahkan, malam 1 Sura sangat berarti bagi orang Jawa, karena tidak saja memiliki dimensi fisik perubahan tahun, namun juga mempunyai dimensi spiritual. Sebagian masyarakat Jawa yakin, bahwa perubahan tahun Jawa menandakan babak baru dalam tata kehidupan kosmis Jawa, terutama kehidupan masyarakat agraris.<br />Nah, peran kebo bule Kyai Slamet adalah sebagai simbol kekuatan yang secara praktis digunakan sebagai alat pengolah pertanian, sumber mata pencaharian hidup bagi orang-orang Jawa. Di luar itu, kerbau secara umum juga mempunyai nilai tinggi dalam sebuah ritual, tidak saja di keraton Surakarta, tetapi juga di Sulawesi, Kalimantan, sehingga secara material ia menjadi simbol kejayaan dan kesuburan. Sebuah cita-cita yang ingin diwujudkan oleh raja beserta rakyatnya. “Kyai Slamet adalah sebuah visi Raja. Secara harfiah, visi Keraton Surakarta, yaitu ingin mewujudkan keselamatan, kemakmuran, dan rasa aman bagi masyarakatnya.”</div>
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-size: 12px; margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">
<strong style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-size: 12px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">C. Kirab Kerbau Kyai Slamet</strong></div>
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-size: 12px; margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">
Malam 1 sura dalam masyarakat Jawa adalah suatu perayaan tahun baru menurut kalender Jawa. Dalam perhitungan jawa, malam 1 sura dimulai dari terbenamnya matahari pada hari terakhir bulan terakhir kelender jawa (29/30 bulan Besar) sampai terbitnya sang matahari pada hari pertama bulan pertama tahun berikutnya.<br />Dilingkungan keraton Surakarta Hadiningrat upacara ini diperingati dengan kegiatan kirab mengililingi beteng keraton. Dimulai dari kompleks Kemandungan Utara melalui gerbang Brojonolo kemudian mengintari seluruh kawasan keraton dengan arah berlawanan arah putaran jarum jam dan berakhir di halaman Kemandungan Utara. Dalam profesi pusaka keraton menjadi bagian utama pada barisan terdepan baru kemudian diikuti para pembesar keraton, kerabat dan jajaran keraton yang lengkap dengan pakaian keratonnya, dan akhirnya oleh masyarakat. Uniknya pada lapisan barisan terdepan ditempatkan pusaka yang berupa sekawanan kerbau albino yang diberi nama Kyai Slamet yang selalu menjadi pusat perhatian tersendiri bagi masyarakat.</div>
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-size: 12px; margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">
Kirab Pusaka 1 Sura ini melibatkan sekitar 600 abdi dalem yang mengusung 13 pusaka Kraton Surakarta. Kirab dilakukan dengan membawa penerangan obor dan lampu ting mengelilingi kompleks Keraton melalui Gladag-Jl Jenderal Sudirman-Jl Mayor Kusmanto-Jl Kapten Mulyadi-Jl Veteran-Jl Yos Sudarso-Jl Slamet Riyadi-Gladag dan kembali ke kraton. Dari Pringgitan KGPAA Mangkunegaran IX, berjalan menuju teras Pendhapi Ageng untuk melepas empat pusaka. Sebelum diarak mengelilingi Pura Mangkunegaran yang diikuti oleh kerabat kerjaan serta masyarakat, pusaka tersebut dibasuh air terlebih dahulu. Setelah itu barulah saatnya kirab kerbau kyai slamet. Kirab itu sendiri berlangsung tengah malam, biasanya tepat tengah malam, tergantung kemauan dari kebo Kyai Slamet. Sebab, adakalanya kebo keramat baru keluar dari kandang selepas pukul 01.00. Kirab pusaka ini sepenuhnya memang sangat tergantung pada kebo keramat Kyai Slamet. Jika saatnya tiba, biasanya tanpa harus digiring kawanan kebo bule akan berjalan dari kandangnya menuju halaman keraton. Maka, kirab pun dimulai. Kawanan kerbau keramat akan berada di barisan terdepan, mengawal pusaka keraton Kyai Slamet yang dibawa para abdi dalem keraton. Kerumunan orang pun menyemut dari keraton hingga di sepanjang perjalanan yang dilalui arak-arakan. Selama kirab berlangsung, Sinuhun Pakubuwono akan berdoa dengan bersemedi di dalam keraton.</div>
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-size: 12px; margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">
Bagi masyarakat Solo, dan kota-kota di sekitarnya, seperti Karanganyar, Sragen, Boyolali, Klaten, Sukoharjo, dan Wonogiri, kebo bule Kyai Slamet bukan lagi sebagai hewan yang asing. Setiap malam 1 Sura menurut penanggalan Jawa, atau malam tanggal 1 Muharam menurut kalender Islam (Hijriah), sekawanan kebo keramat ini selalu dikirab, menjadi cucuk lampah sejumlah pusaka keraton.</div>
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-size: 12px; margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">
Ritual kirab malam 1 Sura itu sendiri sangat ditunggu-tunggu masyarakat. Ribuan orang tumpah ruah di sekitar istana, juga di jalan-jalan yang akan dilalui kirab. Masyarakat meyakini akan mendapat berkah dari keraton jika menyaksikan kirab.</div>
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-size: 12px; margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">
Dan inilah yang menarik, orang-orang menyikapi kekeramatan kerbau Kyai Slamet sedemikian rupa, sehingga cenderung tidak masuk akal. Mereka berjalan mengikuti kirab, saling berebut berusaha menyentuh atau menjamah tubuh kebo bule. Tak cukup menyentuh tubuh kebo, orang-orang tersebut terus berjalan di belakang kerbau, menunggu sekawanan kebo bule buang kotoran.</div>
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-size: 12px; margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">
Begitu kotoran jatuh ke jalan, orang-orang pun saling berebut mendapatkannya. Tidak masuk akal memang. Tapi mereka meyakini bahwa kotoran sang kerbau akan memberikan berkah, keselamatan, dan rejeki berlimpah. Mereka menyebut berebut kotoran tersebut sebagai sebagai tradisi ngalap berkah atau mencari berkah Kyai Slamet.</div>
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-size: 12px; margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">
<strong style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-size: 12px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">D. Dalam Perspektif Kelimuan</strong></div>
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-size: 12px; margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">
Kebudayaan terbentuk dari perilaku pendahulu-pendahulu (nenek moyang) yang kemudian menjadi suatu kebiasaan dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga menjadi ciri khas tersendiri dari suatu pulau.</div>
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-size: 12px; margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">
Surakarta memiliki suatu kebudayaan yakni kirab malam satu sura, dimana kirab tersebut merupakan arak-arakan pusaka-pusaka keraton Surakarta dan sekelompok kerbau bule yang sering disebut Kerbau Bule Kyai Slamet. Sebagian masyarakat Surakarta banyak yang beranggapan bahwa barang siapa yang bisa mendapatkan kotoran atau feces dari kerbau bule Kyai Slamet pada malam satu Sura, akan diberi keselamatan dan ditambahkan rezeki. Fenomena yang terjadi membuat Permana Adhi Panggayuh Wahyu Hidayat(2008) tertarik untuk melakukan penelitian, dengan judul Ngalap Berkah Kyai Slamet: Kajian Fenomenologi Memohon Keberkahan melalui Feces Kerbau Bule Kyai Slamet pada Ritual Malam Satu Sura. Subjek yang diteliti adalah para pelaku ritual malam satu sura dan mempercayai kepercayaan akan Ngalap Berkah Kyai Slamet pada ritual malam satu Sura, pengampilan subjek dengan metode purposive sampling dan snowball sampling dengan kriteria usia minimal 20 tahun, pernah mengikuti ritual kirab malam satu Sura, percaya akan kepercayaan ngalap berkah Kyai Slamet (Memohon keberkahan pada Kerbau Bule Kyai Slamet), berkebudayaan Jawa.</div>
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-size: 12px; margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">
Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif dengan pendekatan Fenomenologi Husserl. Metode pengumpulan pada penelitian ini menggunakan metode Wawancara, Observasi, dan Dokumentasi. Selain dengan pelaku Ngalap berkah, penulis melakukan wawancara dengan beberapa Key Person yaitu pengageng Keraton Surakarta dan Abdi dalem Keraton Surakarta. Berdasarkan data-data yang diperoleh, perilaku Ngalap berkah Kyai Slamet dipengaruhi faktor Internal dan Eksternal. Faktor Internal subjek yakni adanya keyakinan bahwa dengan mendapatkan kotoran kerbau bule Kyai Slamet, akan diberi keselamatan dan bertambahnya rezeki, serta munculnya penilaian terhadap pengalaman yang dialami dari hubungan interaksi lingkungan subjek (keluarga, peer group, masyarakat lain) sehingga menimbulkan sikap yakni melakukan Modelling. Faktor eksternal yakni adanya tokoh-tokoh panutan (Nenek moyang, Orangtua, peer group dan masyarakat) sehingga menjadi Norma subjektif yang disebut Adat Istiadat. Kedua faktor tersebut didukung lagi dengan adanya intensi berperilaku subjek melakukan ritual malam satu sura.</div>
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-size: 12px; margin-bottom: 15px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">
Fenomenologi perilaku ngalap berkah Kyai Slamet, merupakan proses atribusi yang berasal dari persepsi dan dipengaruhi oleh locus of cusality Internal dan Eksternal, dimana persepsi yang muncul antara lain:1) Raja adalah orang yang Luar Biasa. 2) Raja merupakan orang yang paling dekat dengan Dewa (Tuhan). 3) Keinginan Manunggaling Kawula Lan Gusti (Menjadi satu dengan Tuhan / dekat dengan Tuhan). 4) Semakin dekat dengan Raja maka dekat pula dengan Tuhan. 5) Kerbau bule yang disimbolkan dengan Raja, maka sesuatu yang keluar dan sisa dari kerbau bule Kyai slamet juga dianggap sesuatu yang dianggap sama dengan apa yang dikeluarkan oleh seorang raja. Locus of Causality Internal, adanya emosional yang berlebihan untuk bertemu dengan Raja, dengan harapan menjadi lebih dekat dengan Tuhan sehingga segala Harapan akan terkabul dan Locus of Causality eksternalnya karena adanya birokrasi yang membatasi (susah dan rumit) untuk bertemu dengan seorang Raja. Sehingga perilaku atribusi yang terjadi adalah 1) Bertemu dengan binatang kesayangan 2) Berusaha mendapatkan Bagian dari Kerbau Bule Kyai Slamet 3) Feces digunakan sebagai azimat keberuntungan</div>
</div>
Lego teryyakahttp://www.blogger.com/profile/05368422984943201046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3559668528210687551.post-64643864638816685232012-11-30T10:05:00.001-08:002012-11-30T10:10:45.912-08:00Tradisi Saparan di Boyolali dan Klaten<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Tahoma, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 16px;"></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4JrjRd4LswnZ872X_5hiSFkp6WqZjrwsYdYhBXAUBYAizA17nRk0nbgGXiXmLKluQ_wB8ER3eiF-i-8F-IVP11zDLW3GoCy5LCejKZbfhUAYPYRrWgIDiVZPpKGqeKJqkPU63UIrHLG1u/s1600/timthumb.php+(1).jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="235" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4JrjRd4LswnZ872X_5hiSFkp6WqZjrwsYdYhBXAUBYAizA17nRk0nbgGXiXmLKluQ_wB8ER3eiF-i-8F-IVP11zDLW3GoCy5LCejKZbfhUAYPYRrWgIDiVZPpKGqeKJqkPU63UIrHLG1u/s320/timthumb.php+(1).jpg" width="320" /></a></div>
<div style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: inherit; font-size: 12px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Ribuan orang berkumpul untuk mengikuti upacara Saparan, yang antara lain diwarnai dengan menyebar 10.000 kue apem dan kirab budaya, di objek wisata Umbul Pengging, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jateng, Gunungan apem diarak dan kemudian disebar ke warga dalam tradisi sebar apem kukus keong emas di Kompleks Wisata Umbul Pengging ini.</div>
<div style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: inherit; font-size: 12px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Tradisi ini dilakukan berkaitan dengan peran penting R Ng Yosodipuro sebagai penyebar agama Islam di sekitar Pengging, Masyarakat dari berbagai daerah di Boyolali tersebut mulai berdatangan dan memadati lokasi Wisata Pengging pada siang hari.Prosesi upacara itu diawali dengan kirab budaya yang diikuti ratusan orang dari berbagai kelompok kesenian setempat dan prajurit Keraton Surakarta bersenjata lengkap. Mereka mengarak dua gunungan kue apem setinggi sekitar 1,5 meter yang berangkat dari Balaidesa Ngaru-aru hingga ke Masjib Cipto Mulyo Pengging. Upacara tradisi sebar apem kukus yang berlangsung di objek wisata Umbul Pengging tersebut merupakan upaya melestarikan tradisi.”Sekitar 10.000 kue apem dari masyarakat setempat disebar di tiga panggung. Hal itu dilakukan untuk memecah kumpulan orang agar tidak berjubel di satu tempat saja karena jumlah pengunjung meningkat dibanding tahun sebelumnya.</div>
<div style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: inherit; font-size: 12px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Sebelum kedatangan Islam di Jawa, agama Hindu, Budha dan kepercayaan asli yang berdasarkan animisme dan dinamisme telah berakar di kalangan masyarakat. Oleh karena itu, dengan datangnya Islam, terjadi pergumulan antara Islam di satu pihak, dengan kepercayaan-kepercayaan yang ada sebelumnya di pihak lain. Akibatnya, muncul dua kelompok dalam menerima Islam. Pertama menerima Islam secara total dan meninggalkan kepercayaan-kepercayaan lama. Dalam masalah ini, Drewes telah meneliti ulang tiga buah manuskrip lama yang berasal pada abad ke-15 atau ke-16.Ketiga manuskrip tersebut menunjukkan tentang Islam ortodoks yang dapat diterima oleh semua pihak di kalangan umat Islam. Yang kedua adalah mereka yang menerima Islam, tetapi belum dapat melupakan ajaran-ajaran lama (M Durori Amin, 2000). Oleh karena itu, mereka mencampuradukkan antara kebudayaan dan ajaran-ajaran Islam dengan kepercayaan-kepercayaan lama. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa, dapat dijumpai tulisan-tulisan, tradisi dan kepercayaan yang tercampur di dalamnya antara aspek-aspek dari ajaran Islam dengan unsur-unsur kepercayaan lama. Sebagaimana telah disebutkan di atas, Islam yang berkembang diIndonesia mula-mula adalah Islam sufi (mistik), yang salah satu ciri khasnya adalah bersifat toleran dan akomodatif terhadap kebudayaan dan kepercayaan setempat, yang dibiarkan eksis sebagaimana semula, hanya kemudian diwarnai dan diisi dengan ajaran-ajaran Islam.Dengan demikian, islamisasi di Jawa lebih bersifat kontinuitas apa yang sudah ada dan bukan perubahan dalam kepercayaan dan praktik keagamaan lokal (Azzumardi Azra, 1994:35).</div>
<div class="wp-caption alignleft" id="attachment_19706" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: #f1f1f1; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; display: inline; float: left; font-family: inherit; font-size: 12px; font-style: inherit; font-weight: inherit; line-height: 18px; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 15px; margin-top: 5px; padding-bottom: 4px; padding-left: 4px; padding-right: 4px; padding-top: 4px; text-align: center; vertical-align: baseline; width: 220px;">
<a href="http://www.hellosolo.com/mengenal-tradisi-saparan/tradisi-saparan-07/" rel="attachment wp-att-19706" style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; color: #005699; font-family: inherit; font-size: 12px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><img alt="" class=" wp-image-19706 " height="140" src="http://www.hellosolo.com/s3cdn/2012/03/tradisi-saparan-07-300x200.jpg" style="border-bottom-style: none; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-color: initial; border-left-style: none; border-left-width: 0px; border-right-style: none; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-style: none; border-top-width: 0px; border-width: initial; font-family: inherit; font-size: 12px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 0px; margin-left: 5px; margin-right: 5px; margin-top: 5px; max-width: 960px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;" width="210" /></a><br />
<div class="wp-caption-text" style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; color: #888888; font-family: inherit; font-size: 12px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 5px; margin-left: 5px; margin-right: 5px; margin-top: 5px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">
Pada upacara tradisi Yaqowiyu yang dilaksanakan di Jatinom, Klaten, unsur unsur animisme dan dinamisme tampak pada benda-benda sajen maupun benda-benda yang mempunyai kekuatan magic seperti kue apem.</div>
</div>
<div style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: inherit; font-size: 12px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Upacara ritual Saparan/Yaqowiyu di Klaten merupakan tradisi yang tidak dihilangkan oleh ulama/mubalig, tetapi dibiarkan berlanjut dengan diwarnai dan diisi dengan unsur-unsur dari agama Islam. Dari beberapa pendapat di atas, sikap dan perilaku keagamaan sebagian masyarakat Jawa sangat sinkretis, tampak pada prosesi ritual Saparan atau Yaqowiyu. Pada upacara tradisi Yaqowiyu yang dilaksanakan di Jatinom, Klaten, unsur unsur animisme dan dinamisme tampak pada benda-benda sajen maupun benda-benda yang mempunyai kekuatan magic seperti kue apem. Sejarah ritual ini berawal dari pembagian kue apem oleh Ki Ageng Gribig pada 15 Safar 1511 H. Pada waktu itu, Ki Ageng Gribig baru saja pulang dari Mekah setelah menunaikan rukun Islam yang kelima dan membawa oleh-oleh kue apem dan segumpal tanah liat dari Arafah. Dia juga membawa oleh-oleh berupa tiga buah roti gimbal yang masih hangat, untuk dibagi-bagikan kepada tetangga dan sanak saudara yang ada. Mereka berkumpul untuk mendengar cerita dan wejangan ilmu dari dia. Sebelum mereka pulang, beliau membagi oleh-oleh tadi secara merata. Tetapi oleh-oleh tadi ternyata tidak mencukupi untuk semua yang hadir. Oleh karena itu disuruhlah isterinya untuk memasak kue tadi menjadi lebih banyak agar semua yang hadir mendapat oleh-oleh. Penyebaran apem dilakukan Ki Ageng Gribig seusai Salat Jumat. Sebelum oleh-oleh dibagikan kepada para tetangga,dia memanjatkan doa lebih dahulu agar mendapat berkah.</div>
<div style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: inherit; font-size: 12px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Baru setelah itu apem tersebut disebarkan kepada para kerabat dan tetangga yang jumlahnya banyak.Sikap toleran dan akomodatif terhadap kepercayaan dan budaya setempat, di satu sisi memang dianggap membawa dampak negatif, yaitu sinkretisasi dan pencampuradukan antara Islam di satu sisi dengan kepercayaan-kepercayaan lama di lain pihak, sehingga sulit dibedakan mana yang benar-benar ajaran Islam dan mana pula yang berasal dari tradisi. Namun aspek positifnya, ajaran-ajaran yang disinkretiskan tersebut telah menjadi jembatan yang memudahkan masyarakat Jawa dalam menerima Islam sebagai agama mereka yang baru. Sebaliknya ajaran-ajaran tersebut memudahkan kalangan pesantren untuk mengenal dan memahami pemikiran dan budaya Jawa, sehingga memudahkan mereka dalam mengajarkan dan menyiarkan Islam kepada masyarakat Jawa.</div>
<div style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: inherit; font-size: 12px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Demikianlah, pergumulan antara Islam di satu pihak dengan tradisi dan budaya Jawa pra-Islam di pihak lain. Menolak semua tradisi dan budaya Jawa pra-Islam bagi masyarakat muslim adalah suatu kemustahilan. Sebagai anggota masyarakat Jawa, mereka terkait dengan norma dan tradisi yang berlaku. Namun, menerima semua tradisi Jawa dengan tanpa seleksi adalah langkah yang bertentangan dengan prinsip-prinsip keagamaan yang mengharuskan adanya seorang rasul yang ditugaskan untuk mengajarkan risalah dan meluruskan tradisi agar tidak terjerumus dalam bidah , Hal ini terjadi karena ada adat atau tradisi yang bertentangan dengan ajaran Islam, Selagi hal ini tidak bertentangan dengan ajaran Islam, para ulama tidak mempermasalahkan untuk mengadopsinya.</div>
</div>
Lego teryyakahttp://www.blogger.com/profile/05368422984943201046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3559668528210687551.post-82190950320637850972012-09-12T06:05:00.001-07:002012-09-12T06:05:51.310-07:00Perkembangan Seni Tradisi<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 16px;"></span><br />
<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name" style="font: normal normal normal 22px/normal 'Trebuchet MS', Trebuchet, Verdana, sans-serif; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.75em; position: relative; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Perkembangan Seni Tradisi di Jawa Barat</span></span></h3>
<div class="post-header" style="line-height: 1.6; margin-bottom: 1.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">
<div class="post-header-line-1">
</div>
</div>
<div class="post-body entry-content" id="post-body-1011493586419359507" itemprop="description articleBody" style="line-height: 1.4; position: relative; width: 496px;">
<div style="text-align: justify;">
<em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sejak zaman pra kemerdekaan hingga masa kini, bangsa Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan budayanya. Khususnya, memiliki keragaman budaya yang setiap suku daerahnya memiliki keunikan, yang tidak dimiliki oleh negara manapun di dunia. Seni pertunjukan Indonesia sangat istimewa, dan luar biasa, serta merupakan sosok seni pertunjukan yang sangat lentur dan „cair‟ sifatnya. Hal tersebut karena lingkungan masyarakatnya yang selalu berada dalam kondisi yang terus berubah-ubah. Pada kurun waktu tertentu, ada yang mapan dan mengembangkan suatu sosok yang tumbuh sebagai suatu „tradisi‟, sebagai upaya dan penerimaan masyarakat kepada suatu „hasil budaya‟ yang dialihteruskan selama ber-generasi. Begitu pula daerah Jawa Barat, berbagai karya seni tumbuh dan berkembang, difungsikan dari generasi ke generasi yang kemudian mempunyai ciri-ciri yang mapan, masing-masing daerah mempunyai ciri khas yang mencerminkan asal daerahnya, bahkan membentuk genre-genre, kemudian menjadi tradisi masyarakat setempat.</span></em></div>
<span class="st"><div style="text-align: justify;">
<em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Seni pertunjukan dan kehidupan berkesenian pada umumnya merupakan salah satu perilaku budaya manusia, baik secara individu</span></em></div>
<em><div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">7</span></em></span></div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">maupun sebagai sebuah kelompok masyarakat. Maka setiap bentuk seni/ kesenian memiliki fungsinya masing-masing dalam kehidupan masyarakat. Serta setiap zaman, setiap etnis, setiap lingkungan masyarakat, serta setiap bentuk seni pertunjukan memiliki fungsi primer dan sekunder yang berbeda (R.M. Soedarsono, 2001: 170).</span></em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Fungsi primer yaitu:, (1) sebagai sarana upacara; (2) sebagai ungkapan pribadi; dan (3) sebagai presentasi estetis. Sedangkan fungsi sekunder apabila seni pertunjukan bertujuan bukan untuk dinikmati, tetapi untuk kepentingan yang lain. Ini berarti fungsi pertunjukan menjadi multifungsi, tergantung dari perkembangan masyarakat pendukungnya. Multifungsi itu antara lain; sebagai pengikat kebersamaan, media komunikasi, interaksi, ajang gengsi, bisnis, dan mata pencaharian. Dengan kata lain bahwa tiap tarian bisa mempunyai beberapa fungsi, yang menentukan fungsi primer dan fungsi sekundernya. Artinya fungsi belum tentu abadi dari waktu ke waktu (Anya Peterson Royce, 1980: 85).</span></em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">a. Fungsi Primer</span></em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">(1) Seni Pertunjukan sebagai Sarana Ritual. Beberapa daerah di Jawa Barat masih menyelenggarakan seni pertunjukan yang ada kaitannya dengan upacara ritual, khususnya yang berkaitan dengan padi, yang dilaksanakan menurut kebiasaan secara tetap, menurut waktu tertentu, serta untuk keperluan tertentu. Antara lain, Tarawangsa di Sumedang, Ngarot di Indramayu, dan Seren Taun di Sukabumi. Pertunjukan tersebut merupakan ritual untuk persembahan demi kesuburan pertanian. Penyajian tarian pada upacara padi, diyakini memiliki kekuatan magi–simpatetis dan berpengaruh terhadap upacara persembahan itu.</span></em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">(2) Seni sebagai Sarana Hiburan. Tidak jelas kapan terjadinya pergeseran dari ronggéng yang berperan sebagai „media visualisasi</span></em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">8</span></em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">komunikasi‟ pada upacara ritual, menjadi pertunjukan tontonan, bahkan sekedar penyemarak hiburan kalangenan. Seni hiburan Ronggéng yang berkembang pada saat itu dinamakan Dogér dengan iringan gamelan Ketuk Tilu, yang pada waktu itu Dogér diartikan „ngadog-dogan anu beger’. Oleh karena setiap pementasan selalu berpindah-pindah tempat serta menghibur para „buruh atau kuli kontrak‟, maka pertunjukan ini kemudian dikenal dengan sebutan „Dogér Kontrak.’1 Para kuli kontrak pada waktu itu sangat menyukai seni hiburan ini, sehingga setiap kali pertunjukannya selalu saja dipenuhi oleh penonton. Ronggeng ada di mana-mana hingga ke pelosok-pelosok daerah di setiap pertunjukan hiburan menyemarakkan suasana kalangenan para penari laki-laki yang haus hiburan. Di antaranya pada pertunjukan Dongbret daerah pantai utara Pamanukan Subang, Belentuk Ngapung , Telebuk Ngapung, daerah Subang dan Karawang dan Purwakarta, Doger Kontrak, dan Ronggeng pangarak daerah Subang, Cokek di daerah Tanggerang dan Betawi, Ronggeng Ketuk di daerah Indramayu, Ronggeng Gunung di daerah Ciamis, Bangreng di daerah Sumedang, dan Banjet di daerah Depok dan Betawi.</span></em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">(3) Seni Pertunjukan untuk Sarana Sajian Estetis. Pengaruh kontak budaya antara Priangan dengan Mataram Islam sejak 1595-1678, masih membekas pada perkembangan kesenian dan lingkungan kebudayaan di kalangan ménak Priangan hingga pertengahan abad ke- 20. (Tahun 1595 Kerajaan Galuh ditaklukkan oleh Mataram, selanjutnya Mataram membagi-bagi wilayah Priangan (Westerlanden) menjadi kabupaten-kabupaten yang masing-masing dikepalai oleh seorang bupati, periksa (Herlina, et al., 2003: 285-286). Sejak kerajaan Sunda lenyap, di Priangan tidak ada lagi kerajaan yang dapat dijadikan panutan budaya. Di beberapa kabupaten</span></em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">9</span></em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">diperkembangkan berbagai jenis kesenian yang agaknya ditiru dari Mataram oleh para dalem atau keluarganya yang setahun sekali pergi ke Mataram untuk caos upeti (Ajip Rosidi dalam Edi S. Ekadjati, 1984: 132).</span></em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Para bupati atau kaum ménak Priangan merasa bangga mengacu gaya hidup Mataram, dari gelar, tempat tinggal, etiket, busana, pusaka, berbagai upacara, dan kesenian (Tati Narawati, 2003: 146-155). Oleh karenanya di kabupaten-kabupaten, sering diadakan pergelaran berupa tari-tarian yang dipertunjukan untuk para tamu pada peristiwa-peristiwa penting.</span></em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Begitu pula di daerah Cirebon, khususnya keraton Kasepuhan dan Kanoman tarian yang berkembang di Keraton merupakan tarian yang disajikan untuk acara penting negara dengan nama Bedaya Rimbe. Adapun di Kraton Kacirebonan, Sekar Keputren, perkembangan dari Bedaya Rimbe. Bila mengamati perkembangan seni pertunjukan di Jawa Barat, terutama pertunjukan tari-tarian yang digunakan sebagai sarana pertunjukan atau sajian estetis, agaknya lebih berkembang di kalangan ménak, sedangkan tari kalangenan atau hiburan lebih banyak berkembang di kalangan rakyat atau cacah. Munculnya Tjetje Somantri yang merupakan pembaru tari Sunda di Jawa Barat, di awal tahun 1950-an merupakan sejarah baru bagi perkembangan tari Sunda, di mana karya-karyanya tidak hanya dapat disajikan di kalangan ménak belaka, akan tetapi berkembang hingga seluruh lapisan masyarakat.</span></em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">b. Fungsi Sekunder</span></em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Apabila fungsi primer dari seni pertunjukan, adalah seni pertunjukan berfungsi untuk dinikmati, baik sebagai ritual, hiburan, atau tontonan, berbeda dengan fungsi sekunder. Fungsi seni pertunjukan lebih kepada kepentingan yang lain. Ini berarti fungsi pertunjukan menjadi multifungsi, tergantung dari perkembangan masyarakat pendukungnya. Multifungsi itu</span></em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">10</span></em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">antara lain; sebagai pengikat kebersamaan, media komunikasi, interaksi, ajang gengsi, bisnis, dan mata pencaharian, termasuk juga untuk kepentingan pariwisata.</span></em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dengan perkembangan kondisi seperti masa kini, seni tidak bisa lagi hanya mementingkan ekspresi diri, dengan nilai-nilai yang diframe sendiri, tetapi harus lebih luas lagi memikirkan kepentingan orang banyak, termasuk juga promosi daerah yang kaitannya juga ekonomi, baik bagi para pelaku seni, maupun bagi perkembangan seni itu sendiri. Ini berarti seni harus bersinerji dengan aspek atau kegiatan lain, termasuk kegiatan Pariwisata sebagai sektor ekonomi.</span></em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kondisi ini merupakan peluang yang sangat besar bagi seni pertunjukan etnik, atau pertunjukan lokal. Seni pertunjukan tradisional menjadi berfungsi sebagai ‟objek daya tarik wisata daerah‟ (ODTW), yang akan ditonton dan dikenang karena kekhasan dan keunikan. Untuk Seni pertunjukan yang menjadi Objek Daya Tarik Wisata Daerah (ODTW) sudah seyogyanya dapat menampilkan seni sesuai dengan nilai dan keindahan yang terkandung pada materi Seni itu sendiri. Sayangnya banyak seni pertunjukan daerah yang hampir punah karena tidak difungsikan masyarakatnya, baik sebagai sarana tontonan, maupun hiburan. Padahal seni merupakan modal sosial yang akan mendukung ekonomi masyarakat bila diberdayakan dengan baik.</span></em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">2. Seni tradisi dan model pembinaannya</span></em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Seni tradisi di Jawa Barat banyak mengalami perubahan, di antaranya ada yang berubah fungsinya, bentuk, atau bahkan orientasi nilai budaya. Pada kenyataannya, identitas bangsa yang dikenal dengan kebudayaan tersebut‟ tidak pernah lagi dihiraukan oleh masyarakat pendukungnya‟. Kebudayaan selalu diartikan dengan „kata benda‟ yang mempunyai „nilai</span></em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">11</span></em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">adiluhung sebagai barang antik‟. Di sisi lain para pelaku budaya yang memproduksi hasil kebudayaan mengeluh dan meratap tidak berdaya, karena tidak „adanya ruang publik‟ untuk mengfungsikan atau mensosialisasikan produk budayanya, bahkan dirinya sebagai insan kebudayaan (Endang Caturwati, 2007:9).</span></em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Di Jawa Barat misalnya. Tidak ada satupun investor yang berani membuka Pusat Budaya sejenis Culture Center tempat berkumpulnya para seniman lokal sebagai ajang kreativitas, dengan penataan panggung yang representatif untuk suatu sajian pertunjukan serta dilengkapi disain artistik tata panggung, tata suara, dan tata lampu yang super canggih. Atau yang lebih kecil lagi, tempat untuk menyajikan berbagai pertunjukan tradisional, yang mencerminkan kelokalan daerah Sunda Jawa Barat.</span></em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Hal ini dianggap suatu hal yang muskil dan tidak menjajikan, khususnya bagi kepentingan bisnis. Begitu pula hotel atau restoran. Masih sangat langka, yang berani atau mau menyajikan seni pertunjukan tradisional secara rutin di hotelnya, sebagaimana pertunjukan-pertunjukan band, organ tunggal. Bahkan Konser-konser Musik, dengan artis-artis yang dibayar mahal. Ironis memang, untuk sebuah konser musik, penonton berani membeli karcis dengan harga 500 ribu, bahkan para pejabat hanya untuk kepentingan „prestise‟ membeli karcis dengan harga 2 juta rupiah. Sementara untuk sebuah pertunjukan tradisional, jangankan membeli, diundang secara gratispun tidak mau hadir (Caturwati: 20).</span></em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bagaimanapun sangat patut dihargai adanya upaya beberapa Lembaga Perguruan Tinggi, antara lain seperti kelompok mahasiswa UPI, ITB, UNPAD, dan berbagai perguruan tinggi lainnya di Jawa Barat yang secara tidak langsung telah membantu peran pemerintah dalam melestarikan dan mengembangkan seni budaya, melaui „himpunan atau grup seni budaya‟ para mahasiswa dengan kegiatan, pelatihan, pergelaran, dan berbagai festival</span></em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">12</span></em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">seni budaya. Selain itu di Jawa Barat, misalnya terdapat pula beberapa aktivitas masyarakat dan para seniman, berupa kegiatan yang dinamakan Panglawungan: Tembang Cianjuran, serta Pangguyuban: Kakawihan, dari kita untuk kita. Selain sebagai ajang silahturahmi, serta ajang adu nyali di mana masing-masing personal melantunkan lagu-lagu tradisional, dalam „ajang‟ ini, sekaligus juga merupakan upaya melestarikan seni tradisi.</span></em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Beberapa hotel, daerah wisata, serta tempat pertunjukan pribadi, antara lain misalnya, di Bandung, di daerah Padasuka, yang dahulu merupakan perkampungan yang susah dijangkau oleh kendaraan umum, terdapat tempat pertunjukan yang dibangun atas inisiatif seorang seniman yang sangat mencintai seni budaya Sunda, Ujo Ngalanggena (alm) yang dikenal dengan nama „Saung Ujo‟. Di saung tersebut terdapat aktivitas kamonesan anak-anak dalam permainan angklung dan beberapa pertunjukan tradisional. Kemudian di Desa Wisata Sari Bunihayu Subang, walaupun tidak setiap saat, sering menampilkan seni pertunjukan daerah yang disajikan oleh anak-anak Sekolah dasar, seperti Gotong Singa, dan Gondang. Beberapa waktu silam terdapat Rumah Nusantara di daerah Geger Kalong yang diprakarsai seorang pejabat yang interes terhadap seni budaya lokal. Berbagai kegiatan seni dan budaya antar daerah digelar, merupakan ajang silahturami, komunikasi dan interaksi yang manis, merupakan upaya adanya trash budaya .</span></em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">3. Pengkemasan Seni Pertunjukan dalam Industri Pariwisata</span></em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pengkemasan seni pertunjukan atas pertimbangan industri pariwisata harus disesuaikan dengan kondisi dan keberadaan para turis dan wisatawan yang datang. Parawisatawan biasanya memiliki waktu yang terbatas untuk menonton seni pertunjukan, oleh sebab itu pengemasan dan perkembangan seni pertunjukan pun akan selalu mengikuti perkembangan dan dinamika masyarakat pendukungnya. Ada enam ciri utama seni pertunjukan kemasan</span></em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">13</span></em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">untuk industri pariwisata yang dikemukakan oleh R.M. Seodarsono yakni (1) tiruan dari bentuk aslinya, (2) pemadatan dari bentuk aslinya, (3) penuh dengan variasi, (4) sudah dihilangkan dari unsur ritualnya, (5) murah harganya untuk turis dan wisatawan, (6) mudah dicerna oleh wisatawan asing.</span></em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dengan enam ciri seni pertunjukan tersebut, dibuat model-model tari dengan durasi waktu yang singkat dan padat hal ini disesuaikan untuk menghadapi tantangan dan permintaan industri pariwisata, tanpa harus mengurangi makna seni pertunjukan yang sesungguhnya. Diharapkan dapat menjelaskan kebimbangan beberapa pihak yang masih menyangsikan/ meragukan keberadaan seni industri parawisata yang dianggap merusak seni tradisional yang telah ada. Hal ini mungkin dapat dibenarkan apabila penerapannya tidak mengetahui konsep seni dalam industri pariwisata yang sebenarnya.</span></em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Salah satu langkah untuk menampilkan seni pertunjukan tradisional dalam bentuk tiruan, juga merupakan upaya preventif untuk menjaga orisinalitas seni tradisioanal yang asli. Upaya ini perlu diketahui dan dipahami oleh para konservasi seni pertunjukan/tradisional, sebab bentuk aslinya akan tetap terpelihara, karena yang akan dikembangkan dalam seni pariwisata, adalah tiruannya atau kesamaannya, sehingga hadirnya seni dalam pengembangan wisata ini tidak akan mengganggu keberadaan seni tradisional yang telah mengakar dalam masyarakat.</span></em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Para wisatawan dalam melakukan perjalanan ke suatu destinasi biasanya memiliki waktu yang terbatas, sementara wisatawan ingin mendapatkan informasi dan pengetahuan yang sangat banyak dan beragam. Seandainya seni pertunjukan tradisional dipergelarkan sesuai dengan makna yang sesungguhnya, maka turis tidak akan dapat menikmati seni pertunjukan tersebut, karena harus dilakukan pada waktu tertentu dan</span></em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">14</span></em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">durasi tertentu. Padahal para wisatawan merupakan sekelompok masyarakat yang mewakili daerah, bangsa, atau negara lain; dan merekalah yang akan mempromosikan dan memperkenalkan daerah yang dikunjunginya pada kelompok yang lain.</span></em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Seandainya seni pertunjukan tradisional tidak dikemas dan dibuat tiruannya dengan bentuk dan durasi yang lebih singkat dan menarik, dikhawatirkan seni pertunjukan tradisional hanya akan dikenal dan ditekuni oleh komunitas masyarakat tertentu saja. Berdasarkan beberapa fakta di lapangan seni pertunjukan tradisional di Jawa Barat, khususnya dan di Indonesia pada umumnya tidak dapat bekembang malah cenderung menghilang dan tidak digemari dan ditekuni oleh generasi mudanya. Inilah pentingnya pengemasan seni pertunjukan dalam industri pariwisata.</span></em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Hasil kemasan tersebut akan disajikan untuk masyarakat lain yang ada di luar komunitas masyarakat seni promosi, sebagai sampel promosi, bahwa seni pertunjukan yang sesungguhnya dapat dilihat di tempat sumber asalnya. Dengan demikian akan tetap terpelihara dan digeluti masyarakatnya itu sendiri. Justru dengan pengemasan (membuat tiruannya) untuk industri pariwisata akan menjadi media dakwah dan promosi pada orang lain, seandainya disajikan dalam bentuk yang menarik, akan menyebabkan orang lain tertarik untuk menekuni dan mempelajari. Hal ini sesuai dengan filosofi pembentukan seni pertunjukan pertama kali yang dikembangkan oleh masyarakat itu sendiri, di antaranya sebagai media dakwah agama Islam pada masanya.</span></em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Berdasarkan hasil pengemasan dari tiga seni tradisi yang dijadikan penelitian maka untuk pengemasan Tari Sekar Keputren yang pada awalnya muncul di lingkungan keraton Kacirebonan, termasuk ke dalam tari kelompok puteri, dengan karakter lenyep (halus). Sumber geraknya diambil dari beberapa tarian yang berkembang di keraton-keraton di daerah Cirebon,</span></em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">15</span></em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">di antaranya berasal dari gerak-gerak tari puteri, tari Golekan, Lenyepan, dan Tayuban. Dengan cara menata pola lantai sesuai dengan kepentingan seni pertunjukan, serta tata rias busana. Menata tari Sekar Keputrén menjadi tarian penyambutan atau pertunjukan tontonan pada acara-acara penting, yang disesuaikan dengan tempat, kondisi, dan keperluan. Pengemasan Tari Umbul yang pada awalnya sebagai seni pertunjukan bentuk helaran (ara-arakan) dilaksanakan di jalanan daerah Sumedang, saat ini tari Umbul telah melalui proses perkembangan dan kini memiliki fungsi tidak hanya disajikan pada acara pernikahan, khitanan, penyambutan para tamu, festival, dan hiburan pada acara besar nasional, akan tetapi juga kini menjadi tarian bersama pada akhir pertunjukan. Dengan cara mengembangkan koreografi, karawitan dan tata busana agar tarian tersebut lebih dinamis variatif dan menarik. Pengemasan Tari Ronggéng Pangarak sebagai bentuk kesenian yang diambil dari kesenian helaran/arak-arakan. Ronggéng yaitu istilah dari penari perempuan, sedangkan pengarak adalah penari yang mengiringi, mengikuti, atau mengusung kesenian helaran sehingga suasana helaran menjadi ramai, kompak, serempak, dinamis dan atraktif. Ronggéng Pangarak pada dasarnya mengacu pada gerak-gerak tari Sisingaan, gerak Ronggéng Bangréng, gerak Bajidoran dan gerak mincid Genjring Bonyok, yang dikemas menjadi satu kesatuan yang utuh dan menarik, dengan cara mengemas durasi pertunjukannya dari 30 menit menjadi 7 menit.</span></em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal;"><em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">source: </span><a href="http://file.upi.edu/" style="color: #2288bb; text-decoration: none;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">http://file.upi.edu/</span></a></em></span></div>
</span></em></span></div>
</div>
Lego teryyakahttp://www.blogger.com/profile/05368422984943201046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3559668528210687551.post-59358197396146442832012-09-12T06:01:00.000-07:002012-09-12T06:01:28.961-07:00PENGERTIAN SENI<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: georgia; font-size: 13px; line-height: 20px;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333;">Istilah</span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: white;"> </span></span><span style="font-family: georgia; font-weight: bold;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: white;">seni</span></span><span style="color: #ffcc00;"> </span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333;">pada mulanya berasal dari kata Ars (</span><span style="color: #333333; font-style: italic;">latin</span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333;">) atau Art (</span><span style="color: #333333; font-style: italic;">Inggris</span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333;">) yang artinya kemahiran. Ada juga yang mengatakan kata seni berasal dari bahasa belanda yang artinya genius atau jenius. Sementara kata seni dalam bahasa Indonesia berasal dari kata sangsekerta yang berarti pemujaan. Dalam bahasa tradisional jawa, seni artinya </span><span style="color: #333333; font-style: italic;">Rawit</span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333;">(pekerjaan yang rumit – rumit / kecil).</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: georgia; font-size: 13px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: georgia; font-size: 13px; line-height: 20px;">1. Pengertian menurut para ahli budaya</span><br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirIGcpuvCoy5vQ41S-P0ykJLyJ4HobE6yKBX2CV9YahL2OZ0AJcGdODE-hrYSBqgFy5c-0vKF1gz8KNEsLOaYH773jmDcq3Um6Z5i5X8r-SeHg2t82hhsofxqC_JSgphDgyhp8jYXiTlg/s1600/Popo+Iskandar.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirIGcpuvCoy5vQ41S-P0ykJLyJ4HobE6yKBX2CV9YahL2OZ0AJcGdODE-hrYSBqgFy5c-0vKF1gz8KNEsLOaYH773jmDcq3Um6Z5i5X8r-SeHg2t82hhsofxqC_JSgphDgyhp8jYXiTlg/s320/Popo+Iskandar.jpg" /></a><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: georgia; font-size: 13px; line-height: 20px;"><br /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: georgia; font-size: 13px; line-height: 20px;">a. <span style="color: #663366;">Drs. Popo Iskandar</span> berpendapat, seni adalah hasil ungkapan emosi yang ingin disampaikan kepada orang lain dalam kesadaran hidup bermasyarakat / berkelompok<br /><br /><br /><br /><br />b. <span style="color: red;">Ahdian Karta Miharja</span>, seni adalah kegiatan rohani yang merefleksikan realitas dalam suatu karya yang bentuk dan isinya mempunyai untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam rohaninya penerimanya</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: georgia; font-size: 13px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: georgia; font-size: 13px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: georgia; font-size: 13px; line-height: 20px;"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgf-TymPdllGuMz-nFe5J_3Zctow7HJ9tpFldbbF1QM8Bb45o2CQwgzWcZmwetD3AXIs35hcU5ORS4i8jeYKoeadqpLgSw9B4npaDYAJjbAn6i428nzpqtrVt6PWpmome05QrBmL9GVDAk/s200/ki_hajar_dewantoro.jpg" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: georgia; font-size: 13px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: georgia; font-size: 13px; line-height: 20px;">c. <img alt="" src="file:///C:/DOCUME~1/USER/LOCALS~1/Temp/moz-screenshot.png" style="border-bottom-color: rgb(204, 204, 204); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(204, 204, 204); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(204, 204, 204); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(204, 204, 204); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; padding-bottom: 4px; padding-left: 4px; padding-right: 4px; padding-top: 4px;" /><span style="color: #333399;">Ki Hajar Dewantara</span>, seni adalah ….segala perbuatan manusia yang timbul dari perasaan dan sifat indah, hingga menggerakan jiwa perasaan manusia</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: georgia; font-size: 13px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: georgia; font-size: 13px; line-height: 20px;"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjREAx_Yw-Z-E5qAwRa0P_vkk-M3OXY7ASugSbpiDfmamIDKKbFJB7IaPzUtICLgZFMGrd938DhrPBlFpdmrJv58x0V-vgCrtOE5lVm9It4EC_pCS6LNFvK3z8IslkVTCc-4OyWT3sjOnE/s320/JJR_Voltaire-Rousseau.jpg" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: georgia; font-size: 13px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: georgia; font-size: 13px; line-height: 20px;">d. <span style="color: #33ff33;">Plato dan Rousseau</span> berpendapat, seni adalah hasil peniruan dari alam dengan segala seginya</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: georgia; font-size: 13px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: georgia; font-size: 13px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: georgia; font-size: 13px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: georgia; font-size: 13px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: georgia; font-size: 13px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: georgia; font-size: 13px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: georgia; font-size: 13px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: georgia; font-size: 13px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: georgia; font-size: 13px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: georgia; font-size: 13px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: georgia; font-size: 13px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: georgia; font-size: 13px; line-height: 20px;"></span></div>
Lego teryyakahttp://www.blogger.com/profile/05368422984943201046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3559668528210687551.post-11575812960404733732012-09-12T05:51:00.000-07:002012-09-12T05:51:47.434-07:00PENGERTIAN SENI RUPA MURNI<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 20px;">Seni Rupa Murni<br />Seni rupa murni (pare/fine art) merupakan seni rupa yang tidak memperhatikan unsur praktis. Karya seni rupa murni diciptakan khusus berdasarkan kreativitas dan ekspresi pribadi<br />pembuatnya.<br /><br />Dalam seni rupa murni, terdapat beberapa aliran gaya. Aliran gaya, yaitu aliran dalam gerakan seni rupa yang memiliki ideologi dan ciri khas yang unik dan baru dalam karya-karya yang dihasilkannya. Aliran seni rupa, di antaranya romantisme, ekspresionistne, impresionisme,<br />dan surcalisme. Cabang-cabang seni rupa murni, di antaranya sebagai berikut.<br /><br />- Seni Lukis<br />Seni lukis merupakan cabang seni rupa murni yang karyanya berwujud dua dimensi. Karya seni lukis, umumnya dibuat di atas kain kanvas dengan menggunakan cat minyak atau cat akrilik. Karya seni lukis bergaya naturalis (potert) dibuat sesuai dengan objek aslinya, misalnya pemandangan alam, manusia, atau binatang. Karya lukis bergaya ekspresionis (penuh perasaan) dibuat sesuai dengan ekspresi emosi pelukisnya, seperti dalam pemilihan objek, figur, warna, dan garis. Karya lukis abstrak, berbentuk tidak nyata atau tersamar sesuai dengan khayalan pelukisnya sehingga kurang dimengerti oleh orang awam. Namun, karya lukis abstrak mengandung berbagai alternatif baru dalam karya seni rupa.<br /><br />- Seni Grafis<br />Seni grafis merupakan cabang seni rupa murni yang karyanya berwujud dua dimensi. Seni grafis dapat dibuat dengan teknik sablon (cetak saring), cukil kayu (cetakan), etsa (pengasaman pada bahan metal), dan lito (pencetakan dengan batu litho).<br /><br />- Seni Patung<br />Seni patung merupakan cabang seni rupa murni yang karyanya berbentuk tiga dimensi. Bahan yang digunakan untuk membuat patung, di antaranya kayu, batu, atau logam. Karya patung yang besar biasa disebut seni monumental.<br /><br />- Seni Keramik<br />Seni keramik dapat juga dikategorikan sebagai cabang seni rupa murni yang karyanya berwujud tiga dimensi. Keramik dibuat dengan menggunakan bahan utama tempung, kaolin, atau tanah.</span></div>
Lego teryyakahttp://www.blogger.com/profile/05368422984943201046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3559668528210687551.post-65167282160044093592012-09-12T05:37:00.001-07:002012-09-12T05:37:33.659-07:00TARI BANYUMASAN MODERN<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyG8JvUCeREeMw6vLbDM0rMAeglTMrLkjXJyXI0m3ytaxHUo23077t3Nv-bUCjBo6jyxpv1ypddepZBxqcob5CEuRUM23AF_CoIDjg5cDgtL9ftRVc3ItxK52kjl2O3U13S8wJifxm52h8/s1600/Pring+Sarentet.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: white;"><span class="Apple-style-span" style="color: black;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyG8JvUCeREeMw6vLbDM0rMAeglTMrLkjXJyXI0m3ytaxHUo23077t3Nv-bUCjBo6jyxpv1ypddepZBxqcob5CEuRUM23AF_CoIDjg5cDgtL9ftRVc3ItxK52kjl2O3U13S8wJifxm52h8/s320/Pring+Sarentet.jpg" width="320" /></span></span></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 19px;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: white;">Kelompok Tari Pring Serentet</span></span></td></tr>
</tbody></table>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px;"><span style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; font-size: 12pt; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: white;">Tari Gaya Banyumasan adalah salah satu gaya tari di Jawa Tengah yang masih tetap berkembang hingga saat ini. Tari gaya Banyumasan telah memiliki tempat di kalangan seniman dan para penikmat seni di wilayah Surakarta terutama di lingkungan ISI Surakarta. Tari Banyumasan sendiri sampai saat ini belum dikemas menjadi suatu paket tari yang dapat diajarkan kepada masyarakat luas baik seniman maupun masyarakat umum yang ingin mempelajari tari gaya Banyumasan Agar masyarakat dapat mempelajari tari gaya Banyumasan dengan mudah dan masyarakat luas dapat mempelajari ragam tari banyumasan sehingga garapan tari paket ini dibuat dengan kemasan yang baru dan dengan perkembangan vokabuler gerak tari </span></span></span><span style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12pt; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: white;">tanpa meninggalkan identitas gerak banyumasan itu sendiri.</span></span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px;"><span style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12pt; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: white;"><br /></span></span></span>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px;"><span style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12pt; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: white;">Beberapa tarian Banyumasan :</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px;"></span></span></span><br />
<div style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">
<span lang="ES" style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: white;">1.</span><span style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: white;"> </span></span></span><span lang="ES" style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: white;">Lenggeran Gunung Sari</span></i><span class="Apple-style-span" style="background-color: white;"><o:p style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;"></o:p></span></span><span lang="IN" style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: white;"> </span></span><span class="Apple-style-span" style="background-color: white;"><br style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;" /></span></div>
<div class="talk" style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 21px; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; text-indent: 0.5in; vertical-align: baseline;">
<span lang="IN" style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: white;">Gunung sari adalah nama tempat, dimana penari lengger yang terkenal pada jaman itu, lahir dan dimakamkan. Tepatnya di wilayah kecamatan Wangon, di kelurahan Bantar, kabupaten Banyumas. Penari itu meninggal di daerah sokaraja, karena terbawa arus kali. Sampai di desa Kebagoran. Meninggalnya penari itu membuat tokoh lengger dari pesawahan (Rawalo), merasa kehilangan lalu untuk mengenangnya, dijadikanya geguritan gunungsari, dinamai Kalibagoran. Nama yang disesuai dengan meninggalnya penari lengger waktu itu di kali di desa Kebagoran. Sedangkan makamnya di desa bantar, disalah satu bukit. Bukit itu dinamai Gunungsari. Dengan meninggalnya penari itu ada salah satu kerabatnya yang bernama pak Samin hendak meneruskan. Dia lahir di desa Bantar, dia mengikuti jejak saudaranya sebagai penari lengger. Walaupun dia seorang pria tetapi setelah dia sudah berganti busana lengger tidak ada yang tau kalau dia adalah seorang pria. Karena bentuk tubuh, suara dan wajah sudah berganti seperti wanita, pak Saminpun laris manggung bahkan terkenal sampai di kabupaten Banjar, Kebumen, Purbalingga, Cilacap dan Brebes. Pak Samin adalah penari pria pertama yang memerankan diri menjadi lengger. Dia meninggal di desa Bonjok. Oleh karena itu di desa Bonjok sampai sekarang tidak diperbolehkan ada penari lengger wanita manggung disitu, kecuali lengger lanang/banci. Seiring berkembangnya jaman nama pak Samin penari lengger lanangpun hilang begitu aja, akan tetapi Mbah Tamiarji adalah salah satu tokoh/sesepuh lengger di desa Pemancangan, mengembangkan dan meneruskan jejak pak min dan saudaranya itu, dia merasa hal itu adalah hal yang sakral, maka pada setiap satu tahun sekali diadakan pementasan lengger lanang, untuk acara selamatan tanam padi. dengan iringan ketawang puspowarno minggah lancaran gunung sari diteruskan gunungsari geguritan atau yang dikenal sekarang gunung sari kali bagoran.<br /></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: helvetica, arial, sans-serif; line-height: 19px;"><div class="MsoNormal" style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0.25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span lang="SV" style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: white;">2. Baladewan</span></i><span class="Apple-style-span" style="background-color: white;"> </span></span><span class="Apple-style-span" style="background-color: white;"><br style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;" /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0.25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span lang="SV" style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; font-size: 12pt; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: white;"> Baladewan diambil dari salah satu babak tari Tari dari daerah Banyumas yang menceritakan tentang semangat prajurit yang gagah, berani maju dalam medan perang. Tari ini dapat ditarikan baik oleh Perempuan maupun Laki-laki</span></span><span lang="SV" style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: white;"> </span></span><span class="Apple-style-span" style="background-color: white;"><br style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;" /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0.25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<i style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;"><span lang="SV" style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: white;">3.</span><span style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: white;"> </span></span></span><span lang="SV" style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: white;">Senggot.</span></span></i><span class="Apple-style-span" style="background-color: white;"><br style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;" /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0.25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span lang="SV" style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; font-size: 12pt; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: white;"> Senggot merupakan sebuah lancaran dari Brebes yang ditirukan dalam lancaran Banyumasan dengan media alat musik bambu ( Calung ). Kata Senggot juga terdapat pada bahasa lokal Banyumas yang berarti gayung / siwur yang terbuat dari bathok (tempurung) kelapa yang berpangkal panjang, Kata ini terdapat dalam parikan Bahasa Banyumas yang berarti senggot, atau ngegot (sebuah gerak pinggul). Tari secara visualisasi menggambarkan para waniya yang lincah dan perkasa, vokabuler gerak merupakan pengembangan dari vokabuler gerak tradisi Banyumasan dan Pasundan.</span></span><span lang="SV" style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: white;"> </span></span><span class="Apple-style-span" style="background-color: white;"><br style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;" /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0.25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span lang="SV" style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: white;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0.25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: white;">4.</span><span style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: white;"> </span></span><i style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: white;">Kembang Lengger</span></i><span class="Apple-style-span" style="background-color: white;"><br style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;" /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0.25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; text-indent: -0.25in; vertical-align: baseline;">
<span style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; font-size: 12pt; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: white;"> Sebuah tarian yang diilhami dari sebuah Novel karya Ahmad Tohari yang berjudul “Ronggeng Dukuh Paruk”. </span></span><span lang="SV" style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; font-size: 12pt; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: white;">Tari ini menggambarkan penari lengger yang menjadi primadona desa yang banyak digandrungi laki-laki. Tari ini didominasi dengan gerak yang “Erotis”.</span></span><i style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: white;"> </span></i></div>
</span></span></div>
</div>
Lego teryyakahttp://www.blogger.com/profile/05368422984943201046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3559668528210687551.post-65473008903062396632012-09-12T05:23:00.002-07:002012-09-12T05:23:47.361-07:00Tradisi Syawalan Rawa Jombor, Warga Berebut Gunungan Ketupat<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivoGwBdGggM82KuT7Xi_cT_IZF7f9sxAZl5FTYz0ntUzN_WNer82qAeOWDzhFQ_UexBrYTyPT2JY8AVgZK9wnMNFyt5kTGhO2pSk3-lTYpkuPq8cjsCQMY5Y1oK_wqc5MZ2mKanpX9s6MU/s1600/b-171053.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivoGwBdGggM82KuT7Xi_cT_IZF7f9sxAZl5FTYz0ntUzN_WNer82qAeOWDzhFQ_UexBrYTyPT2JY8AVgZK9wnMNFyt5kTGhO2pSk3-lTYpkuPq8cjsCQMY5Y1oK_wqc5MZ2mKanpX9s6MU/s320/b-171053.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">puncak syawalan Klaten</td></tr>
</tbody></table>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: x-small; line-height: 16px;"><b>KLATEN, Independent News Online ;</b> Perayaan syawalan di Rowo Jombor Desa Krakitan Kecamatan Bayat Klaten, ditandai dengan kirab gunungan ketupat. Puluhan gunungan ketupat diarak dari alun-alun Klaten menuju bukit Sidhoguro untuk diperebutkan warga. Dalam dibanding tahun lalu, jumlah gunungannya ditargetkan meningkat. Sebab tidak hanya setiap kecamatan yang menyumbang, namun dari berbagai unsur/lembaga baik pemerintah maupun swasta.<br /><br />Bisa dipastikan, seperti puncak acara Syawalan tahun sebelumnya (2011), dari pagi ribuan warga Desa Krakitan dan sekitarnya sudah tampak memadati Bukit Sidhogura guna ‘ngalap berkah’ dengan berebutan ketupat. Warga sudah memadati sekeliling lapangan mesti acara belum dimulai. Kondisi ini membuat panitia setempat harus berbuat ekstra untuk mengantisipasi warga yang seakan sudah tidak sabar untuk segera berebut ketupat.<br /><br />Sementara banyak warga yang memang berniat mendapatkan ketupat agar bisa memperoleh berkah, ada beberapa oknum yang melakukan tindakan tidak terpuji. Usai mereka mendapatkan ketupat, langsung dilemparkan dan banyak yang terinjak-injak sehingga menjadikan ketupat yang notabene isinya dari beras tersebut menjadi ‘mubazir’ atau sia-sia.<br /><br />Ketua panitia kegiatan Drs. Siswanto, MM di sela-sela kegiatan kepada wartawan mengatakan, kegiatan ini sudah dilaksanakan secara turun temurun sejak puluhan tahun lalu. Bahkan jauh sebelum Rawo Jombor ada. Kalau tahun-tahun sebelumnya dilaksanakan tiap seminggu setelah lebaran, kali ini hari keenam. Namun mengenai majunya waktu pelaksanaan ini tidak terlalu dipermasalahkan.<br /><br />"Tahun lalu ada 30-an gunungan ketupat. Kali ini mestinya lebih meningkat, karena tiapkecamatan yang biasa mengirimkan satu buah gunungan, dan dari unsur lain seperti perusahaan daerah, swasta dan yang lainnya," kata Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Disbudparpora) Klaten, Drs. Sugeng Haryanto.<br /><br />Sementara itu Kepala Desa Krakitan Drs. Sunudi mengungkapkan, awal mula diselenggarakan acara ini ketika disana tinggal seorang pemuka agama bernama Sayid Habib yang masih memiliki darah dari Kasunanan Surakarta. Ketika menyenggarakan syawalan, dia sengaja menyediakan ketupat yang dia bagikan pada masyarakat sekitar sebagai bentuk sedekah. Dipilihnya ketupat karena berasal dari kata 'Ngaku Lepat' (mengaku bersalah).<br /><br />"Setelah itu, tiap bulan syawal masyarakat di sini selalu mengadakan kegiatan ini. Selain sebagai wujud syukur, juga bertujuan untuk meneruskan budaya dari leluhur. Masyarakat yakin, bagi siapa saja yang bisa mendapatkan ketupat tersebut akan mendapat berkah. Sehingga tidak sedikit warga yang lalu mengkramatkan ketupat tersebut," ungkapnya.</span></div>
Lego teryyakahttp://www.blogger.com/profile/05368422984943201046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3559668528210687551.post-44287747938411127902012-09-12T05:15:00.001-07:002012-09-12T05:20:52.940-07:00Makna Tradisi Syawalan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span class="Apple-style-span" style="color: #222222;"></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #222222;"><h3 class="post-title entry-title" style="font: normal normal bold 22px/normal Georgia, Utopia, 'Palatino Linotype', Palatino, serif; line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.75em; position: relative;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Makna Tradisi Syawalan</span></span></h3>
<div class="post-header" style="line-height: 1.6; margin-bottom: 1.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">
<div class="post-header-line-1">
</div>
</div>
<div class="post-body entry-content" id="post-body-1279670838661186285" style="position: relative; width: 490px;">
<div style="line-height: 1.4; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Syawalan bagi masyarakat Indonesia nampaknya semakin populer. Tradisi yang sering dilaksanakan setelah Sholat Idul Fitri ini semakin menjamur dan tidak hanya dilaksanakan oleh Umat Islam, namun juga masyarakat pada umumnya dalam bingkai keluarga, ikatan tertentu, kesamaan profesi, ataupun lembaga. Sebenarnya, apa yang mendasarinya? Berikut makna tradisi Syawalan yang sering menjadi landasan mereka dalam melestarikan tradisi ini.</span></div>
<div style="line-height: 1.4; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
</div>
</span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 20px;"><span class="Apple-style-span" style="color: #222222; line-height: 14px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Secara umum, ada beberapa makna yang terkandung dalam tradisi Syawalan yang saat ini sering kita temukan di tengah masyarakat.</span></span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 20px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span class="Apple-style-span" style="color: #222222; line-height: 18px;"></span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #222222; line-height: 18px;"><div style="text-align: justify;">
<b><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ajang saling memaafkan</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Syawalan merupakan momen yang tepat untuk saling memaafkan agar hati kita kembali bersih, fitrah. Dengan saling berjabat tangan dan memaafkan secara tulus ikhlas, khilaf dan salah kita terhadap sesama akan luntur dengan sendirinya. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Media silaturahim</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Syawalan menjadi sebuah media silaturahim yang sangat efektif. Dengan Syawalan, ikatan persaudaraan antar peserta dapat semakin erat terjalin, terlebih jika dikemas dalam acara yang interaktif, ajang perkenalan pun menjadi lebih menarik dan menumbuhkan semangat persaudaraan yang mendalam.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bertukar Informasi</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Melalui acara Syawalan, beragam informasi dapat dibagi dan disalurkan ke penerima dengan efektif. Dalam lingkup keluarga, sering Syawalan dijadikan media penyebaran informasi tentang peluang kerja yang mungkin saja dibutuhkan oleh para anggota keluarga yang sedang mencarinya. Dengan hubungan kekeluargaan, bahkan ikatan kerja dapat saja terbentuk melalui media Syawalan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sarana koordinasi </span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Syawalan juga sering dijadikan sarana koordinasi. Dalam lingkup keluarga besar, koordinasi ini sering berisi tentang rencana membangun pendopo di rumah bekas orang tua untuk dijadikan tempat bertemu dan berkumpul pada momen-momen tertentu, membagi jadwal merawat orang tua, hingga menentukan tugas anggota keluarga dalam melestarikan warisan orang tua.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Berbagi rizki</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sering Syawalan dijadikan ajang membagi rizki dari anggota keluarga yang sukses kepada anak-anak dari anggota keluarga lain yang secara finansial dibawah anggota tersebut. Hal ini umumnya dilakukan dengan membagi-bagi recehan kepada semua anak kecil yang dibawa dalam acara Syawalan tersebut.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
</span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 20px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #222222; line-height: 14px;"></span></span><span class="Apple-style-span" style="color: #222222; line-height: 18px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Itulah beberapa makna tradisi Syawalan yang dapat Blogger Gundul simpulkan dari pengalaman serta wawancara selama ini. Sobat dapat saja menambahkan makna tersebut sehingga khasanah pengetahuan kita akan manfaat tradisi yang sangat positif ini dapat bertambah. Semoga bermanfaat. Salam.</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 20px;"><span class="Apple-style-span" style="color: #555555;"></span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 20px;"><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; line-height: 21px; margin-bottom: 15px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tradisi syawalan atau seminggu setelah hari raya idul fitri di pekalongan sangatlah unik. Salah satu tradisi yang terkenal sampai di luar daerah adalah tradisi lopisan atau krapyakan. Tradisi ini dilakukan setiap tahun di daerah krapyak kecamatan pekalongan utara kota Pekalongan. Warga berbondong-bondong untuk melihat lopis raksasa yang tiap tahun ukurannya bertambah besar. Pada tahun ini, lopis ini mempunyai ukuran diameter 150 cm, berat 185 kg dan tinggi 110 cm. Lopis ini biasanya dipotong oleh bapak walikota dan jajaran muspida lalu dibagikan kepada pengunjung yang datang.</span></div>
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; line-height: 21px; margin-bottom: 15px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Asal muasal tradisi syawalan ini adalah sebagai berikut,<span id="more-185" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;"></span> pada tanggal 8 Syawal masyarakat Krapyak berhari raya kembali setelah berpuasa 6 hari, dalam kesempatan ini, mereka membuat acara ‘open house’ menerima para tamu baik dari luar desa dan luar kota. Hal ini diketahui oleh masyarakat diluar krapyak, sehingga merekapun tidak mengadakan kunjungan silaturahmi pada hari-hari antara tanggal 2 hingga 7 dalam bulan Syawal, melainkan berbondong-bondong berkunjung pada tanggal 8 Syawal. Yang demikian ini berkembang luas, bahkan meningkat terus dari masa ke masa sehingga terjadilah tradisi Syawalan seperti sekarang ini.</span></div>
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; line-height: 21px; margin-bottom: 15px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pemotongan lopis ini pertama kali dilakukan pada tahun 1965 oleh bapak Rohmat yang merupakan kepala daerah setempat. Lopis merupakan makanan yang terbuat dari ketan yang memiliki daya rekat kuat bila sudah direbus dan dimasak.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Lopis ini melambangkan persatuan dan kesatuan negara indonesia. Lopis ini dibungkus dengan daun pisang, diikat dengan tambang dan direbus selama 4 hari 3 malam. Butir-butir ketan tersebut tidak akan tercerai-berai dan akan tetap menjadi satu kesatuan. Lopis dibungkus dengan daun pisang karena pisang tidak akan mati sebelum berbuah atau dengan kata lain tidak mau mati sebelum berjasa atau meninggalkan sesuatu bagi generasi yang akan datang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pembuatan Lopis tersebut menghabiskan dana sebesar 3,5 juta rupiah. Dana tersebut didapatkan dari para donatur dan iuran warga setempat. Lopis ini juga pernah masuk Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai lopis terbesar se-Indonesia.</span></div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />Lain tradisi syawalan di demak yaitu dengan melarung sesaji kelaut, agar nelayan mendapat keselamatan dan dan mendapatkan hasil yang melimpah. menurut warga setempat.</span></span></div>
Lego teryyakahttp://www.blogger.com/profile/05368422984943201046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3559668528210687551.post-24560795306531055082012-09-02T10:00:00.001-07:002012-09-02T10:00:20.468-07:00CARA MENGOBATI JERAWAT DENGAN OBAT TRADISIONAL<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;"></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7rEjH3KAk_946tlZX0-30AL3gCATkTaaTqXqhKiKGRYcZDhe64XwK3JGOKrps1GLco8CNsh5SVgYl_9uqh3hW4TOCRzhZk2Xa7SUYvf4kbBMihbTQky5dA0ppXqVeYkg64zgedl-db52Z/s1600/obat+jerawat+tradisional.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7rEjH3KAk_946tlZX0-30AL3gCATkTaaTqXqhKiKGRYcZDhe64XwK3JGOKrps1GLco8CNsh5SVgYl_9uqh3hW4TOCRzhZk2Xa7SUYvf4kbBMihbTQky5dA0ppXqVeYkg64zgedl-db52Z/s1600/obat+jerawat+tradisional.jpg" /></a></div>
<div class="NoSpacing" style="margin-bottom: 0pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-indent: 0.5in;">
Pernah terfikir oleh anda,bagaimana kalau wajah anda tumbuh jerawat? atau bahkan dipenuhi dengan jerawat.Pasti anda langsung tidak percaya diri<span> </span>dan mencari berbagai cara untuk menghilangkannya.Jerawat sebenarnya bukan masalah yang sangat besar dalam hidup anda,tapi bagi sebagian orang yang perduli dengan penampilan mereka justru akan menjadi masalah besar dalam hidupnya.Masalah jerawat umumnya banyak dihadapi oleh remaja.Tapi,orang dewasapun yang memiliki kulit berminyak atau yang memiliki kondisi kulit berpori-pori besar bisa terserang jerawat ini dikarenakan kulit yang berpori-pori besar yang berminyak akan menyebabkan kelenjar minyak tidak dapat keluar dengan sempurna. <span> </span></div>
<br /><span><a href="" name="more" style="color: #2d8930; text-decoration: underline;"></a><div class="fullpost" style="display: inline;">
<div class="NoSpacing" style="margin-bottom: 0pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-indent: 0.5in;">
<city w:st="on"><place w:st="on">Ada</place></city> sebagian wanita ketika akan mengalami menstruasi atau datang bulan atau bahkan sesudahnya akan tumbuh jerawat .Menangani kulit yang berjerawat tidak harus dengan perawatan atau dengan obat-obatan yang mahal.Saya mempunyai beberapa tips untuk mengatasi jerawat dengan cara yang alami dan tidak mahal tentunya.bahan –bahan yang digunakan merupakan bahan –bahan yng mudah didapatkan.</div>
<div class="NoSpacing" style="margin-bottom: 0pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<ul style="font-size: 11px; line-height: 2em; list-style-type: disc; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 15px; padding-left: 30px; padding-right: 0px; padding-top: 15px;">
<li style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><div class="NoSpacing" style="margin-bottom: 0pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-indent: 0.5in;">
Kunyit Asam</div>
</li>
</ul>
<div class="NoSpacing" style="margin-bottom: 0pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-indent: 0.5in;">
Banyak orang yang mempercayai kalau kunyit asam dapat menghaluskan dan memperbaiki kondisi kesehatan<span> </span>kulit karena didalam kunyit mengandung curcuminoid yang berperan dalam memperbaiki metabolisme dan jaringan dalam tubuh,termasuk juga kulit.Sediakan kunyit secukupnya,cuci bersih kemudain ditumbuk hingga halus.Nah,hasil tumbukan kunyit tersebut oleskan pada bagian yang berjerawat ,diamkan hingga semalaman dan bersihkan pada pagi harinya.cara ini bisa efektif jika anda melakukannya rutin setiap hari tapi dari pemakaian kunyit akan menimbulkan bekas kuning dimuka anda,dan ini pasti akan membuat anda merasa tidak nyaman bukan? Nah dibawah ini ada obat tradisional alternatife lain untuk mengatasi jerawat</div>
<div class="NoSpacing" style="margin-bottom: 0pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<ul style="font-size: 11px; line-height: 2em; list-style-type: disc; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 15px; padding-left: 30px; padding-right: 0px; padding-top: 15px;">
<li style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><div class="NoSpacing" style="margin-bottom: 0pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-indent: 0.5in;">
Daun Sirih</div>
</li>
</ul>
<div class="NoSpacing" style="margin-bottom: 0pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-indent: 0.5in;">
Daun sirih dapat digunakan sebagai obat trdisional alternative selain kunyit,karena di dalam daun sirih mengandung antiseptik yang dapat mengeringkan jerawat yang sedang meradang.Caranya mudah sekali,daun sirih yang sudah dicuci bersih ditumbuk halus kemudian campurkan dengan air secukupnya dan disaring atau diperas.Ampas daunnya bisa anda gunakan masker di malam hari sedangkan<span> </span>airperasannya<span> </span>bisa anda gunakan untuk cuci muka dipagi hari.Atau jika anda merasa repot untuk menumbuknya anda bisa merebus daun sirih tersebut ,air dari rebusan daun sirih bisa anda oleskan pada daerah muka anda yang berjerawat.</div>
<div class="NoSpacing" style="margin-bottom: 0pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<div class="NoSpacing" style="margin-bottom: 0pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-indent: 0.5in;">
Dengan Pemakaian secara rutin dan teratur ,jerawat anda akan berangsur – angsur mongering dan hilang.Gunakan secara teratur agar hasilnya lebih sempurna.Selamat mencoba<br /><br />sumber : <span class="Apple-style-span" style="color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: small; line-height: normal;">http://i-herbal.blogspot.com</span></div>
</div>
</span></div>
Lego teryyakahttp://www.blogger.com/profile/05368422984943201046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3559668528210687551.post-33394571733973610242012-08-27T20:55:00.000-07:002012-08-27T20:56:53.839-07:00LEBARAN KETUPAT (BAKDO KETUPAT)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-size: x-large;"><b><span class="Apple-style-span" style="border-collapse: separate; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; orphans: 2; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; line-height: 17px; text-align: left;">BAKDO KETUPAT</span></span></b></span><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMs4PtAenjT9VU4ZW96-stQ-EHY8DvuhwnnNjfFb8f368yibzX877cQyq8-vk4fG-7YLuKyyUDdLx8hl_t_pffSulIIaR9Ko-Hv0E3sIlMovPSVbjNj4rWDugGQgiVV4Y7ArCDwaBiLzk1/s1600/166057_ketupat-lebaran_663_382+%281%29.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="184" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMs4PtAenjT9VU4ZW96-stQ-EHY8DvuhwnnNjfFb8f368yibzX877cQyq8-vk4fG-7YLuKyyUDdLx8hl_t_pffSulIIaR9Ko-Hv0E3sIlMovPSVbjNj4rWDugGQgiVV4Y7ArCDwaBiLzk1/s320/166057_ketupat-lebaran_663_382+%281%29.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKBZpguaz0dvxvxVczhOVMrEzJHgG5SZOOSAccUNMk93BY_2MXWQHIorf07Kp1q8UysbEgyPvQ4xALYkG2mK4NMLPfaW2sQzFxDEXXiKhXbeZRHMmsHt5k99ttvouk4_iEwcvvlxb4H1wt/s1600/ketupat-kaskus.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><br /></a></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="border-collapse: separate; color: black; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; orphans: 2; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 17px; text-align: left;">Tradisi bakdo kupat atau lebaran ketupat diadakan H+7 Idul Fitri sebagai penanda dan wujud syukur berakhirnya Puasa Sunnah 6 hari Syawal.<br />Tradisi lebaran ketupat mempunyai makna filosofis yang dalam, dimana ketupat merupakan simbol permintaan maaf dan simbol menjalin tali silaturahim.<br />Kupat diartikan sebagai ngaku lepat atau mengaku salah.<br />Pembungkus ketupat berupa janur diartikan sebagai nur (cahaya) yang melambangkan kondisi manusia dalam keadaan suci setelah mendapatkan pencerahan (cahaya) selama bulan Ramadhan.</span></span></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="border-collapse: separate; color: black; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; orphans: 2; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 16px;"></span></span></span></div>
<div style="border-width: 0px; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px 0px 10px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-size: small;">Hari Raya Iedul Fitri atau yang lebih akrab disebut lebaran sangat kental dengan tradisi makan ketupat. Ketupat biasanya dibuat pada hari ke tujuh setelah lebaran atau tanggal 7 Syawal. Ketupat lebaran disajikan dengan beberapa menu pelengkapnya seperti opor ayam, sambal goreng cecek, rendang, dan lain-lain. Ternyata, tradisi ketupat lebaran tak hanya ada di Indonesia, tetapi juga di beberapa negara seperti Malaysia, Brunei, Singapura, dan Filipina pun membuat ketupat di saat momen lebaran tiba.</span></div>
<div style="border-width: 0px; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px 0px 10px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-size: small;">Tak ada yang tahu pasti mengenai tradisi ketupat lebaran ini. Diperkirakan tradisi ini sudah ada sejak masuknya Islam di tlatah Jawa, yaitu sekitar tahun 1400-an. Bisa jadi, tradisi ketupat lebaran sudah ada pada zaman pra-Islam Nusantara dan berkembang ketika zaman penyebaran Islam oleh Walisongo. Hingga kini pun tradisi ketupat lebaran terus dilestarikan oleh para umat Islam, khususnya di Indonesia.</span></div>
<div style="border-width: 0px; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px 0px 10px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="border-collapse: separate; color: black; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; orphans: 2; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 16px; text-align: justify;">Ketupat dalam bahasa Jawa memiliki banyak makna. Ketupat disebut<i>kupat<span class="Apple-converted-space"> </span></i>yang</span></span><b><span class="Apple-style-span" style="border-collapse: separate; color: black; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; orphans: 2; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 16px; text-align: justify;"> berasal dari suku kata<span class="Apple-converted-space"> </span><i>ku = ngaku</i>(mengaku) dan<span class="Apple-converted-space"> </span><i>pat = lepat<span class="Apple-converted-space"> </span></i>(kesalahan), sehingga bisa diartikan sebagai mengaku kesalahannya. Arti lain dari sisi bahasa adalah<i>kupatan<span class="Apple-converted-space"> </span></i>(bahasa Jawa) berasal dari kata<span class="Apple-converted-space"> </span><i>kaffatan</i>(bahasa Arab) yang mengalami perubahan bunyi menjadi<span class="Apple-converted-space"> </span><i>kupatan.</i>Makna secara istilah yaitu merupakan simbolisasi berakhirnya bulan puasa yang berganti lebaran (fitri), hal ini sebagai penanda terhadap ke-Islaman manusia yang sudah sempurna. Ada pula yang mengartikan ketupat atau<i>kupat</i><span class="Apple-converted-space"> </span>dengan<span class="Apple-converted-space"> </span><i>laku papat,<span class="Apple-converted-space"> </span></i>yaitu empat perbuatan. Maksudnya ada empat perbuatan yang dilakukan pada bulan Ramadan sampai Syawal, yaitu puasa, tarawih, zakat, dan salat Ied.</span></span></b> </span></div>
<div style="border-width: 0px; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px 0px 10px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-size: small;"><b><span class="Apple-style-span" style="border-collapse: separate; color: black; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; orphans: 2; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 16px; text-align: justify;">Membuat ketupat sendiri tidaklah sulit. Hanya dibutuhkan daun kelapa yang masih muda atau biasa disebut dengan<i>janur</i>. Kemudian dua helai<i>janur<span class="Apple-converted-space"> </span></i>dianyam menjadi kelontong ketupat yang siap diisi beras. Beras yang akan dijadikan isi dalam kelontong ketupat sebelumnya dicuci bersih terlebih dahulu, setelah itu di masukkan dengan ukuran dua pertiga bagian dari volume kelontong ketupat. Untuk menghasilkan kualitas ketupat yang padat dan kenyal, membutuhkan waktu kurang lebih 5 jam untuk mengukusnya. Ketupat ini bisa tahan hingga 2 hari, setelah itu bisa dikukus kembali agar tidak basi.</span></span></b></span></div>
<div style="border-width: 0px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px 0px 10px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-size: small;"><b><span class="Apple-style-span" style="border-collapse: separate; color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; orphans: 2; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 16px; text-align: justify;">Jangan khawatir jika tidak bisa membuat kelontong ketupat sendiri, karena banyak produsen yang menjualnya di pasar-pasar tradisional. Harganya relatif terjangkau, hanya Rp.4.000-Rp.5.000 per 10 biji. Bentuknya pun bermacam-macam, ada yang berbentuk belah ketupat, ada pula persegi dan persegi panjang, dan juga segitiga. Bagaimanapun, tradisi ketupat lebaran telah menjadi bagian dari budaya Nusantara, maka kita wajib untuk melestarikannya. Lebaran pun serasa tak lengkap jika tak ada menu ketupat untuk di hidangkan.</span></span></b><span class="Apple-style-span" style="border-collapse: separate; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; orphans: 2; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Tahoma,Geneva,sans-serif; line-height: 16px; text-align: justify;"><b><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span></b></span></span></span></div>
<div style="border-width: 0px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px 0px 10px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div style="border-width: 0px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px 0px 10px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-size: small;">sumber : http://www.hellosolo.com/ketupat-lebaran </span></div>
</div>
Lego teryyakahttp://www.blogger.com/profile/05368422984943201046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3559668528210687551.post-25569964748289422242012-08-01T08:12:00.001-07:002012-08-01T08:21:22.083-07:006 Tradisi Masyarakat Indonesia Sambut Ramadhan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span class="Apple-style-span" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; font-family: Verdana, Arial, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: x-large;">Indonesia</span></span><span class="Apple-style-span" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px;"> adalah salah satu negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Tidak saja kaya akan kekayaan alam, Indonesia juga kaya akan adat dan istiadat. Termasuk kekayaan tradisi menyambut kedatangan bulan Ramadan. Berikut enam tradisi yang digelar di beberapa daerah dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px;"><strong>6 Tradisi Masyarakat Indonesia Sambut Ramadan</strong></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px;"><strong>1. Dugderan</strong></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px;"><strong><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgihwT_cKsY68Z8yv4xUB5RhjeZsD749p-Wl0mQgjkOTIaNMTYA5QH3nYA4m6VFctd9OHJ6J_FuFh0_Iv2_T7JqrGmzdJn2dKGBwmsoDvRXRlTWtWeq2gByK0vrPlzIiWj1Nzfie94eCwdr/s1600/162624_dugderan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="250" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgihwT_cKsY68Z8yv4xUB5RhjeZsD749p-Wl0mQgjkOTIaNMTYA5QH3nYA4m6VFctd9OHJ6J_FuFh0_Iv2_T7JqrGmzdJn2dKGBwmsoDvRXRlTWtWeq2gByK0vrPlzIiWj1Nzfie94eCwdr/s400/162624_dugderan.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">dugderan</td></tr>
</tbody></table>
</span></strong></span><br />
<strong></strong><br />
<strong><blockquote>
<span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Dugderan merupakan festival untuk menandai dimulainya ibadah puasa di bulan Ramadan di Kota Semarang. Dugderan dilaksanakan tepat 1 hari sebelum bulan puasa. Kata Dugder, diambil dari perpaduan bunyi bedug yaitu dug, dan bunyi meriam yang mengikuti kemudian diasumsikan dengan der. Dahulu, acara ini menjadi cara pemerintah daerah untuk memberi informasi kepada warganya bahwa bulan Ramadan telah datang. Dugderan saat ini berkembang menjadi sebuah pesta rakyat yang berpusat di Simpang Lima Semarang.</span></blockquote>
<span class="Apple-style-span" style="font-weight: bold;">2. Sadran</span><br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBK0_Di_EP0msJdorf0VBxnsf0LyYwpl5v7_rpVgIFQGKP2zprNt2eha5CKMvFU6aSc_elJcZAoIkNNbceE8jQxE3QHwvEZ5onGJaH_HHssq7qguoYoZFRlApM982OMpUBKvgHudg0TyRX/s1600/162724_nyadran.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="227" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBK0_Di_EP0msJdorf0VBxnsf0LyYwpl5v7_rpVgIFQGKP2zprNt2eha5CKMvFU6aSc_elJcZAoIkNNbceE8jQxE3QHwvEZ5onGJaH_HHssq7qguoYoZFRlApM982OMpUBKvgHudg0TyRX/s400/162724_nyadran.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">nyadran</td></tr>
</tbody></table>
<span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Sadran atau nyadran adalah tradisi masyarakat di beberapa lokasi di Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk menyambut datangnya bulan Ramadan. Tradisi ini meliputi membersihkan makam leluhur atau keluarga, doa dan makan bersama. </span><br />
<div>
<br /></div>
<div>
<span class="Apple-style-span" style="font-weight: bold;">3. Padusan</span></div>
<div>
<span class="Apple-style-span" style="font-weight: bold;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixFUHrV74Z7Rh9-2id1eWSTfpVKUPvj_bMh63cAQhveza86i4KibD-tzroZnCn9rgf9Zr4l8kWG2AwVwgB9FJSf5BUsDJCduuJl8z_f2P685cYGfWgiACbpmb_YWhs25wnX6Qd2VFEo1cp/s1600/162918_padusan+(1).jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="265" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixFUHrV74Z7Rh9-2id1eWSTfpVKUPvj_bMh63cAQhveza86i4KibD-tzroZnCn9rgf9Zr4l8kWG2AwVwgB9FJSf5BUsDJCduuJl8z_f2P685cYGfWgiACbpmb_YWhs25wnX6Qd2VFEo1cp/s400/162918_padusan+(1).jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">padusan</td></tr>
</tbody></table>
</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-weight: bold;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><blockquote>
Tradisi Padusan adalah ritual yang banyak dilakukan oleh warga Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan beberapa tempat lainnya. Kata padusan berasal dari kata bahasa Jawa 'adus', yang artinya mandi. Ritual yang dilakukan pada sehari sebelum Ramadan. Makna dari ritual ini adalah membersihkan jiwa dan raga saat memasuki bulan suci.</blockquote>
<div>
<br /></div>
<div>
<span class="Apple-style-span" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px;"><span style="font-weight: bold;">4. Meugang</span> </span></div>
<div>
<span class="Apple-style-span" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0t8pMkha1tR_tX771RexTEgB0pVkLoIBchzCIndsDV17gtlQGfaZI2iu2p5qnC6Q3lOJ2bkZzUPxTz4kIvfV3FSvRlw-OBe4HKdjQOM5crXkpaDkQQieismgQ1HRRTIjBRJWej72jLi2E/s1600/163110_meugang.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="265" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0t8pMkha1tR_tX771RexTEgB0pVkLoIBchzCIndsDV17gtlQGfaZI2iu2p5qnC6Q3lOJ2bkZzUPxTz4kIvfV3FSvRlw-OBe4HKdjQOM5crXkpaDkQQieismgQ1HRRTIjBRJWej72jLi2E/s400/163110_meugang.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">meugang</td></tr>
</tbody></table>
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px;"><blockquote>
Meugang adalah tradisi menyambut bulan Ramadan yang dilaksanakan di Nangroe Aceh Darussalam (NAD). Tradisi ini dilakukan dengan menyembelih kambing atau kerbau.</blockquote>
<div>
<span class="Apple-style-span" style="font-weight: bold;">5. Jalur Pacu</span></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiU4UlRlFhdRMF4FLs7PoE49fw2DxgZVArfboSh5zKlIBct4ad6NXbm-0_SmTuVu5Ei7oPdIAvEr0HX29ccb9ACWCPU6qhswvp-3OA-clHcGQgzzwjH3pdVdBb0AhAumA22Ho6zAKpcAhEZ/s1600/163153_jalurpacu.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiU4UlRlFhdRMF4FLs7PoE49fw2DxgZVArfboSh5zKlIBct4ad6NXbm-0_SmTuVu5Ei7oPdIAvEr0HX29ccb9ACWCPU6qhswvp-3OA-clHcGQgzzwjH3pdVdBb0AhAumA22Ho6zAKpcAhEZ/s400/163153_jalurpacu.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">jalur pacu</td></tr>
</tbody></table>
<div>
<span class="Apple-style-span" style="font-weight: bold;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Tradisi Jalur Pacu dilaksanakan oleh masyarakat Riau dalam rangka menyambut bulan Suci Ramadan. Diawali dengan lomba dayung di sungai-sungai besar. Upacara ini diakhiri dengan Balimau Kasai atau bersuci menjelang matahari terbenam.</span></span></div>
<div>
<span class="Apple-style-span" style="font-weight: bold;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><br /></span></span></div>
<div>
<span class="Apple-style-span" style="font-weight: bold;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: bold;">6. Balimau</span></span></span></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFm0eggZBBUAur5O9WgbXiBsuenyZuFnvyG8OREwWNp8vdkpFDLo8u7YmTIek13NRNCgpsZol7B61VN1vpSmzS1KQLA3VBKa-Ss0-KgFGylP_PRnLTO8werh4GXyA61eKNLRGCRoB9lvI9/s1600/163320_balimau.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="208" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFm0eggZBBUAur5O9WgbXiBsuenyZuFnvyG8OREwWNp8vdkpFDLo8u7YmTIek13NRNCgpsZol7B61VN1vpSmzS1KQLA3VBKa-Ss0-KgFGylP_PRnLTO8werh4GXyA61eKNLRGCRoB9lvI9/s400/163320_balimau.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">balimau</td></tr>
</tbody></table>
<div>
<span class="Apple-style-span" style="font-weight: bold;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: bold;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">Balimau adalah tradisi menyambut bulan Ramadan yang dilakukan oleh warga Sumatera Barat. Balimau, dalam bahasa Minangkabau artinya mandi disertai keramas. Makna melaksanakan Balimau adalah membersihkan jiwa dan raga untuk mulai memasuki bulan suci ramadan.</span></span></span></span></div>
<div>
<span class="Apple-style-span" style="font-weight: bold;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: bold;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><br /></span></span></span></span></div>
<div>
<span class="Apple-style-span" style="font-weight: bold;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: bold;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;">sumber : detik.com</span></span></span></span></div>
</span></div>
</span></span></div>
</strong></div>Lego teryyakahttp://www.blogger.com/profile/05368422984943201046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3559668528210687551.post-89244864594184266862012-08-01T07:58:00.000-07:002012-08-01T07:58:38.516-07:00TRADISI RAMADHAN DI SURABAYA<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikI6BWfzZPXXahk86CsD74Q54J9Lv7s-XNbjGHMvR1Rvn6PL-vMrQGI3XMI-hVwBRDJ-MDjnfBsuDRq-pzkufL4G_HX1JZGfcrzCeAo7i9pXm4HSCf5bQXOnqWXxb40ur94DfkIjrRv5Sc/s1600/edit-masjid-agung.gif" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikI6BWfzZPXXahk86CsD74Q54J9Lv7s-XNbjGHMvR1Rvn6PL-vMrQGI3XMI-hVwBRDJ-MDjnfBsuDRq-pzkufL4G_HX1JZGfcrzCeAo7i9pXm4HSCf5bQXOnqWXxb40ur94DfkIjrRv5Sc/s1600/edit-masjid-agung.gif" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">acara masjid agung surabaya</td></tr>
</tbody></table>
</span><br />
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; color: #555555; line-height: 22px; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">
<span class="Apple-style-span" style="font-size: large;"><b> RAMADHAN DI SURABAYA</b></span><br /><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: 12px;">Dalam rangka, menyambut bulan suci Ramadhan 1433 Hijriyah, Masjid Al Akbar Surabaya menggelar festival budaya dan tradisi Ramadhan, selama satu bulan penuh. Kegiatan yang dilakukan ini merupakan tradisi dan budaya umat Islam di Indonesia yang berangsur-angsur mulai punah, yang kini mencoba dilestarikan kembali di Jawa Timur.</span></span></div>
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; color: #555555; font-size: 12px; line-height: 22px; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">
Acara yang digelar mulai 20 Juli hingga 15 Agustus itu, menampilkan lomba patrol kreatif, hafalan Al Qur’an dan adzan anak, rebana, fashion religi anak, al banjari, dan lomba mewarnai tingkat TK A dan B, yang diikuti oleh seluruh masyarakat muslim di Jawa Timur.</div>
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; color: #555555; font-size: 12px; line-height: 22px; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">
“Kegiatan-kegiatan ini bertujuan untuk mendidik anak-anak agar tetap melestarikan budaya Islam yang saat ini sudah mulai tergerus oleh zaman,” terang Humas Masjid Al Akbar Surabaya, Helmy M Noor, Jumat (20/7).</div>
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; color: #555555; font-size: 12px; line-height: 22px; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">
Selain menggelar festival budaya dan tradisi Ramadhan, acara yang diresmikan Wakil Gubernur Jawa Timur, KH Syafullah Yusuf, selepas Sholat Jumat di halaman Masjid Al Akbar itu, juga membuka stand-stand sembako murah di halaman masjid.</div>
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; color: #555555; font-size: 12px; line-height: 22px; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">
“Tujuan, agar masyarakat usai menunaikan shalat di Masjid Al Akbar, bisa membeli kebutuhan-kebutuhan pokok yang terjangkau dengan isi kantong kita. Seperti kita ketahui, menjelang puasa dan lebaran, harga-harga kebutuhan pokok naik drastis. Nah, inilah maksud dan tujuan kita menyediakan stand-stand khusus di halaman masjid,” lanjut dia menerangkan.</div>
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; color: #555555; font-size: 12px; line-height: 22px; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">
Senada dengan Helmy, dalam sambutannya, Gus Ipul, sapaan akrab KH Syafullah Yusuf mengatakan bahwa tradisi dan Islam di tanah Jawa memang harus dilestarikan. “Kalau tidak, budaya-budaya Islam akan tergerus oleh zaman. Nah, kali ini Jawa Timur ingin menciptakan Ramadhan aman Lebaran nyaman, yaitu dengan cara meningkatkan ukhuwah Islamiyah serta memberikan pelayanan sembako murah, dengan menyediakan stand-stand semboka di halam masjid.” (Bs/era)<br /><br />sumber : <span class="Apple-style-span" style="color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: small; line-height: normal;">http://jaringradio.suarasurabaya.net</span></div>
</div>
Lego teryyakahttp://www.blogger.com/profile/05368422984943201046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3559668528210687551.post-24952229967918903982012-08-01T07:51:00.001-07:002012-08-01T07:51:37.666-07:007 TRADISI RAMADHAN DI BERBAGAI NEGARA<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span class="Apple-style-span" style="color: #666666; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjHmseHMI7Liynde466qMtP6XeRjzT_SNePN1PeMjE5IzHufYTY4w-32mhGn-nEwdgfJ4ApR3jsN19n6ku6G4zltlzGpUCf2mappSL2eDhmQYRWMsams6dY1In325UV2PcU-DUkrJeNY0Zq/s1600/news20120725050920RUMAH+ZAKAT.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjHmseHMI7Liynde466qMtP6XeRjzT_SNePN1PeMjE5IzHufYTY4w-32mhGn-nEwdgfJ4ApR3jsN19n6ku6G4zltlzGpUCf2mappSL2eDhmQYRWMsams6dY1In325UV2PcU-DUkrJeNY0Zq/s320/news20120725050920RUMAH+ZAKAT.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">bulan ramdhan</td></tr>
</tbody></table>
</span><br />
<div style="font: normal normal normal 13px/20px 'PT Sans', Arial, Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px; text-align: justify;">
<b><span class="Apple-style-span" style="font-size: x-large;">Bulan Ramadhan</span></b><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: 12px;"> dianggap sebagai bulan penuh berkah dan ampunan bagi umat Islam, oleh karena itulah bulan Ramadhan ini dianggap sangat spesial. Bahkan saking spesialnya di lakukan sebuah tradisi untuk menyambutnya, dan hal ini berbeda adatnya di setiap belahan dunia.</span></span><br /><br /><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: 12px;">Berikut 7 tradisi sambut Ramadhan di dunia :</span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_YWIFsisDAs0PgQaXpv-EyHLqcZP71x7PPsOBeWTuc8HTyr3ZijVZEFSb90AF_CocZffLwKCfArhYb4ruFFc-mY7daKlLvzPwqNqtOwZ95bFoGWh22QWmmcXew3fPZFv9iYqAhn9NiwFl/s1600/deden+el+razy.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="163" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_YWIFsisDAs0PgQaXpv-EyHLqcZP71x7PPsOBeWTuc8HTyr3ZijVZEFSb90AF_CocZffLwKCfArhYb4ruFFc-mY7daKlLvzPwqNqtOwZ95bFoGWh22QWmmcXew3fPZFv9iYqAhn9NiwFl/s200/deden+el+razy.jpg" width="200" /></a></div>
<div style="font: normal normal normal 13px/20px 'PT Sans', Arial, Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: 12px;"><br /></span></span><br /><strong style="font-size: 12px;">1. Austria</strong><br /><br /><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: 12px;">Menjelang bulan suci Ramadhan, Muslim di Austria biasanya menggelar kampanye pengumpulan paket lebaran untuk keluarga miskin dan hadiah lebaran untuk anak-anak yatim piatu di Palestina. Kampanye ini dikordinir oleh organisasi kemanusiaan Palestina yang ada di Austria. Kampanye yang diberi nama Feeding Fasting Palestinians ini mendapat sambutan positif dari Muslim Austria. Untuk menentukan jatuhnya awal bulan Ramadhan, Muslim Austria sepakat mengikuti Arab Saudi. </span></span><br /><br /><strong style="font-size: 12px;">2. Swedia</strong><br /><br /><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: 12px;">Ada suatu perbedaan besar antara cara merayakan Ramadan di negara-negara Skandinavia dan negara-negara Eropa yang lainnya terkait dengan jumlah umat Islam. Walau mereka menjadi minoritas di Swedia, namun Ramadan membentuk suasana spiritual berbeda yang dinanti-nanti kehadirannya dari tahun ke tahun. Begitu mengetahui munculnya hilal, umat Islam Swedia akan saling memberi selamat satu dengan lainnya. Mereka melaksanakan salat tarawih berjamaah di masjid-masjid terdekat. Apabila tidak ada masjid, mereka salat di tempat-tempat yang mereka sewa sementara.</span></span><br /><br /><strong style="font-size: 12px;">3. Mesir</strong><br /><br /><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: 12px;">Di Mesir terdapat sebuah meriam tua di dataran tinggi Moqattam dekat Citadel yang digunakan sebagai penanda bulan puasa. Tiap waktu imsak dan buka puasa, meriam ini disulut hingga mengeluarkan bunyi dentuman yang keras. Meriam yang diberi nama Hajjah Fatimah, walau meriam itu telah diganti, namanya tetap tak berubah. </span></span><br /><br /><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: 12px;">Di Mesir juga terdapat tradisi Ramadan yang disebut Maidah Rahman atau hidangan kasih-sayang. Maidah Rahman adalah hidangan makanan gratis bagi orang yang berpuasa. Tak hanya takjil, tapi juga makanan berbuka lainnya. Menunya pun bermacam-macam bahkan ada yang sekelas hotel berbintang. Program ini merata di seluruh negeri Mesir dan berlangsung selama bulan puasa. </span></span><br /><br /><strong style="font-size: 12px;">4. Liberia</strong><br /><br /><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: 12px;">Selama bulan Ramadan, umat Islam di Liberia berhenti mendengarkan musik. Bagi mereka, orang yang mendengarkan musik selama Ramadhan dianggap berdosa dan menyimpang dari ruh bulan yang diberkati ini. Namun ketika pertama menyambut datangnya bulan Ramadhan orang-orang Liberia mulai memainkan alat-alat musik dari kayu selama beberapa jam dan disiarkan oleh radio lokal.</span></span><br /><br /><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: 12px;">Di Liberia, orang yang biasanya membangunkan kaum Muslimin untuk makan sahur disebut Papali. Papali bertugas tiga jam sebelum fajar dan berhenti sebentar di tiap rumah, dengan menyanyikan lagu-lagu relijius lokal (sejenis nasyid) dan kalimah syahadat. </span></span><br /><br /><strong style="font-size: 12px;">5. Mauritania</strong><br /><br /><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: 12px;">Pada awal Ramadan, Muslim Mauritania terutama yang muda, bergegas menuju masjid untuk melaksanakan salat tarawih. Dan seusianya mereka saling berkunjung satu sama lain dan meminum teh hijau, minuman khas di Mauritania. Solidaritas dan uhkhuwah islamiyah biasanya muncul dan tersebar di seantero negeri selama bulan suci. </span></span><br /><br /><strong style="font-size: 12px;">6. Bangladesh</strong><br /><br /><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: 12px;">Suasana Ramadan di Bangladesh sangat berbeda. Umat Islam, lebih banyak memanfaatkan waktu bulan puasa untuk memperbanyak membaca buku agama. Sudah menjadi tradisi di Bangladesh, tiap tahun dibuka pameran buku di bulan Ramadan.</span></span><br /><br /><strong style="font-size: 12px;">7. China</strong><br /><br /><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: 12px;">Beragam aktivitas keislaman diselenggarakan di masjid-masjid Cina seperti kajian tafsir Alquran sebelum tarawih dan memburu malam lailatul qadr. Penganan tambahan seperti teh, gula-gula dan kurma disajikan di tiap rumah sebagai pembeda bulan penuh berkah ini dengan hari-hari biasa. Begitu menjelag hari raya Idul Fitri, kaum Muslimin Cina juga diselimuti kebahagiaan dan saling berucap selamat hari raya.</span></span></div>
<div style="font-size: 12px; font: normal normal normal 13px/20px 'PT Sans', Arial, Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-size: 12px; font: normal normal normal 13px/20px 'PT Sans', Arial, Helvetica, Arial, sans-serif; line-height: 20px; text-align: justify;">
Sumber: www.news.infospesial.net</div>
</div>
Lego teryyakahttp://www.blogger.com/profile/05368422984943201046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3559668528210687551.post-71956258201112762252012-08-01T07:41:00.001-07:002012-08-01T07:41:21.270-07:00"MUNGGAH" Tradisi Menjelang Ramadan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<b><span class="Apple-style-span" style="font-size: large;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #444444;">"Munggah" Adat Jawa Barat</span></span></span></b><br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXBibuwnqfFE3FGFzgkA_IBChzYLy6839BK6rVojJqlBjsjcrLMQi15q9YHZ4vgj2MWx_8v_RlScJbz9gm_vpXkb2cwsn4FrLxf0syapzghYGlU5OoE4gu07G-b9DD3GNZbR8et4kok7EU/s1600/pawai_obor.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXBibuwnqfFE3FGFzgkA_IBChzYLy6839BK6rVojJqlBjsjcrLMQi15q9YHZ4vgj2MWx_8v_RlScJbz9gm_vpXkb2cwsn4FrLxf0syapzghYGlU5OoE4gu07G-b9DD3GNZbR8et4kok7EU/s1600/pawai_obor.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pawai obor</td></tr>
</tbody></table>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, sans-serif; font-size: x-small;">Di Jawa Barat, <i>munggah</i> merupakan tradisi yang dijalankan setiap tahun, menjelang Ramadan. Ada yang mengisinya dengan berziarah kemakam keluarga, ada yang pulang kampung untuk melewatkan sahur pertama bersama orang tua, ada pula yang mengisinya dengan melakukan ritus “mandi besar”. Ternyata, <i>munggah</i> merupakan tradisi yang sudah sangat tua dan berhubungan dengan kebiasaan masyarakat Jawa Barat pada zaman prasejarah.<br /><br />Dalam bahasa Sunda, kata “<i>munggah</i>” berarti “naik’ dan mengandung makna “peningkatan” atau “perubahan”. Budayawan Usep Romli mengatakan, dalam konteks menyambut Ramadan, <i>munggah </i>berarti menuju peningkatan demi mencapai tahap yang lebih baik. Apalagi, didalam Surat Albaqarah ayat 183 disebutkan, Ramadan – melalui perintah saum – akan menjadikan orang-orang mukmin mencapai tingkat taqwa. “Urgensinya, ketika masuk ibadah saum, kita sudah siap lahir dan batin karena sudah dibersihkan waktu <i>munggah</i> itu,” ujarnya.<br /><br />Di dalam syariat Islam, tradisi <i>munggah</i> sebenarnya tidak dikenal. Di arab Saudi, masyarakat hanya memiliki kebiasaan membaca doa melihat hilal menjelang datangnya bulan Ramadan, itu pun dilakukan secara perseorangan, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah saw. Dengan kata lain, tradisi <i>munggah</i>, termasuk takbir keliling dan <i>mamaleman</i> (“mencari” Lailatulkadar), hanya tradisi lokal yang dipadukan dengan unsur religius islam. Usep menyebutkannya sebagai transformasi dan variasi budaya sebagai bentuk “lokalisasi Islam”<br /><br />Hal itu dibenarkan oleh budayawan Jakob Sumardjo. Menururt dia, sejumlah kegiatan dalam tradisi <i>munggah</i> merupakan kegiatan yang sebenarnya dilakukan pada upacara yang bermakna “manunggal dengan nenek moyang” pada zaman purba. Sisa-sisa upacara itu masih lestari dalam bentuk bersih desa, <i>ngalaksa</i>, <i>seren taun</i>, <i>ngarot</i>, dan sejenisnya. Dalam upacara-upacara semacam itu, dilakukan penyatuan manusia sebagai mikrokosmos dengan alam sebagai makrokosmos dan arwah nenek moyang berupa mitos, mitos sebagai metakosmos.<br /><br />Rangkaian upacara dari mulai mandi bersama (bersih badan). <i>Pantang</i> dan puasa, ziarah kubur, seni pertunjukan yang mementaskan kisah mitologi nenek moyang pendiri wilayah, dan akhirnya makan bersama atau kenduri. Tempatnya bisa di tanah lapang balai desa, <i>leuwi</i>, mata air, bisa juga diperkuburan desa. Pada upacara-upacara tahunan seperti itulah semua penduduk kampung berkumpul.<br /><br />Sewaktu agama Islam masuk Indonesia, tradisi lama itu kemudian disesuaikan dengan kepentingan Islam. Soalnya, jika tak dilakukan, masyarakat akan merasa ada sesuatu yang hilang dari bagian dirinya sebagai kelompok. Momentum yang tepat untuk pelaksanaan upacara pun bergeser. Bukan lagi pada saat panen, melainkan menjelang bulan Puasa dan Lebaran. Artinya, kedua momentum itu dianggap sama istimewanya dengan waktu panen.<br /><br />Seperti mudik, <i>munggah</i> akan selalau menjadi tradisi yang istimewa karena, entah mengapa, selalu sukses memunculkan suasana religius yang haru dan romantis serta rasa rindu terhadap “rumah”. Selain sejarah yang panjang mengenai tradisi itu, mungkin kesan itulah yang membuat <i>munggah</i> masih eksis dalam peradaban umat Islam Indonesia.<br /><br />Sumber: Lia Marlia/”Pikiran Rakyat”<br /><span><br /><br /></span></span></div>
Lego teryyakahttp://www.blogger.com/profile/05368422984943201046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3559668528210687551.post-39576943786436316712012-08-01T07:34:00.000-07:002012-08-01T07:34:58.863-07:00Dinamika Tradisi 'Meugang' Jelang Puasa<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span class="Apple-style-span" style="color: #323233; font-family: arial; line-height: 19px;"></span><br />
<div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 10px;">
<span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: 14px;"> </span></span><b><span class="Apple-style-span" style="font-size: large;"><u>'Meugang' Tradisi Aceh</u></span></b></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRcU-KvX-2AEGwFnOj1y4u4nSvYEiFBLcOtef1AXbN4zmhEDTikaan9yLCKXInlzHrQpDAn5giqto0y2J5pHJwX1VjzeRO3SXwth7uxX2RcBxTJspMWn1M7dP0HtVqidw6U5Vsq0ANsoLF/s1600/Tradiis-meugang-di-Aceh.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRcU-KvX-2AEGwFnOj1y4u4nSvYEiFBLcOtef1AXbN4zmhEDTikaan9yLCKXInlzHrQpDAn5giqto0y2J5pHJwX1VjzeRO3SXwth7uxX2RcBxTJspMWn1M7dP0HtVqidw6U5Vsq0ANsoLF/s1600/Tradiis-meugang-di-Aceh.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="color: #323233; line-height: 19px;"><b><span class="Apple-style-span" style="font-size: xx-small;"> </span></b><b><u><span class="Apple-style-span" style="font-size: xx-small;">'Meugang' Tradisi Aceh</span></u></b></span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="font-size: 14px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 10px;">
DALAM menyambut hari-hari besar Islam khususnya bulan puasa, masyarakat Aceh mempunyai tradisi yang unik. Tradisi masyarakat Aceh dalam menyambut sehari sebelum datangnya puasa dan sehari sebelum merayakan lebaran dikenal dengan mameugang atau sering disingkat meugang.</div>
<div style="font-size: 14px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 10px;">
Dalam adat Aceh tradisi meugang telah dirayakan sejak masa Kerajaan Aceh Darussalam, hari meugang selalu dilakukan pada hari-hari tertentu dalam Istana Darud Dunia yang dihadiri oleh Sultan, Wazir, Uleebalang dan para alim ulama. Biasanya meugang jatuh pada tanggal 29 atau 30 Syakban (satu atau dua hari menjelang Ramadhan).</div>
<div style="font-size: 14px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 10px;">
Menjelang upacara tersebut Syahbandar Seri Rama Setia Kerajaan biasanya memberikan hadiah berupa pakaian yang akan dipakai oleh sultan dalam pagelaran tersebut. Bahkan, Syahbandar juga menyediakan karangan-karangan bunga yang akan ditempatkan di makam para Sultan. Sultan juga memerintahkan kepada Syahbandar Imam Balai Baitul Fakir/Miskin (lembaga yang berfungsi untuk memberikan santunan kepada kaum dhuafa dan anak yatim) untuk membagikan daging, pakaian, dan sembako lainnya kepada kaum dhuafa, fakir miskin, orang cacat dan para janda.</div>
<div style="font-size: 14px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 10px;">
<strong style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Tetap dirayakan</strong><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" />Biaya untuk penyantunan hari meugang ditanggung oleh bendahara orang kaya Balai Silatur Rahim; yakni lembaga yang berfungsi untuk mengatur hubungan antarwarga negara dan antarmanusia yang bernaung di bawah Kerajaan Aceh Darussalam. Bahkan pada masa kekuasaan kolonial Belanda di Aceh, tradisi meugang tetap dirayakan sehingga Pemerintah Belanda saat itu mengambil kebijakan untuk meliburkan kegiatan pada hari meugang dan membagikan daging kepada masyarakat (Ali Hasjmy: 1983:151).</div>
<div style="font-size: 14px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 10px;">
Dalam catatan Snouck Hurgronje (De Atjeher: 175) tradisi meugang telah berfungsi untuk membantu perjuangan rakyat Aceh sebagai bantuan logistik. Daging meugang diawetkan dengan menggunakan garam, cuka dan bahan-bahan pengawetan lainnya. Dengan daging meugang yang diawetkan itu (sekarang dikenal dengan dendeng) para pejuang Aceh bisa bertahan hidup dan menjaga persediaan makanan dalam melakukan perang gerilya dengan Belanda.</div>
<div style="font-size: 14px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 10px;">
Fenomena meugang yang terjadi dalam masyarakat Aceh pascakonflik dan tsunami telah menggeser nilai-nilai tradisi meugang yang dikenal erat dengan nilai religi, berbagi, kebersamaan dan saling menghormati, sehingga menjadi momentum untuk merekat persatuan dalam masyarakat. Saat ini, Tradisi meugang di Aceh seakan-akan menjadi momok yang menakutkan bagi kaum dhuafa dan anak yatim bahkan menjadi hal yang dihindari oleh sebagian kaum birokrasi di Aceh.</div>
<div style="font-size: 14px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 10px;">
Hal demikian disebabkan oleh nilai meugang yang tidak lagi dipandang sebagai suatu hal yang mulia untuk saling berbagi antarsesama, sehingga saat-saat menjelang hari meugang bisa ditebak bahwa angka kriminalitas meningkat, para pejabat yang tidak masuk kantor (dengan alasan menghindari orang-orang yang minta uang meugang) dan maraknya "pengemis" di jalan atau di kantor.</div>
<div style="font-size: 14px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 10px;">
Di samping itu, tradisi meugang juga dijadikan sebagai kesempatan untuk melakukan transaksi bisnis oleh sebagian pengusaha musiman sehingga menyebabkan kaum dhuafa rela terjerat utang-piutang demi setumpuk daging meugang yang tidak lagi `sakral' dalam kehidupan masyarakat Aceh.</div>
<div style="font-size: 14px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 10px;">
Di pundak Pemerintah Aceh terpilih hal ini menjadi pekerjaan yang harus diselesaikan, sehingga fungsi mameugang mempunyai nilai kebersamaan dan saling berbagi antarsesama. Mungkin dengan membangun kembali Balai Baitul Fakir seperti masa kejayaan Kerajaan Aceh Darussalam dengan alokasi dana khusus yang diperuntukkan kepada fakir miskin, anak yatim dan para janda atau mengoptimalkan fungsi badan-badan pemerintah untuk membangun kebijakan prorakyat khususnya pada kegiatan adat yang telah berakar (baca: meugang) dalam masyarakat Aceh.</div>
<div style="font-size: 14px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 10px;">
<strong style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"> Dinamika sosial</strong><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" />Sudah seharusnya program-program yang mubazir dihilangkan dan tidak perlu dipelihara demi terciptanya masyarakat Aceh yang sejahtera dan harmonis. Seperti program pembangunan gedung Islamic Training Center (ITC) Baitul Mal yang menghabiskan dana 37,3 milyar Rupiah (Serambi Indonesia, 28/5/2012). Tradisi meugang yang telah lahir dalam masyarakat Aceh sejak masa kejayaan Kerajaan Aceh Darussalam seharusnya dijadikan sebagai gambaran dalam menghadapi dinamika sosial masyarakat Aceh saat ini.</div>
<div style="font-size: 14px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 10px;">
Jika adat meugang dipandang sebagai hal yang menakutkan dalam kehidupan modern masyarakat Aceh saat ini tanpa memberi ruang penempatan nilai yang optimal antara nilai adat dan kemajuan, maka benarlah kata Friedrich Nietzsche (1844-1900); "Ketika kita ingin menjadi masyarakat kosmopolit dengan melupakan masa lalu, maka itulah masyarakat tanpa budaya." Semoga tidak!<br /><br />sumber : <span class="Apple-style-span" style="color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: small; line-height: normal;"><a href="http://www.tribunnews.com/">http://www.tribunnews.com</a></span></div>
</div>
Lego teryyakahttp://www.blogger.com/profile/05368422984943201046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3559668528210687551.post-76204255405537575092012-08-01T07:28:00.002-07:002012-08-01T07:30:38.747-07:00BALIMAU BUKAN AJARAN ISLAM DAN BUDAYA MINANG<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span class="Apple-style-span" style="border-collapse: collapse; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; line-height: 19px;"></span><br />
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Verdana; line-height: 19px; text-align: left;">
<strong style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: large;">TRADISI JELANG RAMADAN</span></strong></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivW37rhxbqMsedhxIiSZ1vcdW49uajds2-iy7syPcs5fBy7sN9EWuJNOyVHbVjj7evcx9knNxVFkMovRygfAQmTW7W-NbQj_Jt1yvy7lfTvpAN1j4QxXf-sgg5VCRcSb-cyTdLDDGjq7le/s1600/balimau.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivW37rhxbqMsedhxIiSZ1vcdW49uajds2-iy7syPcs5fBy7sN9EWuJNOyVHbVjj7evcx9knNxVFkMovRygfAQmTW7W-NbQj_Jt1yvy7lfTvpAN1j4QxXf-sgg5VCRcSb-cyTdLDDGjq7le/s320/balimau.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Verdana; line-height: 19px; text-align: left;">
Balimau yang telah menjadi tradisi menyambut Ramadan dinilai bukan budaya Minang dan tak dianjurkan di tempat terbuka oleh agama Islam. Balimau juga disebut dengan “mandi berjamaah”. Balimau saat kini lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya, serta penuh dosa.</div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Verdana; line-height: 19px; text-align: left;">
Bagi umat Islam seantero dunia, bulan Ramadan adalah bulan yang sangat ditunggu-tunggu. Menjelang pelak sanaan ibadah puasa di bulan Ramadan setiap tahunnya, ada banyak tradisi masya rakat Minangkabau yang sampai saat ini masih hidup, antara lain ziarah kubur, malamang, dan yang sangat massif adalah balimau.</div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Verdana; line-height: 19px; text-align: left;">
Tra disi ini biasanya dilaksanakan menjelang puasa. Orang Mi nang memang memiliki sekian banyak tradisi yang khas dalam implementasi Islam.</div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Verdana; line-height: 19px; text-align: left;">
Tradisi ini sungguh-sung guh merupakan tradisi indi genius atau khas, yang tidak dimiliki oleh masyarakat Islam di tempat lain, jika pun ada itu berupa kemiripan. Tradisi ini ditandai dengan upacara selamatan ala kadar nya untuk menandai akan masuknya bulan puasa Ra madan yang diyakini sebagai bulan yang suci dan khusus.</div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Verdana; line-height: 19px; text-align: left;">
Sama dengan tradisi-tra disi lain di dalam Islam, maka tradisi ini juga tidak diketahui secara pasti siapa yang menciptakan dan menga wali pelaksanaannya. Tetapi tentu ada dugaan kuat bahwa tradisi ini diciptakan oleh nenek moyang orang Minang yang dulunya beragama Hin du. Memang hal ini baru sebatas dugaan, namun me ngingat bahwa kreasi-kreasi tentang Islam Minang te rutama yang menyangkut tradisi-tradisi baru akulturatif yang bervariatif tersebut kebanyakan datang dari pe nga ruh budaya Hindu-Budha, maka kiranya dugaan ini pun bisa dipertanggungjawabkan.</div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Verdana; line-height: 19px; text-align: left;">
Salah satu kebiasaan yang kerap menyulut kontroversi adalah balimau karena identik dengan kebiasaan yang tak diajarkan Islam.</div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Verdana; line-height: 19px; text-align: left;">
Dulu, balimau merupakan sebuah kegiatan yang dila kukan di tepian mandi atau di pancuran. Warga, tentunya yang beragama Islam, mem bersihkan diri, dengan menggunakan sabun dan we wa nginan dari bunga-bungaan. Bunga-bungaan itu diramu dari berbagai kembang, ke mudian dibubuhi minyak harum (parfum) yang tidak mengandung alkohol.</div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Verdana; line-height: 19px; text-align: left;">
Tujuannya, agar bisa me masuki bulan suci Ramadan dengan tubuh yang suci pula. Sebuah kebiasaan yang tidak ada salahnya, karena ajaran Islam mengajarkan agar pe nga nutnya selalu bersih dan harum. Walau demikian, balimau bukanlah budaya Islam atau budaya Minang.</div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Verdana; line-height: 19px; text-align: left;">
Akhir-akhir ini ada per geseran cara balimau. Khusus bagi kawula muda, balimau dilakukan di tempat pe man dian. Mereka datang ber sama-sama, lelaki dan perem puan yang bukan muhrim. Lalu, di tepian mandi umum tersebut mereka mandi ber sama. Ada yang menyebut dengan nada sinis, balimau seperti itu hanya untuk mandi berjamaah antara lelaki dan perempuan yang bukan muhrim.</div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Verdana; line-height: 19px; text-align: left;">
Kebiasaan “balimau”, da lam bentuk “mandi ber ja maah” bukanlah budaya Mi nang, maupun budaya Islam.</div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Verdana; line-height: 19px; text-align: left;">
Penilaian itu dikatakan Ketua Majelis Ulama Islam (MUI) Kabupaten Agam, Dr Zulkifli Dja’far, MA Khatib Rumah Panjang, ketika dihu bungi Haluan pekan lalu.</div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Verdana; line-height: 19px; text-align: left;">
Balimau menjelang me masuki bulan suci Ramadan dalam Islam adalah aktivitas membersihkan jiwa. Mak sudnya, balimau merupakan kegiatan bermaaf-maafan, dengan mendatangi orang tua dan karib kerabat. Bermaaf-maafan merupakan sebuah aktivitas membersihkan jiwa seorang muslim. Balimau juga dilakukan dengan mem ber sihkan diri untuk memasuki Bulan Suci Ramadan. Mem bersihkan diri dengan cara mandi di tepian atau kamar mandi masing-masing. Usai mandi biasanya kaum mus limin dan muslimah memakai harum-harum, seperti harum-haruman dari bunga.</div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Verdana; line-height: 19px; text-align: left;">
“Namun balimau ke tem pat pemandian umum, atau ke water boom, tidak dian jurkan dalam ajaran adat maupun agama Islam,” ujar Zulkifli Dja’far. Balimau menjelang me masuki Rama dan ke tempat pemandian umum secara bersama-sama antara lelaki dan perempuan yang bukan muhrim, menurut Buya Zul kifli, bisa mengun dang maksiat.</div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Verdana; line-height: 19px; text-align: left;">
Oleh karena itu, sebaiknya dijauhi. Kepada para orang tua dan pimpinan kaum, diharapkan mencegah anak-kemenakan mereka pergi balimau dengan lelaki atau perempuan bukan muhrimnya. Daripada pergi balimau de ngan cara “mandi berjamaah” itu, lebih tidak dilakukan. Bersihkan saja jiwa dan raga dengan cara Islam. “Jangan melakukan perbuatan dosa, berdalih untuk pergi balimau.”</div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Verdana; line-height: 19px; text-align: left;">
Mengundang kaum ke rabat untuk menghadiri ha jatan (berdoa), untuk tujuan bermaaf-maafan, menurut Buya Zulkifli, merupakan kegiatan yang bagus. Apalagi dilakukan menjelang me masuki bulan suci Ramadan. Berkumpul-kumpul dengan tujuan yang baik merupakan kegiatan yang bermanfaat. Antara lain untuk mening katkan silaturahim antar sesama.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJ4kWT9fcTwPKtxEMyXYMii7_nWcVPQmh4TTelrgBDFT7gGz6Axoc3scDjVTJ11mRBpL8gohol-0ojmYK6_77tr3KD7zLW7nL1ivJ0VfZl50Dnnrs73-y1sVskxBs1utle0SaZeI1ZnPsR/s1600/safe_image.php.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJ4kWT9fcTwPKtxEMyXYMii7_nWcVPQmh4TTelrgBDFT7gGz6Axoc3scDjVTJ11mRBpL8gohol-0ojmYK6_77tr3KD7zLW7nL1ivJ0VfZl50Dnnrs73-y1sVskxBs1utle0SaZeI1ZnPsR/s320/safe_image.php.jpg" width="320" /></a></div>
<br /></div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Verdana; line-height: 19px; text-align: left;">
<strong style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Budaya Sesat</strong></div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Verdana; line-height: 19px; text-align: left;">
Sementara itu, Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Kabupatn Agam, Drs Mardius Asmaan Dt. Saripado dengan tegas mengatakan balimau dalam bentuk “mandi ber jamaah” merupakan budaya sesat. Dalam adat Minang kabau tidak ada anjuran untuk itu. Malah ia menyebut perbuatan seperti itu bukan menyucikan diri, tetapi malah menambah kotornya jiwa dan diri seseorang. Bagaimanapun, perbuatan tersebut diyakini akan memicu perbuatan dosa.</div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Verdana; line-height: 19px; text-align: left;">
“Tidak ada perbuatan kotor akan menyucikan diri. Per buatan seperti itu sebaiknya dijauhi. Bila memang hendak menyucikan diri, balimau saja di kamar mandi masing-masing. Itu lebih terpelihara dari perbuatan dosa,” ujar mantan pejabat teras Pemkab Agam tersebut.</div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Verdana; line-height: 19px; text-align: left;">
Adat Minangkabau ber landaskan ajaran Islam. Da lam mamangan adat dise butkan “Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah.” Kitabullah itu adalah Alquran. Dari sanalah dasar adat Minangkabau, makanya tidak mungkin adat Minangkabau berlawanan dengan ajaran Islam. Dalam Islam, berduaan saja antara lelaki dengan perempuan yang bukan mu hrim termasuk dosa, atau setidaknya bisa menyebabkan timbulnya perbuatan dosa.</div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Verdana; line-height: 19px; text-align: left;">
Bila berduaan saja sudah dilarang, apalagi mandi ber sama antara lelaki dan perem puan yang bukan muhrim. Justru itu ia menghimbau pimpinan kaum untuk men cegah anak-kemenakannya pergi balimau ke tempat pemandian umum bersama lelaki atau perempuan yang bukan muhrimnya.</div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Verdana; line-height: 19px; text-align: left;">
Pernyataan keras senada disampaikan bendaharawan LKAAM Agam, yang juga Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Agam, H. Junaidi, SH, Dt. Gampo Alam Nan Hitam. Menurutnya, warga Agam jangan sampai terjebak dengan perilaku dan budaya yang tidak baik. Budaya balimau bersama antara lelaki dan perempuan yang bukan muhrimnya, ke tempat pemandian umum, adalah budaya yang tidak benar. Makanya patut untuk dicegah. Alangkah memalukan bila anak Minangkabau mela kukan perbuatan balimau bersama lelaki danperempuan yang bukan muhrimnya. Apa lagi dilakukan di tempat pemandian umum.</div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Verdana; line-height: 19px; text-align: left;">
“Balimau cukup di kamar mandi di rumah masing-masing. Untuk apa pergi jauh-jauh ke tempat pemandian umum,bila yang didapat adalah dosa,” ujarnya.</div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Verdana; line-height: 19px; text-align: left;">
Pernyataan serupa men cuat dari salah seorang tokoh masyarakat Kecamatan Tan jung Mutiara, Nazirman. Menurut pensiunan Pegawai Pemkab Agam itu, balimau dengan cara yang salah, hanya akan menimbulkan dosa. Sebaiknya tidak dilakukan, apalagi bila hendak me ma suki Bulan Suci Ramadan.</div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Verdana; line-height: 19px; text-align: left;">
Pernyataan keras juga mengapung dari ketua LSM Komite Masyarakat Agam (KOMA), Anizur. Menurutnya, janganlah memasuki bulan Suci Ramadan dengan diri dan jiwa yang kotor. Sejatinya, masukilah bulan Suci Rama dan dengan jiwa dan diri yang bersih pula. Balimau dengan pola “mandi berjamaah” an tara lelaki dan perempuan yang bukan muhrim, adalah perbuatan dosa.</div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Verdana; line-height: 19px; text-align: left;">
“Orang Agam tidak layak melakukan acara balimau dengan mandi berjamaah se perti itu,” ujarnya, dengan nada keras. Bupati Agam H. Indra Catri Dt. Malako Nan Putiah juga mengimbau se genap la pisan masyarakat Agam untuk melakukan per buatan yang bermanfaat, termasuk dalam hal balimau menjelang Ra madan. Me nurutnya, balimau bersama ke tempat pemandian umum antara lelaki dan perem puan yang bukan muhrim, bukanlah budaya Minang. Per buatan seperti itu biasanya dilakukan kawula muda, yang lebih banyak nilai hura-huranya daripa manfaatnya.</div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Verdana; line-height: 19px; text-align: left;">
Sebagai orang Agam, yang menjunjung tinggi adat dan agama, janganlah sampai melalukan perbuatan yang tidak baik menurut ukuran adat dan agama. Karena balimau dengan cara “mandi berjamaah” antara lelaki dan perempuan yang bukan mu hrim, adalah perbuatan ter cela. Perbuatan seperti itu hanya akan mengundang dosa.</div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Verdana; line-height: 19px; text-align: left;">
“Kalau mau memasuki bulan suci Ramadan, se baiknya umat menyucikan diri, bukan mengotorinya dengan balimau seperti itu,” ujarnya mengingatkan.<br />
<br />
sumber : <span class="Apple-style-span" style="border-collapse: separate; font-family: 'Times New Roman'; line-height: normal;"><a href="http://www.harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=16586:balimau-bukan-ajaran-islam-dan-budaya-minang-&catid=50:laput&Itemid=177">http://www.harianhaluan.com</a></span></div>
</div>
Lego teryyakahttp://www.blogger.com/profile/05368422984943201046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3559668528210687551.post-55042408281187245192012-07-25T10:13:00.000-07:002012-07-31T12:03:36.913-07:00Tradisi Ketupat<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span class="Apple-style-span" style="clear: left; float: left; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkDbQ8FH8ky7Y-8CcbXNPn9hLS9ThA5oRiag6eur3BsRxlOGczLMIUrhxrZNbD8N9t2jBrhsAiyvVGn2jJHvcKKnYVdjDdWGi4Ard5irgmvuWHWPo0xHaYxpcGfHCEZQ606Kg0TrqGWi-b/s200/ketupat-kaskus.jpg" width="200" /></span><br />
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">Perayaan tradisi lebaran ketupat diberbagai daerah di Indonesia dimulai, Tradisi lebaran ketupat yang diselenggarakan pada hari ke tujuh bulan syawal dengan tujuan pelaksanaannya sama seperti tujuan berhari Raya Idul Fitri, yaitu saling mema’afkan dan bersilaturahim. Beragam cara dan sebutan menandai berakhirnya pelaksanaan puasa sunnah di bulan Syawal setelah berakhirnya Puasa di Bulan Ramadahan Lebaran ketupat atau yang dikenal dengan istilah lain <i><span style="font-family: Arial;">syawalan</span></i> sudah menjadi tradisi masyarakat Indonesia dari masa ke masa hingga sekarang ini.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">Lebaran ketupat juga dimaknasi sebagai bentuk hasil akulturasi kebudayaan Indonesia dengan Islam, sebutan lebaran ketupat memang tidak terdapat dalam ajaran Islam. Tidak banyak penelusuran sejarah yang pasti kapan tradisi ini dimulai namun demikian banyak kalangan menyebutkan jika tradisi lebaran ketupat berasal dari kebudayaan orang Jawa tepat sejak pemerintahan Paku Boewono IV yang juga dipercayai sebagai peninggalan ajaran dari Sunan Kali jagi kemudian tradisi ini menyebar ke seluruh pelosok nusantara yang dibawa oleh orang Jawa sehingga menjadi tradisi di Indonesia dan kini di hampir tiap daerah terdapat tradisi yang sejenis dengan tradisi lebaran ketupat,</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">Tradisi lebaran ketupat mempunyai makna filosofis yang dalam, dimana ketupat merupakan simbol permintaan maaf dan simbol menjalin tali silaturahim. Pada saat Lebaran Ketupat, siapa saja yang datang dan bertamu akan disambut dengan aneka makanan dengan sajian ketupat. Ketupat yang disajikan bagi para tamu itu biasanya dihidangkan lengkap beserta sayur dan lauk-pauknya.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">Bungkus yang dibuat dari janur kuning melambangkan penolak bala bagi orang Jawa. Janur artinya sejatine nur (cahaya) yang melambangkan kondisi manusia dalam keadaan suci setelah mendapatkan pencerahan (cahaya) selama bulan Ramadhan. Jadi, makna dari lebaran ketupat adalah kesucian lahir batin yang dimanifestasikan dalam tujuan hidup yang esensial.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">Sedangkan bentuk segi empat mencerminkan prinsip <i><span style="font-family: Arial;">“kiblat papat lima pancer”,</span></i> yang bermakna bahwa ke mana pun manusia menuju, pasti selalu kembali kepada Allah. Kiblat papat lima pancer ini, dapat juga diartikan sebagai empat macam nafsu manusia, yaitu amarah, yakni nafsu emosional, aluamah atau nafsu untuk memuaskan rasa lapar, supiah adalah nafsu untuk memiliki sesuatu yang indah, dan mutmainah, nafsu untuk memaksa diri. Keempat nafsu ini yang ditaklukkan orang selama berpuasa. Jadi, dengan memakan ketupat orang disimbolkan sudah mampu menaklukkan keempat nafsu tersebut. Sebagian masyarakat juga memaknai rumitnya anyaman bungkus ketupat mencerminkan berbagai macam kesalahan manusia sedangkan warna putih ketupat ketika dibelah dua mencerminkan kebersihan dan kesucian setelah mohon ampun dari kesalahan. Beras sebagai isi ketupat diharapkan menjadi lambang kemakmuran setelah hari raya.**</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><i><span style="font-family: Arial;">Mangan kupat nganggo santen.</span></i></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><i><span style="font-family: Arial;">Menawi lepat, nyuwun pangapunten.</span></i></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: small;">(Makan ketupat pakai santan, bila ada kesalahan mohon dimaafkan.)</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwFMdFuTSUSZUgrcOJfRX4zv4SJzTowWt4FikNfsrp57oUMsWXdLQq-8Ew9V_KzIKaiW7HhOIb-3g423Y4DSWQQVUVfU_WuNb5aiIiNR_WisnUOjmcXmGthn6U6n3NStAEQwLsZgWWpQh3/s1600/Ramadhan-1433-H.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwFMdFuTSUSZUgrcOJfRX4zv4SJzTowWt4FikNfsrp57oUMsWXdLQq-8Ew9V_KzIKaiW7HhOIb-3g423Y4DSWQQVUVfU_WuNb5aiIiNR_WisnUOjmcXmGthn6U6n3NStAEQwLsZgWWpQh3/s320/Ramadhan-1433-H.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: x-small;"><a href="mailto:loogez@yahoo.com">loogez@yahoo.com</a></span></span></div>
</div>
Lego teryyakahttp://www.blogger.com/profile/05368422984943201046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3559668528210687551.post-25074231434463029842012-07-25T10:03:00.003-07:002012-07-25T10:04:40.128-07:00Padusan Menjelang Puasa<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: arial; font-size: 13px; line-height: 20px;"></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLsZ0dCiuhlgW5QfXGInla-QoLh8ExWup7kaBlYaixalD4zHRI1p-1o5T5VrvhQPVbJ-Ge4-_jQEWU4oE9L1wIeTSIFzwNM4ICcp_VwH_NmWzEzRJGJ9QzCfdeWjAnY9C5otFlpwgcsveT/s1600/pengging-370x247.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLsZ0dCiuhlgW5QfXGInla-QoLh8ExWup7kaBlYaixalD4zHRI1p-1o5T5VrvhQPVbJ-Ge4-_jQEWU4oE9L1wIeTSIFzwNM4ICcp_VwH_NmWzEzRJGJ9QzCfdeWjAnY9C5otFlpwgcsveT/s320/pengging-370x247.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-size: 13px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 20px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">
<strong style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-size: 13px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">BOYOLALI</strong>–Sederet kegiatan digelar di objek wisata pemadian Pengging, Banyudono, Boyolali, mulai Sabtu (14/7/2012), dalam rangkaian <em style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-size: 13px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">Grebek Padusan Sepeka</em>n.</div>
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-size: 13px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 20px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">
Koordinator pengurus objek wisata Pengging, Wardoyo, mengatakan rangkaian kegiatan itu merupakan tradisi tahunan dalam menyambut bulan puasa. Dia mengatakan sekitar 200 siswa TK bakal membuka rangkaian acara<em style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-size: 13px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;"> Grebek Padusan</em>.</div>
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-size: 13px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 20px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">
“Pertama besok [Sabtu pagi] dibuka dengan lomba mewarnai oleh anak-anak TK,” katanya kepada <em style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-size: 13px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">Solopos.com</em>, Jumat (13/7/2012).</div>
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-size: 13px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 20px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">
Setelah itu, lanjut dia, bakal digelar senam aerobik bersama. Lokasi dua kegiatan itu adalah di halaman pemandian. Wardoyo menjelaskan Minggu-Senin (15-16/7/2012) masih ada agenda susulan di lokasi tersebut. Parade band mereka siapkan untuk mengakomodasi minat dan bakat generasi muda di wilayah Boyolali dan sekitarnya.</div>
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-size: 13px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 20px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">
Nuansa budaya, lanjut Dwi, juga bakal diangkat lewat pertunjukan reog. Direncanakan reog dari Kecamatan Cepogo dihadirkan di Pengging, Selasa (17/7/2012). Sementara pada, Rabu (18/7/2012) digelar kirab budaya.</div>
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-size: 13px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 20px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">
Gelar Grebek Padusan itu dikatakan Dwi sebagai salah satu upaya memanfaatkan momen jelang bulan puasa untuk meningkatkan pendapatan objek wisata. Dia mengatakan harga tiket masuk naik dari Rp3.500 menjadi Rp8.000 per orang pada Kamis nanti. “Harapannya penjualan tiket tembus 5.000 pada <em style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-size: 13px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">Grebeg Padusan</em> kali ini,” tandasnya.</div>
</div>Lego teryyakahttp://www.blogger.com/profile/05368422984943201046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3559668528210687551.post-81562841043915587252011-11-04T07:43:00.000-07:002011-11-04T07:52:08.934-07:00BEBERAPA ALAT MUSIK TRADISIONAL<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Beberapa Alat-alat Musik Tradisional Indonesia<br />
<br />
Ada banyak jenis alat musik asli indonesia.Sungguh sebuah kekayaan
intelektual milik budaya Indonesia yang tak ternilai harganya. <br />
Berikut beberapa jenis alat musik asli indonesia :<br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-u4wzRYrG03c/TowDeUyUuTI/AAAAAAAAANI/a7hY8O2wKSs/s1600/Tifa+%2528Papua%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="262" src="http://1.bp.blogspot.com/-u4wzRYrG03c/TowDeUyUuTI/AAAAAAAAANI/a7hY8O2wKSs/s320/Tifa+%2528Papua%2529.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">1. Tifa (Papua)</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-sW24PWqyRnQ/TowDeo1P20I/AAAAAAAAANQ/tKak0tTciC4/s1600/Alat+Musik+polopalo+%2528Gorontalo%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="255" src="http://4.bp.blogspot.com/-sW24PWqyRnQ/TowDeo1P20I/AAAAAAAAANQ/tKak0tTciC4/s320/Alat+Musik+polopalo+%2528Gorontalo%2529.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">2. Alat Musik Polopalo (Gorontalo)</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-O5FhcVj87f8/TowDetteY9I/AAAAAAAAANU/XSXcA62v_5E/s1600/Angklung.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="http://3.bp.blogspot.com/-O5FhcVj87f8/TowDetteY9I/AAAAAAAAANU/XSXcA62v_5E/s320/Angklung.jpg" width="242" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">3. Angklung </td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-8490GUbi7xU/TowDfAnuucI/AAAAAAAAANY/U_drOF_bcYU/s1600/angklung+%2528sunda%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-8490GUbi7xU/TowDfAnuucI/AAAAAAAAANY/U_drOF_bcYU/s1600/angklung+%2528sunda%2529.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">4. Angklung (Sunda)</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-BZGvsUmjf5E/TowDfb0Ou3I/AAAAAAAAANc/JhJVZOWZlg8/s1600/gambus+%2528Jambi%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="http://1.bp.blogspot.com/-BZGvsUmjf5E/TowDfb0Ou3I/AAAAAAAAANc/JhJVZOWZlg8/s320/gambus+%2528Jambi%2529.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">5. Gambus (Jambi)</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-dTbo5Hm6y_0/TowDgvLuIEI/AAAAAAAAANo/NL_Ehc_oG1M/s1600/Gamelan+%2528jawa+Tengah%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-dTbo5Hm6y_0/TowDgvLuIEI/AAAAAAAAANo/NL_Ehc_oG1M/s1600/Gamelan+%2528jawa+Tengah%2529.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">6. Gamelan (Jawa Tengah)</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-4HFxyAH61fk/TowDf8zw5mI/AAAAAAAAANg/s8co4n6PpXA/s1600/Gamelan+Bali.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="239" src="http://2.bp.blogspot.com/-4HFxyAH61fk/TowDf8zw5mI/AAAAAAAAANg/s8co4n6PpXA/s320/Gamelan+Bali.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">7. Gamelan (Bali)</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-91f6Qr8-AVY/TowDgHNQHZI/AAAAAAAAANk/pwoW4e1s36Y/s1600/Kenyah+%2528Dayak%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="http://2.bp.blogspot.com/-91f6Qr8-AVY/TowDgHNQHZI/AAAAAAAAANk/pwoW4e1s36Y/s320/Kenyah+%2528Dayak%2529.jpg" width="249" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">8. Kenyah (Dayak)</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-o94XdkBJSdE/TowDhGQEvcI/AAAAAAAAAYY/WBmG1hE6wIo/s1600/Perkusi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="http://1.bp.blogspot.com/-o94XdkBJSdE/TowDhGQEvcI/AAAAAAAAAYY/WBmG1hE6wIo/s320/Perkusi.jpg" width="211" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">9. Perkusi</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-a2B-WvLOuUY/TowDhauunaI/AAAAAAAAAN0/DhxrxHxT47M/s1600/Saluang.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-a2B-WvLOuUY/TowDhauunaI/AAAAAAAAAN0/DhxrxHxT47M/s1600/Saluang.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">10. Saluang (Minang Kabau)</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-8TmPICVjuac/TowDhSrxjFI/AAAAAAAAANw/6fGUp4g9IiI/s1600/Sasando+%2528Nusa+Tenggara+Timur%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="http://2.bp.blogspot.com/-8TmPICVjuac/TowDhSrxjFI/AAAAAAAAANw/6fGUp4g9IiI/s320/Sasando+%2528Nusa+Tenggara+Timur%2529.jpg" width="228" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">11. Sasando (Nusa Tenggara Timur)</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-aJblopQtf3U/TowDhhLWAQI/AAAAAAAAAN4/J4pgTA8lYDQ/s1600/Serunai+Minang.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-aJblopQtf3U/TowDhhLWAQI/AAAAAAAAAN4/J4pgTA8lYDQ/s1600/Serunai+Minang.png" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">12. Serunai ( Sumatra)</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-uEwx5WBiw_0/TowDiETvBfI/AAAAAAAAAN8/dDsA0UBMQf4/s1600/Siter+Kota+Barang.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="249" src="http://2.bp.blogspot.com/-uEwx5WBiw_0/TowDiETvBfI/AAAAAAAAAN8/dDsA0UBMQf4/s320/Siter+Kota+Barang.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">13. Siter Kota Barang (Jawa)</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-AVRn52KPoNg/TowDeQ7CTLI/AAAAAAAAANM/dxaW5csMk6I/s1600/Akordion+%2528Sumatra+Barat%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="267" src="http://1.bp.blogspot.com/-AVRn52KPoNg/TowDeQ7CTLI/AAAAAAAAANM/dxaW5csMk6I/s320/Akordion+%2528Sumatra+Barat%2529.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">14. Akordion (Sumatra Barat)</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>Lego teryyakahttp://www.blogger.com/profile/05368422984943201046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3559668528210687551.post-38751867281057580672011-10-17T00:31:00.000-07:002011-10-19T08:22:29.621-07:00Nama-Nama Alat Musik Tradisional<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div>
<br /></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkw0egK5K2cj3-pkH08TKTitfqqdQwS8srl392yj639RxY0qEbQxLfRb8MmhJygHYpDIKMi-JAOUnI0370g2Ez-Sce75vZzV9-jsuzGaNX16Ph6NXkSalfu8vUM2BchY6NQDd38J3fvm74/s1600/Indonesia-logo-F25F691CC5-seeklogo.com.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkw0egK5K2cj3-pkH08TKTitfqqdQwS8srl392yj639RxY0qEbQxLfRb8MmhJygHYpDIKMi-JAOUnI0370g2Ez-Sce75vZzV9-jsuzGaNX16Ph6NXkSalfu8vUM2BchY6NQDd38J3fvm74/s1600/Indonesia-logo-F25F691CC5-seeklogo.com.gif" /></a></div>
<span class="Apple-style-span" style="font-size: x-large;"><b>Nama-Nama Alat Musik Tradisional</b></span><br />
<br />
1. Provinsi DI Aceh / Nanggro Aceh Darussalam / NAD<br />
Alat Musik Tradisional : TT<br />
2. Provinsi Sumatera Utara / Sumut<br />
Alat Musik Tradisional : Aramba, Doli-doli, Druri dana, Faritia, Garantung, Gonrang, Hapetan,<br />
3. Provinsi Sumatera Barat / Sumbar<br />
Alat Musik Tradisional : Saluang, Talempong Pacik<br />
4. Provinsi Riau<br />
Alat Musik Tradisional : TT<br />
5. Provinsi Jambi<br />
Alat Musik Tradisional : TT<br />
6. Provinsi Sumatera Selatan / Sumsel<br />
Alat Musik Tradisional : TT<br />
7. Provinsi Lampung<br />
Alat Musik Tradisional : TT<br />
8. Provinsi Bengkulu<br />
Alat Musik Tradisional : TT<br />
9. Provinsi DKI Jakarta<br />
Alat Musik Tradisional : TT<br />
10. Provinsi Jawa Barat / Jabar<br />
Alat Musik Tradisional : Arumba, Calung, Dod-dog, Gamelan Sunda, Angklung, Rebab, Siter / Celempung<br />
11. Provinsi Jawa Tengah / Jateng<br />
Alat Musik Tradisional : Gamelan Jawa, Siter / Celempung<br />
12. Provinsi DI Yogyakarta / Jogja / Jogjakarta<br />
Alat Musik Tradisional : TT<br />
13. Provinsi Jawa Timur / Jatim<br />
Alat Musik Tradisional : TT<br />
14. Provinsi Bali<br />
Alat Musik Tradisional : Gamelan Bali<br />
15. Provinsi Nusa Tenggara Barat / NTB<br />
Alat Musik Tradisional : Cungklik<br />
16. Provinsi Nusa Tenggara Timur / NTT<br />
Alat Musik Tradisional : Foi Mere, Sasando, Keloko<br />
17. Provinsi Kalimantan Barat / Kalbar<br />
Alat Musik Tradisional : TT<br />
18. Provinsi Kalimantan Tengah / Kalteng<br />
Alat Musik Tradisional : TT<br />
19. Provinsi Kalimantan Selatan / Kalsel<br />
Alat Musik Tradisional : Babun<br />
20. Provinsi Kalimantan Timur / Kaltim<br />
Alat Musik Tradisional : TT<br />
21. Provinsi Sulawesi Utara / Sulut<br />
Alat Musik Tradisional : TT<br />
22. Provinsi Sulawesi Tengah / Sulteng<br />
Alat Musik Tradisional : TT<br />
23. Provinsi Sulawesi Tenggara / Sultra<br />
Alat Musik Tradisional : TT<br />
24. Provinsi Sulawesi Selatan / Sulsel<br />
Alat Musik Tradisional : Alosu, Anak Becing, Basi-Basi, Popondi, Keso-Keso, Lembang<br />
25. Provinsi Maluku<br />
Alat Musik Tradisional : Floit, Nafiri, Totobuang, Tifa<br />
26. Provinsi Irian Jaya / Papua<br />
Alat Musik Tradisional : Atowo, Tifa, Fu<br />
27. Provinsi Timor-Timur / Timtim<br />
Alat Musik Tradisional : TT<br />
<br />
Lain-Lain :<br />
- Gerdek berasal dari daerah Dayak Kalimantan<br />
- Kere-kere galang berasal dari daerah Goa<br />
- Kinu berasal dari daerah Pulau Roti<br />
- Kolintang berasal dari daerah Minahasa<br />
- Sampek berasal dari daerah Dayak Kalimantan<br />
- Talindo berasal dari daerah Sulawesi<br />
- Kecapi berasal dari daerah Seluruh Nusantara Umumnya di Jawa<br />
- Kledi berasal dari daerah Kalimantan<br />
- Serunai berasal dari daerah Sumatera<br />
<br />
Keterangan Singkatan :<br />
TT = Tidak Tersedia<br />
<br />
Keterangan :<br />
Data ini berdasarkan jaman Indonesia masih 27 propinsi dengan provinsi terakhir masih timor timur. Timor timur kini sudah terpisah dari NKRI menjadi negara baru yang berdaulat dengan nama Timor Leste.</div>Lego teryyakahttp://www.blogger.com/profile/05368422984943201046noreply@blogger.com1