indosiar.com, Madura - Bagi masyarakat Madura, bulan Agustus hingga September adalah bulan yang sangat ditunggu-tunggu, karena saat inilah mereka panen raya tembakau. Meskipun harga tembakau anjlok tetapi warga tetap mensyukurinya.
Mereka menggelar pangelaran seni yang menampilkan berbagai kesenian khas Madura hingga karapan sapi. Kembang api ini menandai dibukanya pangelaran seni yang digelar sebagai ungkapan rasa syukur atas panen raya tembakau.
Warga yang berkumpul di alun-alun Kota Pamekasan Madura, Jawa Timur, dihibur dengan aneka tarian yang diiringi dengan musik tradisional kas Pamekasan yang disebut musik dault. Musik ini merupakan musik tradisional yang kerap digunakan untuk membangunkan warga saat sahur tiba.
Dalam pertunjukkan musik dault ini, seluruh pemain musik dan penari memakai topeng. Dalam tariannya, para penari membawa tong kosong. Tong ini melambangkan kritik pada pemimpin yang bisanya hanya bicara nyaring seperti tong kosong.
Tarian lain yang dipentaskan adalah tari Samper Nyacek. Konon, tarian ini merupakan tarian para putri Keraton Sumenep yang mengambarkan kepedulian mereka terhadap petani.
Tarian yang gerakannya berdasarkan gerakan menanam padi ini dilanjutkan dengan Tari Pecot, kas Kabupaten Bangkalan. Tarian ini juga melambangkan kehidupan petani saat bekerja di sawah.
Pesta rakyat ini ditutup dengan karapan sapi yang digelar keesokan harinya. Dalam karapan sapi ini, gengsi para peternak sapi dipertaruhkan. Karena karapan sapi yang disebut Gubeng ini adalah yang terbesar. (Tim Liputan/Sup)
Mereka menggelar pangelaran seni yang menampilkan berbagai kesenian khas Madura hingga karapan sapi. Kembang api ini menandai dibukanya pangelaran seni yang digelar sebagai ungkapan rasa syukur atas panen raya tembakau.
Warga yang berkumpul di alun-alun Kota Pamekasan Madura, Jawa Timur, dihibur dengan aneka tarian yang diiringi dengan musik tradisional kas Pamekasan yang disebut musik dault. Musik ini merupakan musik tradisional yang kerap digunakan untuk membangunkan warga saat sahur tiba.
Dalam pertunjukkan musik dault ini, seluruh pemain musik dan penari memakai topeng. Dalam tariannya, para penari membawa tong kosong. Tong ini melambangkan kritik pada pemimpin yang bisanya hanya bicara nyaring seperti tong kosong.
Tarian lain yang dipentaskan adalah tari Samper Nyacek. Konon, tarian ini merupakan tarian para putri Keraton Sumenep yang mengambarkan kepedulian mereka terhadap petani.
Tarian yang gerakannya berdasarkan gerakan menanam padi ini dilanjutkan dengan Tari Pecot, kas Kabupaten Bangkalan. Tarian ini juga melambangkan kehidupan petani saat bekerja di sawah.
Pesta rakyat ini ditutup dengan karapan sapi yang digelar keesokan harinya. Dalam karapan sapi ini, gengsi para peternak sapi dipertaruhkan. Karena karapan sapi yang disebut Gubeng ini adalah yang terbesar. (Tim Liputan/Sup)
0 komentar:
Posting Komentar