Perayaan tradisi lebaran ketupat diberbagai daerah di Indonesia dimulai, Tradisi lebaran ketupat yang diselenggarakan pada hari ke tujuh bulan syawal dengan tujuan pelaksanaannya sama seperti tujuan berhari Raya Idul Fitri, yaitu saling mema’afkan dan bersilaturahim. Beragam cara dan sebutan menandai berakhirnya pelaksanaan puasa sunnah di bulan Syawal setelah berakhirnya Puasa di Bulan Ramadahan Lebaran ketupat atau yang dikenal dengan istilah lain syawalan sudah menjadi tradisi masyarakat Indonesia dari masa ke masa hingga sekarang ini.
Lebaran ketupat juga dimaknasi sebagai bentuk hasil akulturasi kebudayaan Indonesia dengan Islam, sebutan lebaran ketupat memang tidak terdapat dalam ajaran Islam. Tidak banyak penelusuran sejarah yang pasti kapan tradisi ini dimulai namun demikian banyak kalangan menyebutkan jika tradisi lebaran ketupat berasal dari kebudayaan orang Jawa tepat sejak pemerintahan Paku Boewono IV yang juga dipercayai sebagai peninggalan ajaran dari Sunan Kali jagi kemudian tradisi ini menyebar ke seluruh pelosok nusantara yang dibawa oleh orang Jawa sehingga menjadi tradisi di Indonesia dan kini di hampir tiap daerah terdapat tradisi yang sejenis dengan tradisi lebaran ketupat,
Tradisi lebaran ketupat mempunyai makna filosofis yang dalam, dimana ketupat merupakan simbol permintaan maaf dan simbol menjalin tali silaturahim. Pada saat Lebaran Ketupat, siapa saja yang datang dan bertamu akan disambut dengan aneka makanan dengan sajian ketupat. Ketupat yang disajikan bagi para tamu itu biasanya dihidangkan lengkap beserta sayur dan lauk-pauknya.
Bungkus yang dibuat dari janur kuning melambangkan penolak bala bagi orang Jawa. Janur artinya sejatine nur (cahaya) yang melambangkan kondisi manusia dalam keadaan suci setelah mendapatkan pencerahan (cahaya) selama bulan Ramadhan. Jadi, makna dari lebaran ketupat adalah kesucian lahir batin yang dimanifestasikan dalam tujuan hidup yang esensial.
Sedangkan bentuk segi empat mencerminkan prinsip “kiblat papat lima pancer”, yang bermakna bahwa ke mana pun manusia menuju, pasti selalu kembali kepada Allah. Kiblat papat lima pancer ini, dapat juga diartikan sebagai empat macam nafsu manusia, yaitu amarah, yakni nafsu emosional, aluamah atau nafsu untuk memuaskan rasa lapar, supiah adalah nafsu untuk memiliki sesuatu yang indah, dan mutmainah, nafsu untuk memaksa diri. Keempat nafsu ini yang ditaklukkan orang selama berpuasa. Jadi, dengan memakan ketupat orang disimbolkan sudah mampu menaklukkan keempat nafsu tersebut. Sebagian masyarakat juga memaknai rumitnya anyaman bungkus ketupat mencerminkan berbagai macam kesalahan manusia sedangkan warna putih ketupat ketika dibelah dua mencerminkan kebersihan dan kesucian setelah mohon ampun dari kesalahan. Beras sebagai isi ketupat diharapkan menjadi lambang kemakmuran setelah hari raya.**
Mangan kupat nganggo santen.
Menawi lepat, nyuwun pangapunten.
(Makan ketupat pakai santan, bila ada kesalahan mohon dimaafkan.)